Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Sabtu, Mei 29, 2010

Agama Sentral Peradaban



Agama adalah kebutuhan yang fundamental bagi manusia. Agama memberi petunjuk bagaimana nilai-nilai moral itu harus dijalankan dalam keseharian kita, dan bagaimana norma-norma moral harus dijalankan dalam tata pergaulan hidup manusia namun tidak berlawanan dengan kodrat manusia, bila manusia sebagai mahluk social berusaha menemukan pola-pola kesamaan dan keragaman dalam bidang-bidang dan batas-batas tertentu untuk kepentingan dan kemajuan hidup manusia.

Dalam hal ini diperlukan landasan filosofis yang bisa merangkum keberanekaragaman pandangan hidup sesuai kelompok yang menafasi segenap aktivitas manusia sebagai mahluk social.

Sejarah telah mencatat perkembangan tradisi, adat istiadat, pandangan hidup dan nilai budaya baik secara individu atau kelompok memiliki peranan yang sangat menentukan. Agama mengajarkan nilai – nilai kehidupan bagi manusia baik melalui pesan yang tersirat maupun tersurat dalam ajaran agama. Diakui atau tidaknya bahwa agama sebagai sentral kehidupan terbukti bahwa setiap keilmuan bersumberkan dari realitas agama. Ketinggian moralitas masyarakat didapatkan dari ajaran agama sehingga menghasilkan peradaban dan budaya yang berkwalitas di penjuru dunia.
Banyak tantangan – tantangan yang dihadapai oleh agama, agama dianggap tidak berhasil membawa realitas manusia mengarungi dunia kehidupan sehingga proses sekulerisasi mendomonasi pemikiran manusia dan pengaplikasian sekulerisasi di setiap segi kehidupan. proses sekulerisasi ini ditandai pemisahan antara kehidupan keduniawian manusia dengan agama.

Agama memiliki batas dalam kehidupan manusia, agama merupakan persoalan individu sehingga agama tidak dapat mempengaruhi social-kultur masyarakat. Tidak ada ruang bagi agama dalam kehidupan bermasyarakat itulah tempat yang pantas menurut orang yang anti agama. Pembedaan ruang ini yang akan mengakibatkan kekosongan ruang sehingga semua segi kehidupan dinilai dari segi rasionalitas akal manusia. Tuhan taidak berhak mengatur manusia itu inti dari pensekuleran agama. Dari pemikiran sekuler akhirnya menghasilkan kapitalisme yang kuat adalah yang menang.

Menurut prediksi pakar teolog dan social dari Harvard, Harvey Cox memperkirakan bahwa kematian agama berada pada masyarakat modern. Pendapat ini sesuai dengan ahli sosiolog August Comte yang menyatakan bahwa, masyarakat berkembang secara linier dari tahap eologis, metafisik sampai tahap akhir positivistic. ( agama memiliki peranan penting dan memberikan pengaruh dominant bagi masyarakat ) Hal ini disebabkan pola pemikiran manusia dalam taraf sederhana. Tetapi peranan agama akan hilang seiring dengan kemajuan di bidang keilmuan dan teknologi kemajuan ini berdasarkan kemajuan pemikiran manusia dari paham rasionalisme.

Tetapi sejarah berkata lain dari ungkapan dua pakar tersebut, tahun modern pada melenium ketiga gairah manusia untuk beragama semakin meningkat, kegiatan keagamaan yang biasanya dikaji oleh kaum santri yang tinggal dipesantren tetapi kajian agama pada saat sekarang sudah masuk hotel, yang biasanya menggunakan forum pengajian sekarang berganti pada forum diskusi yang sifatnya dialogis. Disaat manusia tengah merasa kekosongan hati mereka akan mecari tujuan hidup dan tujuan hidup tersebut terdapat agama. Makin maraknya dunia tasawuf digandrungin masyarakat menengah keatas adalah sebagai bukti realitas masyarakat akan tetap bersandar pada agama. Agama tidak bisa lepas dari peranan manusia sebab agama adalah kebutuhan fundamental dan fitrah manusia. Dari ajaran agama inilah sentral kehidupan manusia bukan manusia sentral bagi kehidupan.

Bahaya multikulturalisme


Multikulturalisme bukanlah sekedar wacana tetapi merupakan sebuah idiologi. Idiologi yang dikembangkan adalah melalui bangunan perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada tersebut diramu dan diracik sehingga menghasilkan sebuah teori tidak ada klaim kebenaran (truth claim) dan superior diantara golongan, sebab manusia tidak dapat meraih kebenaran yang absolut. Hal ini senada dengan St. Nugroho, multikulturalisme harus disikapi dengan rendah hati "menerima kenyataan" bahwa seseorang tidak mampu memiliki kebenaran absolute (Multikulturalisme, Belajar Hidup bersama dalam Perbedaan, Indeks 2009). Padahal ungkapan St. Nugroho ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut Islam kebenaran absolute bisa sampai kepada manusia. Manusia oleh Allah dibekali panca indera, akal serta wahyu. Dari tiga komponen inilah kebenaran absolut bisa sampai pada manusia. Bahkan juga Allah mengutus para nabi dan rasul. Sehingga sifat keragu-raguan terhadap kebenaran dapat dihilangkan. Jika umat Islam ragu-ragu dengan ajaran Islam berarti terjadi kesalahan dalam keimanannya.

Para pendukung ide atau teori ini sangat menarik untuk dicermati. Mereka para pendukung ide multikulturalisme ini mengklaim bahwa apa yang mereka tawarkan adalah sesuatu yang harus diikuti oleh semua kalangan, tetapi golongan diluar mereka tidak boleh mengklaim bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Bahkan para pendukung ide/teori ini memberikan cap diluar golongan mereka dengan primitive, konserfatif atau fundamental. Jika para pendukung ide/teori multikulturalisme tetap mengklaim bahwa ide atau teori tersebut adalah benar dan harus diikuti oleh semua golongan. Maka, teori tersebut telah runtuh sebab bertentangan dengan teori yang sedang dibangun oleh teori itu sendiri.

Multikulturalisme juga akan menganggap bahwa semua agama adalah sama dan sederajat dengan golongan yang lainnya, kebenaran absolute tidak dapat diterima oleh manusia sebab manusia meruang dan mewaktu, padahal dalam Islam kebenaran absolute itu dapat diterima yaitu melalui kabar terpercaya atau riwayat-riwayat yang terpercaya (tsiqoh). Jika multikulturalisme ditelan mentah-mentah umat Islam berarti akan merusak bangunan Islam yang telah final, dan Islam akan didekontruksi ulang. Padahal ajaran Islam telah sempurna. Dan Islam sholihul makan wa zaman, islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman, sebab ajaran Islam telah lengkap dan sempurna.

Multikulturalisme beranggapan bahwa semua agama adalah sama, tidak ada yang superior atau yang berpendapat lebih baik atau lebih benar dari yang lain. Sebab manusia sifatnya relative. Bahaya ini juga akan menimpa pada pernikahan. Pendukung multikulturalisme menyatakan bahwa menikah benda agama adalah sah. Bisa kita lihat ungkapan Ulil Agshar Abdalla, "…. Islam adalah agama revolusioner. Ini dibuktikan dengan dibolehkannya kawin campur, antara laki-laki Muslim dengan perempuan ahl kitab. Revolusi ini mesti diteruskan, sehingga pernikahan beda agama tak lagi menjadi soal". Selain itu juga dalam buku Memoar Cintaku yang ditulis Ahmad Nurcholish menceritakan pengalaman perjalanan cinta sang penulis dengan seorang perempuan Khonghucu dan pada pernikahan tersebut Ulil Abshar Abdalla menjadi saksinya.

Multikulturalisme pada saat sekarang menjadi salah satu isu dalam dunia pendidikan. Bahkan mantan Menteri Pendidikan Nasional, Malik Fajar (2004) pernah mengatakan pentingnya pendidikan multikulturalisme di Indonesia. Menurutnya, pendidikan multikulturalisme perlu ditumbuhkembangkan, karena potensi yang dimiliki Indonesia secara kultural, tradisi, dan lingkungan geografi serta demografis sangat luar biasa. Kemudian juga Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 13 sempat ditentang oleh sebagian golongan. Menurut mereka Undang-Undang tersebut tidak sesuai dengan nafas multikulturalisme bahkan semakin memperuncing diskriminasi. Padahal jika ditelaah dengan seksama Undang-Undang tersebut memberikan porsi yang adil. Adil dalam makna menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sudah selayaknya peserta didik menerima materi agama dari guru agamanya yang seagama. Agama adalah sesuatu yang sangat penting sebab agama adalah way of life bagi setiap pemeluknya. Jika ide/teori ini dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, maka yang dihasilkan adalah generasi yang bingung, ragu-ragu dan skeptis terhadap ajaran agamanya. Inilah bahayanya ide/teori multikulturalisme, dan ide ini sebenarnya adalah kepanjangan dari ide pluralisme yang pada saat sekarang banyak ditentang oleh masyarakat.

Pluralitas dan multikultur

Pluralitas dan multikultur adalah sebuah fenomena dan realitas sosial dan itu bukan mejadi kendala dalam Islam. Realitas yang plural dan multikultur adalah sudah menjadi sunnatullah. Keberanekaragaman corak budaya, bahasa, ras, etnis, suku serta agama adalah sebuah realita yang ada pada saat sekarang dan itu merupakan wujud kekuasaan Allah swt, tetapi kenyataan realitas tersebut bukan harus membenarkan yang salah, terus diangkat pada derajat kebenaran "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui". QS Ar-Ruum 22

Berdasarkan ayat tersebut keberagaman adalah sunnatullah dan untuk menjadikan satu adalah sebuah kemustahilan. Sebab Allah menciptakan manusia yang beraneka ragam adalah supaya manusia saling mengenal dan saling menghargai. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". QS Al-Hujuraat 13.

Dari dua ayat ini dapat dipahami bahwa didunia ini terdiri dari berbagai macam bahasa yang dimiliki oleh makhluk, kemudian manusia bukan hanya terdiri dari satu macam kulit tetapi terdiri dari berbagai corak warna kulit. Manusia juga bukan hanya terdiri dari satu jenis tetapi terdiri dari laki-laki dan perempuan. Manusia juga bukan terdiri dari satu bangsa dan suku tetapi manusia terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Itu semua oleh Allah tunjukkan kepada manusia, bahwa Allah Mahakuasa serta dari berbagai macam corak tersebut bukan untuk menjadi kendala manusia untuk membangun sebuah kebersamaan untuk mencari kemuliaan Allah dimuka bumi ini dan membangun peradaban yang mulia serta berakhlaqul karimah. Islam mengakui pluralitas dan multikultur adalah frealitas sosial. Dan untuk mendamaikan keberbedaan ini adalah melalui toleransi. Menghargai keberadaannya, menghormati aktifitasnya akan tetapi umat Islam harus tetap yakin bahwa Islam adalah jalan yang paling benar.

Solusi
Globalisasi merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi dan disikapi dengan bijaksana. Kenyataan ini tidak dapat ditolak, tetapi juga bukan berarti harus diterima. Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi "Globalisasi merupakan keadaan, dimana bangsa-bangsa terkondisikan untuk menerima kultur, tradisi dan nilai-nilai yang dianggap mendunia dan menyeluruh. (Liberalisasi Pemikiran Islam (Gerakan bersama Missionaris, Orientalis dan Kolonialis), CIOS-ISID Gontor, 2008). Globalisasi perlu dipahami dan direspon secara tepat

Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam memfilter nilai-nilai globalisasi yang tidak sesuai corak serta gaya hidup masyarakat adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan agent of change. Melalui pendidikanlah masyarakat mengetahui hitam-putih, benar-salah, baik-buruk, haq-bathil dan lain sebagainya. Tetapi jika wadah ini tidak berani untuk membedakan antara haq-bathil, benar-salah, baik buruk kepada peserta didiknya, serta yang diajarkan adalah bentuk kerelativitasan, maka yang akan dihasilkan adalah "generasi abu-abu", generasi yang "banci" karena tidak berani menyatakan dengan jelas suatu kebenaran.

Pendidikan adalah sarana manusia untuk menuju suatu perubahan. Muhammad Abduh mengatakan bahwa pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk melakukan perubahan. Menurut konferensi internasional pendidikan Islam di Universitas King Abdul Aziz tahun 1977 merumuskan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari pengertian ta`lim, tarbiyah dan ta`dib, dari ketiga unsur ini hanyalah untuk mengabdikan kepada Allah dan untuk kemaslahatan umat.

Peranan pendidikan dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat vital. Tanpa pendidikan sebuah bangsa atau masyarakat tidak akan merasakan kemajuan, sebab peradaban manusia akan terlahir dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, pengabdian dan keihlasan serta pengamalan ilmu. Banyak dari generasi yang memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan tetapi tidak didasari dengan pengabdian serta keihlasan akhirnya mendatangkan bencana. Jadi tingkat majunya sebuah peradaban disuatu bangsa atau masyarakat dapat dilihat dari cara berfikirnya masyarakat. Baik kemajuan politik, social, ekonomi, budaya dan agama.

Jadi pendidikan multikulturalisme bukanlah solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada, tetapi timbulnya paham ini memberikan efek yang sangat bahaya terhadap peserta didik. Sebab multikulturalisme tujuannya adalah persamaan dan kesederajatan. Jika antara salah dan benar dianggap sama atau budaya baik dan budaya buruk dianggap sama, maka yang terjadi adalah kebingungan dan skeptisisme peserta didik. Keadaan seperti ini seperti masyarakat Barat, bingung dengan tujuan mereka untuk hidup.

Jumat, Mei 28, 2010

Menimbang kembali Pendidikan Multikulturalisme


Arus globalisasi terus mengalir dalam kehidupan masyarakat. Beberapa agenda-agendanya diluncurkan dan ditawarkan dipenjuru wilayah. Liberalisme, sekulerisme, pluralisme adalah agenda globalisasi, paham-paham tersebut terus menggerogoti pola pikir masyarakat. Kehadiran globalisasi perlu diwaspadai, sebab dari bebarapa agendanya sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya, politik bahkan agama. Salah satu wacana yang hadir dalam kehidupan masyarakat pada saat sekarang adalah istilah multikulturalisme. pada tulisan ini akan membahas tentang multikulturalisme.

Munculnya Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah kesejajaran budaya. Masing-masing budaya manusia atau kelompok etnis harus diposisikan sejajar dan setara. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih dominan .(Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Melihat istilah ini, multikulturalisme berarti ingin menumbuhkan sikap ragu-ragu atau skeptis sehingga yang ada hanya relatif. Kemudian juga Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, M.A dalam pengantar buku Pendidikan Multikultural mengatakan " setiap peradaban dan kebudayaan yang ada berada pada posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau dianggap tinggi (superior) dari kebudayaan lain. Ungkapan seperti inilah yang harus disikapi dengan arif dan bijak.

Dari ungkapan diatas bisa diartikan bahwa semua kebudayaan adalah sama tak ada yang lebih tinggi. Jika hal ini yang dimaksud berarti istilah baik dan buruk adalah memiliki makna yang sama. Sebab semua dipukul rata. Tidak ada yang lebih unggul. Padahal dalam ajaran islam suatu kebaikan adalah lebih tinggi derajatnya dari sesuatu yang lebih buruk. Sesuatu yang benar lebih mendapatkan tempat dari pada kesalahan. Islam juga sangat jelas membendakan haq dan bathil, muslim dan musyrik.
Sebetulnya istilah multikulturalisme dimunculkan dan ditawarkan untuk meminimalisir konflik antar budaya yang ada tetapi yang terjadi hanya kedamaian yang semu. Di era globalisasi adalah era keterbukaan. Tidak ada sekat pembatas antar golongan. Sehingga semua golongan akan bercampur baur dalam satu kehidupan. bahkan seorang ahli komunikasi Kanada, McLuhan mengatakan "dunia merupakan kampung besar (global Village). Dengan ada globalisasi berarti sekat-sekat yang ada harus di leburkan. Bahkan Samuel P. Huntington meramalkan dalam bukunya The Clas of Civilization akan terjadi benturan peradaban dan disinyalir akibat dari beberapa factor: politik, sosial, budaya, ekonomi, ras dan bahkan agama.

Namun, sangat disayangkan, solusi yang ditawarkan bukan meminimalkan permasalahan tetapi sebaliknya menambah permasalahan. Dengan menawarkan solusi multikulturalisme, berarti akan mengaburkan nilai-nilai yang ada. Adapaun nilai-nilai tersebut seperti norma agama, baik-buruk, haq-bathil, benar-salah dan lain sebagainya dianggap sederajat dan sama tidak ada sekat yang membedakan yang kontradiktif berbeda. Jika seperti itu maka ajaran agama akan kabur dan semakin tidak jelas. Padahal dalam islam dari nilai-nilai agamalah konstruksi perdaban terbentuk dan bukan budaya yang membentuk konstruksi agama. inilah yang membedakan antara islam dan Barat. Istilah multikulturalisme adalah lahir dari sejarah Barat. Istilah ini pernah muncul di Amerika pada tahun 1960. kala itu terdapat diskriminasi terhadap penduduk asli Amerika.

PROGRAM KADERISASI ULAMA


indonesia terkenal dengan warga muslimnya terbanyak di dunia. indonesia merupakan mayoritas warganya beragama islam. dan di negara ini bukan hanya islam yang diakui oleh negara. terdiri dari agama hindu, budha, kristen, konghucu dan kepercayaan kebatinan yang lainnya.

indonesia merupakan komunitas muslim terbesar, sehingga kondisi seperti ini sangat di perhitungkan oleh negara-negara lain. keberadaan agama-agama di indonesia bisa dikatakan cukup rukun antar sesama pemeluk agama. ada beberapa hal saja yang menjadi penyulut bentrokan antar umat beragama. diantara penyulut bentrokan adalah kondisi politik dan sosial yang kurang mendukung. politik yang terjadi di indonesia pada saat sekarang belum bisa memberikan kepastian keamanan.

indonesia juga paling mudah menerima pemikiran-pemikiran yang berkembang di dunia. walau pemekiran itu tidak pantas di negara ini. salah satu contoh adalah pemikiran pluralisme agama, dari paham ini mengharapkan bahwa setiap agama memiliki derajat yang sama. jika setiap agama memiliki derajat yang sama, maka yang akan dihasilkan adalah semua agama sama. sebab semua agama memiliki kedudukan yang sama. jika setiap agama memiliki kedudukan yang sama akan melahirkan relatifisme agama. setiap agama adalah relatif.

oleh karena tuntutan ini gontor melalui institusinya ISID (Institut Studi Islam Darussalam) dan bekerja sama dengan Centre Islamic Occidentalis Study (CIOS) membuat sebuah program yang diharapkan dapat memberikan kritik dan pelurusan paham-paham dan pemikiran yang telah merasuk dan mendarah daging di perguruan tinggi islam. diantara program tersebut adalah Program Pasca Sarjana dan Program Kaderisasi Ulama.

DR. Hamid Fahmy Zarkasyi dan di bantu oleh DR. Adian Husaini, Dr. Fatullah, Dr. Nirwan Syafrin, DR. Muclis Hanafi, DR. Taufiq, Dr Dihyatu masqon, Dr. Amal dan yang lainnya. mereka sangat berharap program liberalisasi di perguruan tinggi terdapat penyeimbang, sehingga memberikan alternatif pemikiran dan mahasiswa tidak terkonteminasi dengan pemikiran Barat. sebab selama ini perguruan tinggi islam di indonesia sangat bangga dengan metode belajar Barat. dan atas kebanggaannya tersebut nyaris tanpa kritik, padahal metode mereka juga banyak celah.

Minggu, Mei 16, 2010

Tren Baru Merusak Citra Islam


Baru-baru ini terdapat kabar bahwa ada seorang lelaki murtad (yang keluar dari agama Islam) mengaku bahwa dirinya pernah dididik untuk menjadi mujahid yang handal. Kemudian diajarkan fundamentalis yang diharapkan nanti menjadi seorang teroris. Lelaki tersebut bernama Ergun Mehmet Caner lelaki keturunan Turkey yang lahir di negara Swedia. Carner mengaku bahwa selama mendapatkan pendidikan tentang jihad dia tinggal di kamp-kamp mujahid Islam

Kabar tersebut berhembus dari belahan benua yang selam ini selalu menjadi buah bibir umat Islam yaitu tepatnya di negara Amerika. Ergun Mehmet Caner adalah pimpinan Liberty Baptist Theological Seminary yang mengatakan bahwa Islam adalah agama perang. Lembaga yang dipimpinnya sekarang adalah salah satu lembaga terbesar di Amerika dalam membaptis umat kristiani.

Carner dalam menyebarluaskan kebohonganya, bahwa dirinya pernah memeluk Islam dan pernah dididik menjadi seorang teroris yang handal adalah melalui CD, DVD, dan melalui media blog. Dan di website pribadinya Carner mengaku bahwa dirinya dan 2 saudaranya didik dalam ajaran Islam sampai perguruan tinggi dan kemudian bertemu dengan ajaran cinta kasih Yesus Kritus.

Lelaki keturunan Turkey ini sejak kecil dalam perawatan dan didikan ibunya dan dibesarkan dilingkungan Kristen. Jadi pengakuan dari Carner sangat tendesius dan ingin membuat citra Islam rusak. Bahkan Carner mengaku pernah berdebat dengan cendekiawan muslim kelas dunia tentang keyakinan, tetapi kenyataanya kabar ini adalah hanya isapan jempol dari Carner.

Perihal tentang dia pernah dididik untuk menjadi mujahid dan teroris adalah juga kebohongan yang sengaja untuk menyudutkan umat Islam. Islam bukan agama yang mengajarkan tentang kerusakan atau menteror. Jihad dalam Islam tidak seperti yang dipahami oleh media. Media sebagai transformasi informasi bagi masyarakat telah berusaha merusak makna jihad, sehingga jihad dianggap sebagai bagian dari teror.

Mengenai teroris yang pada saat sekarang lagi menjadi perbincangan di segala tempat dan menjadi rubrik utama dalam sebuah media. Teroris adalah perbuatan yang sangat merugikan manusia. Islam sangat mengecam terhadap perbuatan tersebut. Teroris tidak identik dengan Islam, tetapi teroris juga biasa dilakukan oleh kalangan pejabat, pembisnis, ekonom, polikus dan lain-lain.

Tetapi anehnya jika teroris ini di sandingkan dengan pelaku yang beragama Islam maka berita itu akan menjadi headline media-media dan tak akan pernah berhenti di beritakan dalam waktu seminggu. Banyak kalangan yang benci terhadap Islam, kemudaian ingin berusaha merusak citra Islam baik melalui media, imej, pendapat, buku, opini, kolom dan lain sebagainya.

Tantangan bagi masyarakat khususnya umat Islam untuk sadar bahwa musuh-musuh telah memancing emosi umat Islam. Kemudian juga musuh-musuh Islam telah juga membuat suatu imej yang jelek terhadap ajaran Islam. Kita harus berhati-hati terhadap isu-isu teroris yang selau dihembuskan dan selalu berbau dengan Islam. Dalam minggu-minggu ini juga Indonesia diramaikan kembali tentang berita penangkapan terhadap teroris oleh pasukan densus 88.

Penangkapan ini disinyalir juga adalah buatan alias untuk memalingkan isu politik yang ada di Indonesia. Umat Islam harus hati-hati dalam menerima informasi dan berhati-hati untuk tidak terpancing emosinya atau malah memperkeruh suasana. Pejabat sebagai pelayan pemerintah polisi sebagai pelindung masyarakat dan media sebagai tranformasi informasi bagi masyarakat untuk bekerja sama dengan masyarkat membangun Indonesia yang lebih maju.

Banyak politikus yang sedang rebutan kekuasaan tetapi rakyat menjadi korban, sehingga pendidikan yang harusnya dipersiapkan untuk membekali generasi bangsa namun terimbas percaturan politik yang sangat sengit dan memanas yang mengharapkan korban. Sistem politik dan politikus yang tidak didasari dengan nilai moralitas yang relegius, akan mencari celah bagamanapun untuk mendapatkan kekuasaan. Yang terpenting lawan terkalahkan.

Islam segai agama rahmatan lil alamin harus bisa mengimbas terhadap pemeluknya. Pemeluk yang tidak sesuai dalam mempelajari Islam maka dia tidak akan mendapatkan kebenaran ajaran agamanya. Jadi bukan salah agama tetapi salah umat dalam mempelajari ajaran agama. Ajaran agama akan memberikan imbas dan pengaruhnya selama umatnya mempelajari sesuai syarat dan aturannya, selama ini umat Islam Indonesia menang dalam kuantitas jumlahnya sebagai umat Islam terbesar di dunia tetapi sangat sempit dan bodoh terhadap ajarannya, secara kualitas umat Islam Indonesia kalah dengan negara-negara lainnya.

Beluim banyak yang dapat disumbangkan umat Islam terhadap dunia, hal ini disebabkan Islam Indonesia baru sebatas Islam keturunan, atau Islam karena tetangga atau Islam karena KTP. Jika kita lihat para pencuri, penjahat atau perampok, koruptor dll adalah secara identitas mereka adalah muslim tetapi seberapa persenkah ajaran Islam yang telah mereka pelajari dan mereka lakukan. Apakah mereka bisa dikatakan atau mewakili umat??

Tugas besar bagi semuanya. Jika dibangun dari keluarga pendidikan Islam Isya Allah Islam akan menjadi rahmatan lil alamin, kemudian didukung mentalitas belajar dan lingkungan pendidikan yang mendukung. Di Indonesia masih sangat jarang terdapat lingkungan belajar (akademis) mengajar disetiap saat. Banyak perpustakan didirikan, kumpulan atau invnetaris buku akan tetapi itu semuanya hanya dijadikan sebagai hiasan. Mari kita bangkitkan lingkungan yang akademis baik di keluarga, masyarakat, sekolahan dan dimanapun berada.

Kamis, Mei 06, 2010

MENANGKAP KONSEP ILMU DALAM ISLAM


Pagi ini matahari bersinar dengan cerah. Cuaca yang mendung hari kemarin pagi ini tak tampak tetapi sebaliknya sinar matahari rata menyinari lingkungan kampus ISID. Aktifitas teman-teman PKU seperti biasanya. Pukul 05.30 mereka berolah raga. Yang biasa di lakukan adalah separing badminton. Olah raga ini lagi di gandrungi peserta PKU di pagi hari. Sebab jika permainan ini dilakukan sore hari maka kok nya akan terbang di terpa angin. Maklum angin di wilayah ponorogo bisa dikategorikan sangat kencang. Bulan-bulan kemarin olah raga ini tidak terlalu di gandrungi oleh peserta PKU angkatan ketiga, sebab olah raga ini bisa dikategorikan olah raga yang mahal. Mereka lebih suka bermain takraw disore hari. Tapi kini takraw kini telah ditelan masa. Yang tertinggal hanya bola takraw yang sudah mulai usang tersimpan rapi di kamar 14, kamar kepala bagian olah raga PKU angkatan ketiga.

Pagi ini Dr. Adian Husaini akan pulang ke Jakarta, tetapi sebelum perpulangan beliau ke Jakarta, beliau ingin mengajak diskusi teman-teman PKU angkatan ketiga tentang konsep ilmu. Tepat jam 08.00 Dr. Adian Husaini memasuki ruangan belajar PKU angkatan ketiga. Pagi ini beliau mengenakan pakaian koko berwarna putih dan bwahan dengan celana warna hitam, serta tak ketinggalan beliau juga membawa senjata beliau yaitu note book.

Diawal pembicaraan diskusi tentang ilmu, beliau menyinggung tentang pernyataan prof. Naquib al-Attas dalam konferensi pendidikan di Makkah tahun 1977. menurut al-Attas bahwa problem yang dimiliki oleh umat Islam ini adalah keilmuan bukan politik, ekonomi, atau yang lainnya. Problem inilah yang mendasari umat islam tertinggal jauh dengan peradaban Barat yang pada saat sekarang menguasai dunia. Sehingga umat islam tenggelam bersama buaian Barat. Apapun yang di teorikan Barat dicontek tanpa kritik oleh umat islam.

Cara pandang umat islam terhadap masalah adalah akan menentukan solusi yang dihasilkan. Seperti hizbutahrir yang memandang bahwa umat ini sedang dalam negara kaffir maka solusi yang ditawarkan adalah merebut kekuasaan. Sehingga kelompok ini habis-habisan mengadakan kegiatan yang hampir menelan dana 2,5 milyar untuk kongres hizbutahrir internasional. Bahkan kelompok ini membutuhkan 1 juta manusia untuk melakukan revolusi dan mengubah dengan tegaknya kekhilafahan. Menurut Dr. Adian bukannya tidak penting mendirikan kekhilafahan di negeri ini. Tetapi lebih penting adalah menurut beliau mendidik dan membekali ilmu pada generasi. Sebab jika kekhilafahan ini berdiri tetapi manusia-manusianya masih seperti sebelumnya maka yang terjadi adalah sama saja. Bahkan ini merupakan jebakan yang tidak dirasa.

Menurut Dr. Adian disaat khilafah ini berdiri, umat islam sudah memiliki stok yang akan mengisi pos-pos yang dibutuhkan. Seperti jaksanya, hakimnya, polisinya, enterpreneurnya, pendidiknya dll. Mereka semuanya harus ber worldview islam. Jika tidak maka, hasilnya akan sama saja dengan sebelum kekhilafahan berdiri. Menurut beliau kekhilafahan bukanlah solusi utama. Sebab kekhilafahan utsmani jatuh juga pada saat masa kekhilafahan. Jadi adanya kekhilafahan tidak menjamin problematikan umat terselesaikan. Islam maju karena peradaban ilmunya. Barat juga sempat mencontek peradaban ini. Sehingga bisa kita lihat lingkungan keilmuannya mendominasi dalam kehidupan. Sengkan banyak dari kalangan umat islam meninggalkan tradisi keilmuannya. Mereka lebih mengembangkan tradisi materialistiknya.

Banyak kalangan umat islam sekolah hanya untuk mencari materi. Umat tertipu dengan kata kesenangan dan kenikmatan. Padahal konsep tertinggi adalah kebahagiaan. Yang memiliki harta berlimpah ruah tidak bisa bahagia, mereka malah disibukkan dengan hartanya.

Ada dua jenis problem keilmuan dalam islam. Yang pertama adalah kebodohan dan yang kedua adalah kekacauan. Sistem pendidikan yang sekarang menurut Dr. Adian merupakan strategi musuh-musuh islam untuk menjauhkan umat dari agamanya. Beliau mencontohkan pada saat beliau pergi ke Inggris menemui para mahasiswa calon kandidat doktor di bidang sains. Pada waktu itu beliau mendapatkan pendapat para mahasiswa tersebut bahwa masalah agama adalah biarkan tanggung jawab para da`i, mubaligh dan para guru agama saja, sedangkan kami-kami ini mengikuti mereka saja. Disinilah kerancuan umat ini. Mereka sedang dipecah belah dengan sistem yang berusaha menjauhkan umat dari agamanya. Padahal dalam islam tidak ada perbedaan antara sains dengan agama. Yang mempelajari sains juga harus bertanggung jawab terhadap agama dan yang belajar agama pun dituntut untuk belajar sains.

Pengkotak-kotakan ini pun terjadi didalam perguruan tinggi islam. Padahal kalimat universitas adalah berasal dari kata universal. Jadi diharapkan setelah memasuki perguruan tinggi atau universitas mereka menjadi generasi yang universal atau dalam bahasa islam disebut dengan insan kamil bukan insan juziyyah atau parsial. Tetapi sistem tersebut sudah dipakai dalam perguruan tinggi islam sendiri. Sistem tersebut menjadikan umat ini terpecah belah sehingga seakan-akan dalam islam terdapat dikotomi keilmuan padahal tidak. Selain itu juga fakultas adalah berarti bagian tubuh atau panca indera. Dengan panca indera ini atau fakultas ini manusia dapat menggunakan kemampuannya dengan maksimal mungkin, bukan hanya menggunakan salah satu bagian saja. Tetapi kenyataanya berbeda. Dalam pendidikan perguruan tinggi islam sendiri mengadopsi metodologi Barat. Akhirnya lulusan perguruan tinggi islam yang berkonsentrasi dalam jinayah sahsiah umpamanya hanya mampu mendalami bidang tersebut sedangkan dalam bidang yang lainya umat tidak mampu mencerna. Atau dalam bidang kimia atau fisika atau bahasa pun demikian. Ketika terdapat problematika masyarakat tentang agama atau pun sosial mereka tidak mampu menjawab tantangan. Inilah konsep Barat yang mendekotomi keilmuan.

Tidak berhenti disitu. Dalam pendidikan dasar pun sudah mulai di bedakan. Apalagi jika melihat tingkat kualitas pendidikan di indonesia. Bulan mei kemarin kelulusan SMP/MTs, SMK/MA/SMA seindonesia telah diumumkan tetapi dari pengumuman tersebut berdampak sangat besar terhadap tingkat kehidupan umat ini. Banyak dari kalangan pelajar yang sangat depresi terhadap sistem ini. Banyak yang dikorbankan. Baik dari kalangan pemerintah, orang tuan, penyelenggara sekolah ataupun peserta didik.

