Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Rabu, Juni 15, 2011

Ba`da reformasi what the nexts

Ahmad Adib Musthofa*

12 tahun reformasi Indonesia terjadi. 12 tahun rakyat Indonesia rindu suatu perubahan yang dapat membawa kesejahteraan rakyat bangsa Indonesia. Korban materi dan bahkan nyawa dipertaruhkan demi suatu perubahan. Tapi proses perubahan yang diharapkan tak sebanding dengan pengorbanan yang telah dipertaruhkan rakyat. Bangsa ini masih dalam ketertinggalan dalam setiap ruangnya.
Undang-undang sebagai pilar menjalankan pemerintahan masih diwarnai deal-deal politik yang hanya dinikmati golongan tertentu. Perancang undang-undang berdalih mengatasnamakan rakyat tetapi dalam realitasnya tidak memihak rakyat melainkan hanya berpihak kepada yang dapat memberikan keuntungan bagi pembuat rancangan undang-undang. Padahal rakyat berharap besar kepada pemerintah atau pada para dewan yang dipiihnya saat pemilihan umum, tapi saat mereka duduk di dewan seakan janji yang dilontarkan saat sebelum menjabat hilang terbawa arus perpolitikan bangsa ini.
Banyak elemen pejabat Negara dan pemerintahan lupa terhadap bangsa yang memiliki rakyat. Rakyat yang berharap besar terhadap perubahan dan kesejahteraan yang dititipkan kepada mereka. Rakyat yang berharap para wakil rakyat dapat membawa perubahan situasi yang sangat membosankan bagi rakyat. Situasi kemiskinan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kebodohan. Tapi wakil rakyat yang jadi tumpuan rakyat Silih berganti memiliki problema terhadap jabatan dan prilaku yang dilakukan. Setiap hari problema kecurangan, korupsi, tindak pidana dan kesalahan para pejabat terulang-ulang di kabarkan.
Ketidakpercayaan rakyat terhadap pejabat Negara dan pemerintahan hari-semakin hari terkikis. Rakyat semakin bosan dengan situasi ini. Hampir setiap ruang kehidupan yang melibatkan pejabat Negara dan pemerintahan, rakyat semakin dijepit dan di tekan.
Anggaran Negara yang dititipkan oleh rakyat untuk kepentingan Negara disalahgunakan oleh pejabat untuk kepentingan pribadi. Kasus Gayus Tambunan merupakan salah satu bukti bagi rakyat bahwa pejabat pemerintah dan para penegak hukum tumpul, karena tidak menemukan kakap dibalik dari peran Gayus. Kasus Antasari yang masih menyisakan misteri kejanggalan dari keputusan hakim, Miranda Gultom yang masih dalam proses penyuapan saat akan menjabat deputi gubernur Bank Indonesia. Torus Sinaga pejabat kejaksaan yang menghalang-halangi pemeriksaan Gayus dan masih banyak kasus-kasus lainnya. Akhirnya menimbulkan kesimpulan bagi rakyat bahwa para pejabat Negara dan pemerintahan Miskin prestasi tapi kaya tuntutan. Memperkaya diri dalam suatu jabatan menjadi hal yang dianggap benar walau dengan cara menyalahgunakan apa yang rakyat titipkan pada mereka.
Padahal Kekayaan seseorang akan berbanding lurus dengan prestasi. Prestasi akan muncul dari individu yang berkompeten yang memiliki inovasi dalam bidangnya. Tapi di bangsa yang besar ini individu-individu yang memiliki kompeten dibidangnya bukan duduk diruangan yang sebenarnya, mereka tersingkirkan dan terpojokkan mengisi ruang-ruang yang tersisa. Mereka terpojok karena tidak memiliki materi atau saudara yang bias diajak kolusi. Tapi sebaliknya banyak para pejabat bangsa dan Negara yang bisa duduk diruangan wakil-wakil rakyat karena materi atau saudara yang bisa dititipin

Tidak ada komentar: