Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Kamis, Desember 03, 2009

Membuka Jalan Santri Menjadi Buya Hamka


Ketika pesantren menjadi pilihan pada tingkat kesekian atau bukan menjadi pilihan yang prioritas ( yang utama ) bagi orang tua untuk menyekolahkan putra – putrinya adalah menjadi tantangan yang besar bagi pesantren. Banyak dari kalangan orang tua yang menyekolahkan anaknya kepesantren, karena anak kesayangannya sudah tidak mendapatkan tempat sekolah yang bertaraf internasional, atau sekolah yang bergengsi, bahkan ada juga alasan orang tua menyekolahkan anaknya ke pesantren, karena kenakalan anaknya, sehingga ada anggapan bagi sebagian orang tua bahwa pesantren adalah bengkel karakter yang dapat merubah karakter putra – putrinya menjadi yang lebih baik.
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang lebih mengutamakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang mendalami ilmu – ilmu agama. Semua ilmu bersumberkan dari agama, pengertian ilmu agama dan ilmu umum adalah hasil dari pendekotomian ilmu. Sebetulnya ilmu tidak ada perbedaan antara ilmu agama atau ilmu umum. Dari hasil dikotomi ilmu tersebut menghasilkan bahwa ilmu agama adalah ilmu yang membahas tentang akhirat ( sholat, zakat, muamalat, akhlak dll ), sedangkan ilmu umum adalah ilmu yang membahas tentang ilmu keduniawiaan ( fisika, matematika, bahasa dll ).
Pesantren baik yang modern atau yang salafi berusah merubah paradigma pada dikotomi ilmu tersebut, maka sudah banyak pesantren yang mengajarkan santri – santrinya dengan ilmu hitung, ilmu falak, bahasa dan bahkan mengajarkan tentang sejarah, computer dll. Kini pesantren bukan hanya mengajarkan pada santri – santri pada ilmu alat ( nahwu dan shorf ) atau fiqh, hadis dll. Upaya pesantren seperti itu adalah untuk membendung anggapan bahwa pesatren hanya akan menghasilkan guru, imam masjid, imam tahlil atau juru doa pada sebuah acara.
Pada saat sekarang sudah banyak alumni pesantren yang berkiprah diwilayah politik, bisnis, pendidikan budayawan atau ulama. Kita sebagai orang Indonesia pasti kenal dengan Buya Hamka, seorang ulama, politikus, penulis dan budayawan dari Sumatra Barat tepatnya di Minangkabau. Beliau adalah hasil dari didikan pesantren yang belajar disurau – surau kecil, Buya Hamka memiliki karya secara tertulis bertemakan politik, agama, gender dan budaya. Selain Buya Hamka ada seorang ulama` yang sangat dikagumi dunia karena kecerdasannya yaitu Imam Nawawi Al – Bantani salah satu ulama` Indonesia yang pernah menjadi imam masjidil haram. Banyak bku yang telah ditulis oleh imam Nawawi.
Habiburrohman El Shirazy yang terkenal dengan novelnya Ayat – Ayat Cinta, dengan novel tulisannya tersebut Habiburrohman yang sering disebut kang Abik ini dapat medirikan pesantren Bismillah, Politisi dan cendekiawan muslim Prof Dr Din Syamsuddin, DR. H.M Hidayat Nur Wahid, M.A adalah seorang santri yang pernah menjadi ketua MPR RI, Abdurrohman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus Dur presiden RI ke 4 adalah juga seorang santri hasil dari didikan pesantren. Dari pesantren pula santri memiliki peluang yang sangat besar menjadi seorang ulama` berkelas Buya Hamka, Imam Nawawi Al – Bantany, K.H Hasyim Asy`ary, K.H Ahmad Dahlan dll.

Tidak ada komentar: