Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Rabu, Juni 15, 2011

Ba`da reformasi what the nexts

Ahmad Adib Musthofa*

12 tahun reformasi Indonesia terjadi. 12 tahun rakyat Indonesia rindu suatu perubahan yang dapat membawa kesejahteraan rakyat bangsa Indonesia. Korban materi dan bahkan nyawa dipertaruhkan demi suatu perubahan. Tapi proses perubahan yang diharapkan tak sebanding dengan pengorbanan yang telah dipertaruhkan rakyat. Bangsa ini masih dalam ketertinggalan dalam setiap ruangnya.
Undang-undang sebagai pilar menjalankan pemerintahan masih diwarnai deal-deal politik yang hanya dinikmati golongan tertentu. Perancang undang-undang berdalih mengatasnamakan rakyat tetapi dalam realitasnya tidak memihak rakyat melainkan hanya berpihak kepada yang dapat memberikan keuntungan bagi pembuat rancangan undang-undang. Padahal rakyat berharap besar kepada pemerintah atau pada para dewan yang dipiihnya saat pemilihan umum, tapi saat mereka duduk di dewan seakan janji yang dilontarkan saat sebelum menjabat hilang terbawa arus perpolitikan bangsa ini.
Banyak elemen pejabat Negara dan pemerintahan lupa terhadap bangsa yang memiliki rakyat. Rakyat yang berharap besar terhadap perubahan dan kesejahteraan yang dititipkan kepada mereka. Rakyat yang berharap para wakil rakyat dapat membawa perubahan situasi yang sangat membosankan bagi rakyat. Situasi kemiskinan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kebodohan. Tapi wakil rakyat yang jadi tumpuan rakyat Silih berganti memiliki problema terhadap jabatan dan prilaku yang dilakukan. Setiap hari problema kecurangan, korupsi, tindak pidana dan kesalahan para pejabat terulang-ulang di kabarkan.
Ketidakpercayaan rakyat terhadap pejabat Negara dan pemerintahan hari-semakin hari terkikis. Rakyat semakin bosan dengan situasi ini. Hampir setiap ruang kehidupan yang melibatkan pejabat Negara dan pemerintahan, rakyat semakin dijepit dan di tekan.
Anggaran Negara yang dititipkan oleh rakyat untuk kepentingan Negara disalahgunakan oleh pejabat untuk kepentingan pribadi. Kasus Gayus Tambunan merupakan salah satu bukti bagi rakyat bahwa pejabat pemerintah dan para penegak hukum tumpul, karena tidak menemukan kakap dibalik dari peran Gayus. Kasus Antasari yang masih menyisakan misteri kejanggalan dari keputusan hakim, Miranda Gultom yang masih dalam proses penyuapan saat akan menjabat deputi gubernur Bank Indonesia. Torus Sinaga pejabat kejaksaan yang menghalang-halangi pemeriksaan Gayus dan masih banyak kasus-kasus lainnya. Akhirnya menimbulkan kesimpulan bagi rakyat bahwa para pejabat Negara dan pemerintahan Miskin prestasi tapi kaya tuntutan. Memperkaya diri dalam suatu jabatan menjadi hal yang dianggap benar walau dengan cara menyalahgunakan apa yang rakyat titipkan pada mereka.
Padahal Kekayaan seseorang akan berbanding lurus dengan prestasi. Prestasi akan muncul dari individu yang berkompeten yang memiliki inovasi dalam bidangnya. Tapi di bangsa yang besar ini individu-individu yang memiliki kompeten dibidangnya bukan duduk diruangan yang sebenarnya, mereka tersingkirkan dan terpojokkan mengisi ruang-ruang yang tersisa. Mereka terpojok karena tidak memiliki materi atau saudara yang bias diajak kolusi. Tapi sebaliknya banyak para pejabat bangsa dan Negara yang bisa duduk diruangan wakil-wakil rakyat karena materi atau saudara yang bisa dititipin