Iseng-iseng Sambil Belajar Nulis ditengah kesuntukan


Hujan rintik-rintik menjelang qomat sholat isya basahi halaman sekitar kampus ISID. Peserta PKU dan mahasiswa S2 ISID Gontor berduyun-duyun menuju masjid. Dan tak ketinggalan mahasiswa S1 ISID pun juga bergegas meninggalkan asramanya menuju tempat wudhu. Perwajahan masjid ISID malam itu tampak berbeda. Lampu masjid lebih terang dari malam-malam biasanya. Sebab lampu mercury yang biasanya tak nyala, malam ini lampu yang tergantung di tengah itu menampakkan sinarnya bercahaya menerangi dalam ruangan masjid. Sehingga dinding-dinding masjid yang selesai di cat tampak semakin indah.
Walau suasana gerimis masjid tidak tampak sepi. Jamaah sholat isya terdapat 3 shaff. Walau banyak juga dari jamaah yang terlambat. Sholat jamaah di pimpin oleh teman saya yang berasal dari Bogor. Dia adalah utusan Darul Muttaqin untuk mengikuti Program Kaderisasi Ulama. Suaranya tampak merdu melantunkan ayat-ayat al-Quran. Dahulu dia adalah mahasiswa S1 jurusan bahasa Arab di Institut Studi Islam Darussalam. Dan merupakan suatu prestasi bahwa teman saya ini menyelesaikan program S1 hanya dalam jangka waktu 3 tahun. Padahal program yang di ambil bukan program yang mudah menurut saya. Selesai dari S1 teman saya ini langsung diutus oleh pesantrennya untuk mengikuti PKU ISID-Gontor angkatan ke tiga. Karena kualitas suara dan makhrojnya bagus dia terkadang selalu menjadi imam pengganti pada sholat jamaah di masjid ini jika imam utamanya tidak hadir.
Selesai sholat isya seperti biasanya aku berdzikir dan bersimpuh pada yang kuasa, tak lupa akupun membaca tasbih, tahmid, takbir dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam menjalani ujian hidup. Tetapi disaat jamaah yang lainnya berdzikir ada beberapa jamaah selesai sholat dan salam, terkadang ada saja jamaah langsung beranjak dari tempatnya. Ntah apa yang memotivasi mereka untuk cepat-cepat keluar dari barisan jamaah. Apakah ruangannya yang panas atau memang tak biasa kuat berada dimasjid. Mungkin mereka ada keperluan yang akan dilakukan.
Setelah melaksanakan sholat ba`diyah isya akupun bergegas menuju kediaman alias sarang PKU yang berada di sebelah timur dari masjid. Jarak masjid dengan sarangku kurang lebih 200 meter. Walaupun jaraknya tidak begitu jauh terkadang perjalanan menuju masjid terhambat dengan rusaknya akses menuju masjid. Jalan yang berada di gedung CIOS sering tergenang oleh hujan. Sebab jalan tersebut rusak disebabkan truk-truk besar yang membawa bahan bangunan. Sehingga jalan tak tahan menahan beban yang berat. Jika hujan turun maka peserta PKU dan teman-teman S2 agak terhambat menuju masjid.
Sesampainya aku di kamar, aku langsung mengambil buku dan polpen tapi tak lupa aku meminum teh manis yang kubuat tadi sore. Sebelum masuk kelas aku ngetem sebentar di ruang dapur untuk refresing sebentar melihat lawakan opera van java yang disiarkan TV swasta setiap pukul 20.00. tema malam itu adalah menceritakan anak band yang hancur reputasinya karena pergaulan yang tidak disiplin. Tapi aku tidak nonton sampai selesai, setelah iklan muncul aku langsung bergegas ke kelas. Sebab Dr Adian Husaini akan masuk dan mengajar kami.
Satu persatu teman-teman peserta PKU memasuki ruangan yang disusun melingkar oval dan dipinggir kelas tersusun rapi buku-buku yang menjadi rujakan kami belajar. Ada yang tersusun dilemari tapi juga ada yang tersusun rapi di atas meja. Sambul menunggu kedatangan DR. Adian kami dan kawan-kawan bersendau gurau. Tetapi tak lama kemudian DR. Adian memasuki raungan dengan memakai kemeja putih dan bawahan sarung berwarna putih pula. Beliau juga menenteng note book yang selalu menemani beliau pergi. Kata beliau, bahwa note book itu selalu beliau bawa kemanapun. Dan apapun yang terjadi beliau selalu tulis. Beliau juga yang selalu menganjurkan kepada kita-kita untuk selalu berlatih menulis. Saya selalu bersemangat untuk bisa menulis. Saya pun punya angan-angan bisa menulis seproduktif beliau. Dan dari motivasi beliaulah sehingga aku berusaha untuk menulis aktifitasku sekarang.