PENDIDIKAN SHOLAT JAMAAH

Ahmad Adib Musthofa*

Hujan sedikit deras mengguyur bumi saat sang surya meninggalkan belahan bumi. Sinar terang matahari berganti menjadi gelap, seiring datangnya malam. Gemerlap cahaya listrik nampak memunculkan cahanyanya untuk menerangi kegiatan manusia. Lafadz adzan berkumandang ajak umat islam yang mendenganrkannya untuk datang ke masjid, guna melaksanakan sholat magrib berjamaah. Berduyun duyun pasukah bersarung dan berpeci menuju masjid. suara adzan memanggil mendayu-dayu dengan merdu lewat pengeras suara. dan dari arah utara bidadari cantik dengan srgam kecantikannya mendekati suara adzan. Makhluk tuhan yang satu ini jika sudah terbungkus mukena yang berwarna putih memang tampak keanggunan serta kecantikannya yang memancar. Mereka itu semua adalah para santri putra dan para santri putri yang sedang menuntut ilmu di pesantren. Begitulah suasana dikala adzan berkumandang, mereka segera menuju masjid dan membentuk barisan yang kokoh membentuk sebuah shaf dalam sholat.
Tapi kali ini memang agak berbeda. Walaupun curah hujan di saat ini agak tinggi tapi tidak menyurutkan para santri untuk berjamaah di masjid. Masjid bagi santri memang menjadi sarana pendidikan yang penting. Dari sholat inilah mereka diajarkan kedisiplinan, kepemimpinan, kesetaraan, kesetiaan, keihlasan, dan lain sebagainya. Jika dikupas maka tidak akan habis-habisnya. Tapi jika ingin tahu manfaat sholat sebagai pendidikan sudah banyak buku-buku ataupun tulisan yang membahasanya.
Mari kita lanjutkan kembali. Tak ketinggalan para pengajarnyapun juga menuju tempat yang sama yaitu masjid. Masjid yang terletak sebelah timur lapangan sepak bola. Lapangan yang super becek jika terkena guyuran air hujan. Hal ini disebabkan lapangan ini bekas rawa. Jadi jika musim hujan lapangan ini bagaikan sawah petani yang siap di tabur benih. Dulu memang lapangan ini sebelumya dijadikan sebagai sawah tapi karena kebutuhan akan lapangan yang luas, maka pihak pesantren mengeruk sebagian tanah agar menjadi lapang. Dan akhirnya mesin beko mengeruk lapisan tanah atas dan jadilah lapangan sepak bola.
Disamping masjid tepatnya sebelah utara terdapat bangunan. Bangunan tersebut oleh santri dinamakan mido`ah alias tempat wudhu. Dalam bangunan mido`ah terbagi menjadi dua ruangan. Satu ruangan untuk tempat wudhu putri dan satu ruangan untuk tempat wudhu putra. Dari tiap ruangan tersebut terdapat 2 kamar kecil yang dapat digunakan mandi, buang air kecil ataupun yang besar sekalipun. Bahkan terkadang juga bermanfaat untuk bersembunyi oleh para santri bandel.
Hujan semakin lama semakin deras. Saat turun hujan semakin deras salah satu santri putra mengumandangkan iqomah melalui speker yang ada di dalam masjid. Iqomah berarti suatu tanda, jamaah solat sudah siap untuk melakukan sholat. Dengan suara lantang santri tersebut mengumandangkan dan memberi tanda kepada jamaah yang belum berada di masjid untuk segera bergabung melakukan sholat berjamaah. Dan merapat ke barisan didalam masjid.
Sholat jamaah dipesantren ini bisa dikatakan merupakan kegiatan wajib. Bagi santri yang tidak dapat melaksanakan sholat berjamaah maka akan disanksi. Dan yang pasti yang menyaksi adalah bagian pengajaran santri. Diperbolehkan santri untuk tidak mengikuti sholat berjamaah jika sedang sakit keras yang menyebabkan tidak dapat berada dimasjid dan bagi yang sedang melaksanakan piket jaga asrama. Tapi bagi mereka tetap diwajibkan untuk tetap melaksanakan sholat jamaah di asarama dengan teman piketnya serta yang sakit di kamar. Inilah cara pesantren mendidik para santri untuk terbiasa menjalankan sholat fardu dengan jamaah.
Nabi telah mengajarkan kepada kita bahwa sholat jamaah memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan melaksanakan sholat fardu sendirian. Jika sholat jamaah di berikan 27 derajat sedangkan yang melaksanakan sendirian hanya diberikan 1 derajat. Inilah keistimewaan sholat berjamaah. Selain keutamaan dalam mendapatkan derajat disisi allah sholat jamaah juga mengajarkan sosialisasi terhadap sesama manusia.
Selesai santri mengumandangkan iqomah, para santri yang lainnya berdiri tertib rapi membentuk barisan yang rapat dibelakang imam. Inilah sholat jamaah memberikan pendidikan kepemimpinan. Siapapun yang menjadi imam yang sesuai dengan kriteria imam maka tetap harus diikuti. Selain itu imam itu hanya satu dalam satu jamaah. Alias pemimpin itu haruslah satu dalam satu wilayah. Jika dalam satu wilayah terdapat dua pemimpin maka rakyat yang dipimpim akan bingung, pemimpin mana yang harus diikuti.
Disaat sholat berjamaah kita tidak boleh memandang kepribadian dari seorang imam. Walaupun dalam kesehariannya sang imam kita benci tetapi jika sudah disepakati menjadi imam maka gerakannya tetap harus diikuti. Tidak boleh mendahului gerakan imam. Jika mendahului imam maka sholat kita batal. Atau kita lepas dari jamaah dan membuat jamah dibelakang jamaah utama itupun juga tidak boleh dalam ajaran saat sholat jamaah.
Tak berlangsung lama sholat sudah dimulai dengan diawali takbirotul ihrom dan diikuti oleh para jamaah. Tiga rekaat telah terselesaikan. Dan diakhiri dengan salam.
Adib el-nglesany “ditulis disaat gerimis selepas sholat jamaah magrib dimasjid tgl 31 mei 2011”

PR dalam Hajat Banten 2011

Ahmad Adib Musthofa*

Hajat besar di bulan oktober 2011 yang akan dilaksakan di Banten. Hajat yang sudah menampakkan aromanya. Aroma persaingan mengambil hati masyarakat sudah mulai ramai. Keramaian tampak dalam pemasangan alat peraga sosialisai disudut kota dan jalan. Pemasangan slogan dan foto tersebut menginformasikan pada masyarakat bahwa nama dan foto yang tertampang dalam alat peraga akan mengikuti hajat besar di banten. Hajat rakyat dalam pemilihan kepala daerah. Kepala daerah yang akan memimpin banten. Pemimpin yang akan menentukan Banten 5 tahun kedepan.
Berbagai baleho, spanduk sudah tampak ramai di sudut tata ruang kota dan daerah, bahkan di batang pohon menjadi tempat favorit penempelan foto. Berbagai ucapan dan slogan tertulis besar di berbagai media, slogan yang mengindikasikan suatu janji pada masyarakat, bahwa dirinya mampu mengelola dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Keramaian ini sebagai bentuk sosialisasi meraih kursi 1 di provinsi banten.
Pembukaan pendaftaran calon kepala daerah baru di buka 8 juni tetapi proses sosialisasi sudah tampak ramai di sepanjang jalan lalu lintas. Pemandangan ini bukan hanya terjadi di pusat kota, di penjuru desa-desa tak lepas dari pemasangan alat peraga sosialisi. Proses pencurian start sosialisasi. Proses ini dilakukan oleh pendukung calon kandidat. Tindakan ini dilakukan, agar masyarakat tidak aneh terhadap calon atau tokoh-tokoh yang akan bersaing dalam pencapaian banten 1.
Pemasangan foto atau spanduk dalam proses sosialisasi ini merupakan bentuk menghambur-hamburkan uang. Dalam keadaan seperti saat ini selayaknya setiap pihak untuk menahan diri untuk pembuatan alat peraga tersebut, sebab akan lebih berharga jika anggaran dalam proses ini digunakan dalam sektor yang nyata terhadap masyarakat. Masyarakat lebih membutuhkan action nyata dari berbagai pihak yang akan mencalonkan dirinya dalam mencapai banten 1, bukan buaian kata indah yang penuh janji dan strategi.
Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi besar. Potensi yang tidak dimiliki setiap daerah. Potensi alam yang berlimpah ruah, potensi daerah yang belum tergali dan terperhatikan dengan maksimal oleh setiap pemimpin di daerah. Sehingga hal ini yang masyarakat masih dalam garis bahaya dalam menjalani kehidupan.
Saat ini masyarakat banten membutuhkan pemimpin yang dapat mendengarkan dengan baik keluh kesah yang mereka rasakan dalam menjalani kehidupan. Kehidupan secara sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan seterusnya. Tantangan masyarakat dalam menghadapi kehidupan ini mengalami hadangan kerasnya persaingan. Persaingan yang melupakan moralitas dan etika.
“Adib el-nglesany 05 juni 2011 ditulis saat malam hari ketika tidak bisa tidur.”

Bingung Menulis…

Ahmad Adib Musthofa*

Saat ini saya sedang berusah untuk bisa menulis suatu artikel, tetapi disaat ide sudah ditemukan dan dicoba untuk dituangkan dalam suatu kata dan kalimat tersusun, maka ide pokok tersebut hilang begitu saja. Saat paragraf pertama tercipta sebagai awal pengantar suatu ide tetapi untuk menyambungkan ide-ide selanjutkan di paragraf kedua tampak terasa kesulitan merangkainya. Duh gimana ini…. Motivasi untuk menulis sudah tampak kuat dalam diri ini, tetapi terhenti disaat ide dicoba untuk dituangkan.
Latihan dan latihan itu yang harus saya lakukan. Latihan yang terkadang muncul suatu keraguan dalam diri ini. “apakah bisa saya ini menjadi seorang penulis yang handal? Pertanyaan itu selalu muncul dalam diri ini, sebab tulisan-tulisan yang pernah saya hasilkan tidak memberikan kepuasan diri ini. Hampir seluruhnya cacat, jangankan sempurna menuju sempurna pun sangat jauh.
Tulisan tampak kaku, penggunaan kosa kata dalam merangkai kalimat sangat minim perbendaharaan kata. Miskin informasi yang akan dikembangkan, dan miskin refrensi.
Aku memiliki keinginan besar saat ini untuk memiliki suatu artikel yang dapat diterima di media massa. Tetapi jangankan diterima di mediua massa, untuk konsumsi sendiri saya merasa tulisan ini morat-marit teu pararuguh jluntungannya.
Konsistensi dalam mengikat ide dalam suatu paragraf saya memiliki kesulitan. Ini sudah saya alami bertahun tahun tapi belum tampak muncul solusi yang dapat menjadi jalan keluar dari permasalahan ini.
Aku ingin tulisan saya saat dibaca mengalir dengan enak, sehingga pembaca tidak butuh mengernyitkan dahinya saat membaca tulisan saya. Tetapi diri saya aja, saat membaca hasil tulisan saya butuh beberapa lipatan didahi untuk mengerti tulisan ini. Tulisan yang memiliki pembahsan zigzag.
Padahal sudah banyak buku yang saya miliki dan saya baca mengajarkan tentang menulis. Tetapi saat praktek terjadi pikiran serasa membeku, tangan terasa kaku, imajinasi tak bisa terbang melayang dan akhirnya mata terpaku pada paragraf yang ada. Saat seperti ini biasanya ku membaca ulang paragraf yang sudah ada. Tetapi saat dibaca ulang banyak ketidak puasan, sehingga bukannya menyelesaikan paragraf berikutnya, konsentrasi makin terjadi pada pengevaluasian paragraf yang ada.
Aku butuh guru yang dapat membimbing saat-saat seperti ini. Yang bisa mengarahkan jalan apa yang harus saya lakukan. Jika seperti ini, saya bingung seperti nelayan yang berada si tengah-tengah samudra, dengan ombak besar yang menggoyang-goyang sampanya. Tak tahu arah mata angin, tak tahu kemana arah yang dituju, gelisah dengan keadaan, tak ada orang yang lewat tak ada sesuatu yang mengarahkan
“adib el-nglesany 05 juni 2011 saat malam hari di kantor PPSB”

Akar Raadikalisme di indonesia

Ahmad Adib Musthofa*

Saat ini masyarakat indonesia merasa tidak aman terhadap kegiatan yang mereka dilakukan. Rasa ketidak percayaan terhadap segala sesuatu kini mulai hilang dan yang tersisa adalah rasa saling mencurigai. Hal ini dilatar belakangi dengan maraknya kabar tentang peledakan bom yang terjadi di wilayah indonesia. Saat ini masyarakat memiliki rasa curiga yang sangat tinggi sehingga menghilangkan rasa aman pada dirinya dan lingkungan sekitar.
Maraknya kabar tentang pengeboman yang terjadi di indonesia pada saat ini menjadi fenomena yang menakutkan bagi masyarakat. Imbas dari kabar tersebut adalah pada kegiatan kerohisan yang dilakukan dilembaga pendidikan. Kegiatan kerohisan yang dilakukan pelajar dan mahasiswa menjadi momok bagi orang tua terhadap anaknya. Padahal sebelum terjadinya peristiwa peledakan bom, orang tua sangat bangga jika anaknya ada dalam kegiatan tersebut, akan tetapi setelah terjadi peristiwa peledakan bom, kebanggaan orang tua terhadap kegiatan kerohisan berubah menjadi khawatir dan takut merasa terancam jika anaknya berada pada kegiatan tersebut.
Kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang mengikuti kerohisan dilatar belakangi karena pelaku peledakan bom yang dihubung-hubungkan dengan ajaran islam, dakwah, serta buku-buku tentang keislaman serta tak luput juga dari tema pembahasan tentang jihad. Jika benar kekhawatiran masyarakat ini berdasarkan hal tersebut, maka ini membuktikan bahwa media memiliki peran penting dalam menggiring masayarakat untuk takut pada islam. Sebab selama ini media memiliki peran menginformasikan pada masyarakat. Media hanya melihat sisi fisik yang ada atau yang tersisa di kediaman para pelaku bom. Jika ingin mempelajari bahwa Islam masuk di indonesia sudah berabad-abad lamanya, tapi mengapa peledakan bom ini baru terjadi pada saat ini, itulah yang menjadi pertanyaan bagi kita semuanya.
Ajaran islam sudah di ajarkan rosulullah berabad-abad kemudian di teruskan oleh para sahabat hingga sampai ke para wali yang membawa ajaran islam ke indonesia. Tapi selama itu kejadian peledakan bom baru terjadi pada saat ini itupun terjadi hanya di indonesia. Bahkan selama indonesia pada masa merintis kemerdekaan NKRI sampai masa merintis reformasi, terorisme tidak terjadi seperti saat ini. Tapi kini seakan-akan ajaran islam serta kegiatannya menjadi sorotan yang sangat menakutkan. Padahal islam tidak seganas yang mereka sangka. Walaupun pelaku peledakan bom itu beragama islam tetapi hal itu tidak bisa menjadi alasan memojokkan ajaran-ajaran agama sebagai akar ketidakstabilan keamanan saat ini.
Akar masalah ini sebetulnya bukan pada ajaran islam atau ayat-ayat suci yang diajarkan di lembaga pendidikan, akan tetapi jika ingin benar-benar melihat bahwa akar masalah dari peledakan bom yang terjadi adalah faktor ketidakadilan. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Tapi yang terjadi saat ini banyak sesuatu yang tidak ditempatkan pada tempatnya. Sehingga masayarakat merasakan adanya ketidak adilan. Ketidakadilan itu sangat dirasakan oleh masyarakat.
Masyarakat bisa berbuat sesuatu yang tak disangka-sangka atau berbuat yang tak terduga jika mereka merasa lelah dan terhimpit dengan problema kehidupan yang mereka rasakan atau yang mereka lihat. Problema itu bisa muncul pada bidang politik, sosial, budaya, pendidikan dan yang lebih sensitif lagi adalah ekonomi.
Jika salah satu dosen filsafat yang ada disalah satu universitas ternama di indonesia mengatakan bahwa munculnya pemikiran-pemikiran yang mengarah pada faham radikalisme dikarenakan masuknya ayat-ayat suci dalam proses pembelajaran, maka ungkapan tersebut tak berasalan. Sebab ayat-ayat suci berada dalam lingkungan pembelajaran sudah sejak dulu, bahkan sebelum sang dosen itu lahir, ayat-ayat suci sudah dalam proses pembelajaran tetapi selama itu juga tidak terjadi seperti apa yang difikirkan oleh sang dosen.
Ungkapan dosen tersebut bisa bertendensi bahwa ajaran agama tidak layak diajarkan disuatu lembaga pendidikan. Bahkan lebih parahnya lagi dosen filsat tersebut juga mengkritisi tujuan UU Sisdiknas. Dalam UU Sisdiknas tujuan pendidikan adalah menghasilkan insan yang berakhlak mulia. Menurut dosen tersebut itu tujuan yang salah. Menurut dosen tersebut bahwa seharusnya tujuan pendidikan adalah menghasilkan akal yang kritis bukan insan yang berakhlak mulia. Sang dosen mengatakan bahwa akhlak bukan tanggung jawab lembaga pendidikan melainkan tanggung jawab agama dan keluarga.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Ahmad Adib Musthofa*

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, merupakan bunyi sila kelima dari pancasila. Keadilan yang dimaksud dalam sila ini bukanlah pemerataan tetapi kesesuaian. Persamaan dalam mendapatkan hak-hak kehidupannya. Bangsa indonesia yang merdeka menjamin kemerdekaan hak setiap rakyatnya. Penguasaan terhadap hak rakyat dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Persamaan menjadapatkan keadilan di negeri ini di jamin oleh pancasila.
Pancasila merupakan idiologi bangsa indonesia. Pancasila adalah pedoman pelaksanaan pemerintahan indonesia. Setiap warga indonesia wajib melaksanakan konstitusi ini. Dalam penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bernegara saat ini sudah mulai dilupakan. Pancasila hanya dipandang sebagai sejarah, sehingga nilai-nilai terkandung didalamnya sudah banyak yan tidak diterapkan.
Keadilan adalah harapan manusia. Rasa tentram, aman, damai merupakan kondisi yan menjadi idaman setiap rakyat dalam menjalankan aktifitasnya. keadilan menjadi kebutuhan pokok manusia. Walupun keadilan dimuka bumi merupakan keadilan yang mendekati kebenaran. Membicarakan keadilan tidak akan terlepas denan kata kebenaran. Adil dan benar merupakan kata yang saling berkaitan. Dengan adil maka menjadi benar, dan dengan berbuat benar maka rasa keadilan terjaga.
Indonesia yang didirikan dengan menggunakan dasar pancasila tidak mengesampingkan rasa kebenran dan keadilan. Berdirinya bangsa Indonesia adalah wujud untuk mewujudkan rasa keadilan dengan sebenar-benarnya melalui nilai-nilai kebenaran. Dengan tetap tegaknya kebenaran yan dijaga oleh semua kalangan maka rasa keadilan akan dirasakan oleh semua rakyat. Penegakkan keadilan yang sesuai nilai kebenaran akan mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan bahagia.
Namun keadilan dan kebenaran bukanlah sesuatu yang murah dimuka bumi nusantara. Keadilan dan kebenaran dibutuhkan usaha yang keras dalam mewujudkannya. Sebab perwujudan keadilan yang sebenarnya akan bertabrakan dengan egoism yang ada dalam diri manusia. Kemurkaan, kerakusan, kebencian akan menyertai dan mengganggu orang-orang yang lalai apa hakekat sesungguhnya dirinya.
Bentuk kesungguh-sungguhan pemerintah Indonesia untuk mencapai cita-cita, yaitu menjadi Negara yang nyaman dan damai untuk ditempati, Negara yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, Negara yang makmur dan sejahtera dan Negara yang tunduk terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan amanah kehidupan bagi manusia.

Menuju Banten yang sejahtera

Menuju Banten yang sejahtera
Ahmad Adib Musthofa*

Pagi yang cerah dihiasi sinar matahari yang terang di kota serang. Lalu lalang kendaraan memenuhi badan jalan yang penuh lubang. Jalan pemerintahan yang kini sudah terlupakan pembangunannya oleh pemerintah, kini semakin parah kerusakannya. Terlupakan karena ketiadaan dana ataukah memang terlupakan karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan atau bisa jadi sudah terprogram dan teranggarkan tetapi uangnya entah kemana, tetapi jang jelas jalan semakin rusak
Jalan merupakan Fasilitas yang sangat penting bagi berlangsungnya segala aktifitas masyarakat, dan juga tidak ketinggalan adalah aktifitas perekonomian. Fasilitas yang satu ini, Kini menjadi kendala yang cukup berarti bagi peningkatan perekonomian masyarakat banten. Sebab dengan rusaknya infrastruktur ini, mengganggu kelancaran aktifitas masyarakat bahkan sampai pada tingkat memakan korban, baik materi atau non materi. Tetapi infrastruktur penting itu terbengkalai tanpa sentuh, kalaupun disentuh juga hanya dengan sentuhan kualitas minim oleh pihak yang berwenang.
Dari keadaan ini, Rakyat hanya mampu berceloteh dengan sumpah serapahnya, tetapi itupun juga tidak memunculkan perubahan yang berarti bagi perbaikan fasilitas ini. Celotehan tersebut hanya dianggap kicauan yang tanpa arti. Penulis yakin, sebenarnya pemerintah mendengarkan dan mengetahui hal itu. Tapi entah kenapa juga pemerintah belum bisa bertindak banyak untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat melalui fasilitas yang baik. Celotehan masyarakat yang tak berujung pada perbaikan jalan, menjadikan rakyat mulai bosan dan hanya bisa bertanya pada rumput yang bergoyang sepanjang jalan.
Banyak infrastruktur yang ada di salah satu pusat ibu kota provinsi banten ini kurang layak digunakan oleh masyarakat. Tetapi entah apa yang salah, systemkah yang di selewengkan oleh personal ataukah memang personal yang tidak berharap rakyat ini, mendapatkan fasilitas yang layak. Ataukah memang mata hati atau mata fisiknya sudah mulai buta yang tak mampu melihat kondisi jalan. mereka yang memiliki kebijakan tak mampu bergerak untuk menumbuhkan dan mensejaherakan kehidupan yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Banten adalah provinsi yang memiliki potensi besar. Potensi wisata yang bagus yang belum terkemas dengan baik, potensi perdagangan yang belum digarap dengan maksimal, potensi pendidikan, sosial, potensi ekonomi yang kesemuanya itu ada di wilayah ini. Tetapi potensi yang dimilikinya belum dimaksimalkan oleh pemerintah. Ketidak maksimalan pemerintah dalam menangani potensi ini dikarenakan minimnya modal yang dimiliki pemerintah. Jika demikian kenyataanya seharusnya pemerintah sebagai pembantu masyarakat dapat mengajak investor swasta untuk menangani pembangunan ini. Sehingga pembangunan daerah bisa tumbuh dengan baik dan menjadikan masyarakatnya hidup dengan sejahtera.
Kini saatnya rakyat untuk berbuat lebih banyak untuk pembangunan banten yang diharapkan. Jika rakyat Banten mengandalkan pemerintah untuk mewujudkan Banten yang sejahtera, banten yang cerdas dan banten yang agamis, dengan keadaan seperti ini tanpa kesadaran semua pihak, maka tak akan terwujud banten yang jadi idaman.
Bentuknya bagaimana, mewujudkan Banten yang maju dan sejahtera, itu pasti pertanyaan yang akan muncul. Bulan oktober 2011 adalah waktu yang tepat menentukan banten untuk lebih maju. Perhelatan akbar yang akan dilaksanakan masyarakat banten yaitu pemilihan kepala daerah. Ujung tombak kepemimpinan banten yang akan memimpin rakyat banten.
Pemimpin masa depan banten
Pemimpin dalam kehidupan merupakan bagian terpenting. Kepala daerah sebagai ujung tombak kebijakan pemerintah. Kebijakan yang menghantarkan masyarakat menuju kesejahteraan dan kecerdasan. Pemimpin yang dapat memberikan sinyal positif serta memotivasi. Pemimpin yang dapat menginspirasikan rakyat untuk maju. Bukan menjadikan masyarakat semakin terpuruk dalam kebodohan dan kesengsaraanya.
Rakyat banten memimpikan seorang kepala daerah yang memiliki mata besar dan telinga besar. Mata yang dapat meilihat kondisi masyarakat sesungguhnya, bukan dalam kondisi yang sudah diatur untuk setingan ABS (Asal Bapak Senang) atau AIB (Asal Ibu Bangga). Tetapi pemimpin banten yang mengetahui kondisi yang sesungguhnya, yang dirasakan masyarakat banten atas kebijakan pemerintah. Dengan mata yang besar berarti pemimpin yang memiliki visi yang jelas dengan pelaksanaan yang terencana.
Yang kedua adalah pemimpin yang memiliki telinga besar. Dengan kontruksi manusia yang memiliki telinga dua dan mulut satu, menjadikan manusia harus banyak mendengar dari pada berbicara. Rakyat sudah bosan dengan buaian dan nyanyian para pemimpin. Pemimpin yang hanya gemar pidato tapi minim tindakan. i yang diharapkan masyarakat banten adalah tindakan nyata dari apa yang mereka nyanyikan melalui pidato-pidato yang disampaikan. Dengan banyak mendengar keluhan masyarakat maka, pemimpin banten dapat memperbaiki banten untuk menuju banten yang sejahtera akan terwujud.
Saat ini rakyat sudah jenuh terhadap pemimpin yang ada. Kejenuhan ini disebabkan karena keegoisan dari individu yang tak ingin melihat dan mendengar keluhan masyarakat. Pemimpin yang hanya mendengarkan orang-orang sekelilingnya, pejabat-pejabat pemerintah yang hanya melaporkan kesenangan bagi atasannya. Padahal mereka adalah pembantu rakyat untuk mencapai kehidupan yang layak di daerah, daerah yang memiliki potensi sumberdaya yang berlimpah ruah tapi sayang belum banyak tersentuh oleh pemerintah.
Pemilukada yang akan dilaksanakan bulan oktober 2011 merupakan momentum yang pantas untuk masyarakat banten mencari pemimpin yang mampu membawa banten yang lebih baik. Cara yang terbaik bagi masayarakat untuk berperan aktif dalam perubahan ini adalah mendatangi TPS yang telah disediakan KPU dengan memanfaatkan hak suaranya, memilih secara langsung pemimpin banten masa yang akan datang. Tinggalkan calon yang tidak memiliki ketulusan, keihlasan dalam membangun banten.
Masih ada waktu untuk masayarakat banten untuk memantau atau mengetahui pola pemimpin yang akan memimpin banten. Mencari informasi dengan Melihat pengalaman, track ricords dalam memimpin para calon-calon pemimpin yang maju. Bukan langkah yang tepat jika tidak menggunakan hak suara kita di bulan oktober nanti. Menggunakan hak suara atau tidak menggunakan hak suara kita di bulan oktober nanti, semuanya memiliki konsekuensi dan tanggung jawab semuanya. Jika kita berusaha menggunakan hak suara kita di bulan oktober dan pilihan kita itu tepat pada pemimpin yang mampu membawa banten yang lebih baik maka kita akan diberikan 2 pahala oleh Tuhan, tetapi jika kita menggunakan hak suara kita dan pemimpin yang kita pilih tidak tepat, maka tuhan memberikan 1 pahala. Dan jika kita tidak memilih saat oktober nanti, maka tuhan tidak akan pernah mencatat pahala pada diri kita dalam pemilihan pemimpin ini, bahkan bisa menjadi dosa, sebab kita mengetahui pemimpin yang layak tetapi kita tidak menggunakan hak suara kita.
Masyarakat banten harus pandai-pandai dalam mendukung calon yang kan maju pada oktober mendatang. Masayarakat jangan terlena dengan janji-janji yang dilontarkan saat kampanye, masayarakat banten harus pandai mencermati calon yang akan maju, pastinya dengan mengikuti perkembangan melalui media dan latar belakang yang dimilikinya. Jangan hanya uang 100 ribu atau pun satu juta kita korbankan banten untuk lima tahun kedepan. Jangan hancurkan banten dengan cara-cara yang tidak baik . semoga oktober 2011 banten memiliki pemimpin yang kridibiltas, tulus, ihlas sehingga banten menjadi lebih baik. amin

Penulis adalah pemerhati sosial di pondok pesantren Al-Manshur Darunnajah 3

Minggu, Juni 12, 2011

KEMBALIKAN KEWIBAWAAN POLISI

Polisi menjadi sorotan public. Polisi sudah menjadi instansi penting bagi masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki hak untuk mengkritisi instansi ini. Sebab polisi sudah dianggap bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya peran polisi dalam masyarakat dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Lalu lintas yang macet masyarakat membutuhkan kehadiran polisi untuk mengatur jalur lalu lintas. Adanya keonanran yang terjadi dimasyarakat, polisi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan, adanya pencurian, pembunuhan dan tindakan kejahatany yang lainnya peran polisi sangat dibutuhkan mengurai dan menangani kejahatan yang terjadi dimasyarakat.
Begitu pentingnya peran polisi bagi masyarakat, sehingga ada ungkapan yang menyatakan bahwa menyerang polisi berarti menyerang kedaulatan Negara. Ungkapan sangat mendasar. Sebab jika polisi mendapatkan serangan dari pihak-pihak yang mengharapkan hilangnya peran polisi di masayarakat, maka yang terjadi adalah ketenangan, kedamaian serta keamanan masyarakat tidak stabil. Jika ketenangan, kedamaian serta keamanan masyarakat tidak stabil maka masyarakt merasakan ketidak nyamanan dalam melaksanakan aktifitas. Jika ketidak nyamanan masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya mengalami gangguan dan tidak terjaminnya keamanan maka kehidupan bernegara juga akan mengalami ketidak stabilan. Jika ketidak stabilan pada tingkat bernegara dan berbangsa maka akan terjadinya kekakacauan perdamaian. Kedamaian yang menjadi cita-cita berdirinya Negara Indonesia yang merdeka.
Saat ini sudah banyak peristiwa yang menjadikan polisi menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Kemarahan masyarakat terhdap peran polisi yang tidak sesuai dengan karidor hokum. Polisi yang menjadi pelindung masyarakat menjadi polisi yang menjadi factor ketidak nyamanan masyarakat beraktifitas bahkan pada tinggat polisi menjadi musuh masyarakat. Mengapa hal ini terjadi pada anggapan masayarakat? Sebab, Polisi hanya akan bekerja menjalankan penegakan hokum terhadap kalangan pejabat dan orang-orang yang memiliki kekuasaan. Sedangkan pada masyarakat kecil, polisi tidak memiliki loyalitas terhdap masyarakat.
Sikap kecekatan dalam bertindak, cepat dalam memburu tindak kejahatan hanya diperankan polisi saat mereka menerima perintah dari kalangan tertentu, sedangkan jika mendengar laporan masyuarakat yang tidak memiliki jabatan, kekuasaan serta keuangan maka sikap cepat dan cekatan hilang menjadi loyo, lambat dan bahkan enggan mengurusinya. Padahal sejak mereka sekolah diakademi kepolisian bahkan sampai mereka berada di posisi di instansi kepolisian, masyarakatlah yang membiayai mereka sampai sukses. Tetapi mereka tidak menyadarinya, rasa terimakasih terhadap masayarakat tidak terbesit dalam dirinya. Bahkan banyak oknum polisi yang menyakiti masayarakat dengan segala prilakunya.
Masyarakat bias memahami bahwa polisi juga manusia yang bias berbuat lalai dan salah, walaupun polisi saat pendidikan dididik dengan kedisiplinan yang tinggi, penanaman sadar terhadap hokum, masayarakat masih bisa menyadari dan memahami sisi kemanusiannya, tetapi bias kah polisi memahami masyarakat yang memiliki komplektifitas latar pendidikan yang sangat berbeda? masayarakat yang tidak memiliki kesempatan yang baik seperti polisi, bias memahami polisi sebagai manusia biasa, tetapi mengapa polisi yang dididik dengan kemampuan tinggi serta di berikan fasilitas tidak bias memamhami masayarakat?
Baik buruknya polisi ada di dalam anggota-anggotanya. Sisitem yang terbentuk dalam penanganan masalah sudah diatur dalam undang-undang. Polisi sudah dibekali Standar operasional dalam penanganan tindak kejahatan. Aturan-aturan tersebut harus dilakukan sama terhadap semua elemen masyarakat.
Polisi dibiayai oleh masyarkat melalui tangan para pemilik kebijakan pemerintah dan Negara. Seharusnya polisi bekerja dengan maksimal mengabdikan dirinya terhdap masayarakat. Tetapi adakalanya polisi tebang pilih dalam melaksanakan tugasnya. Jika polisi bisa melayani para pejabat dengan baik kenapa terhadap masyarakat yang berkorban membiayai polisi dalam pendidikan, banyak oknum polisi yang menjadi musuh masayarakat? padahal ekonomi masayarakat tidak sebagus para pejabat, polisi melupakan begitu saja?
Evaluasi kedalam oleh para pihak polisi diperlukan saat ini. Jika citra polisi di hadapan masyarakat tidak ingin terjatuh pada titik nadir. Kekecewaan masyarakat yang tumbuh setiap saat bisa memperburuk instansi yang sangat penting dalam melindungi keamanan, kenyamanan serta kedaulatan bangsa dan Negara ini.
Kinerja polisi yang ada dilapangan yang selalu berhdapan langsung dengan masyarakat perlu dibenanhi, pelaytanan polisi terhdapa aduan masayarakat dikoreksi serta tindakan polisi polisi saat ini perlu dievaluasi. Sebagus apapun system yang diberlalukan tetapi jika terdapat oknum-oknum yang tidak sepakat terhadap pelaksanakan sisitem yang disepakati maka instansi akan menjadi korban ketidak disiplinan anggotanya.
Polisi sebagai ujung tombak penegakan hokum di Indonesia seharusnya siap dengan segala tantangan dan resiko yang dihadapainya. Bukan tebang pilih dalam penegakan hokum. Cekatan, cepat bertindak terhdap pendekteksian korupsi walau mereke yang berbuat orang-orang berkuasa. Kesatria yang berani menyatakan salah terhdapa yang salah, bukan menutup-nutupi atau mengulur-ngulur penyelesaian karena takut terhdapa pebajat atau orang-orang yang berkuasa. Lakukanlah secepat polis menangkap masayarakat yang melanggar peraturan lalu lintas dijalan. Polisi lalu lintas bisa mendeteksi secara tepat jika para pengendara tidak memiliki SIM atau STNK. Polisi lalu lintas yang dapat membaca secara cepat walaupun sang pengendara masih berjarak jauh dari pos polisi. Kareana polisi memiliki mata elang terhadap para pelanggar jalur lalu lintas. Coba jika mata elang polisi ini diterapkan pada criminal yang lainnya yang dilakukan para pejabat atau menguasa, maka kenyamanan, ketenangan dan kedamaian masayarakat akan tercipta di bumi pertiwi.
Citra polisi sebagai pelindung dan pelayan masyarakat akan melekat dengan sendirinya melalui tugas-tugas polisi yang sesuai dengan hokum. Walaupun polisi tidak memiliki duta-duta pun maka citra baik sebagai instansi penegak hokum pun akan dimilikinya. Dengan bekerja tulus menegakkan keadilan dibumi Indonesia. Bukan melaksanakan tugas karena perintah penguasa. Jika polisi bertugas karena penguasa, maka akan selamanya polisi bukan menjadi teman atau sahabat masyarakat melainkan menjadi musuh masyarakat yang akan selalu diserang dan dihantui penyergapan dan penembakan serta perampasan senjata yang dimiliki oleh polisi
Profesi polisi merupakan profesi yang mulia dan menjadi idaman setiap masayarakat jika dilaksanakan sesuai peraturan dan undang-undang yang diberikan. Kini masayarakt memimpikan polisi Indonesia yang gagah perkasa nan kesatria yang melayani dan melindungi masyakat dengan tulus ikhls bukan karena uang yang menjadi tujuan seorang polisi. Semoga Indonesia memiliki polisi yang memiliki kejujuran yang tinggi yang dapat melindungi masyarakat Indonesia.

*Penulis adalah masayarakat peduli citra polisi