Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Sabtu, Juli 09, 2011

Pancasila: antara kebenaran dan keinginan.

Pancasila merupakan dasar idiologi bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil pemikiran para pahlawan bangsa Indonesia. Dalam pembentukanya, Idiologi ini sangat pelik dan panjang sejarahnya. Pembentukan idiologi ini tidak semulus orang memejamkan mata. Tekanan kemerdekaan dari rakyat dan keinginan rakyat terbebas dari segala penjajahan merupakan salah satu latar belakang munculnya pancasila.

Perang pemikiran dan keinginan para pelaku sejarah ini, mewarnai terbentuknya teks pancasila. Pancasila bukanlah hasil dari pemikiran atau peran seseorang. Perdebatan dalam pembentukan ini terjadi diantara pelaku sejarah, dan akhirnya jadilah teks pancasila. Nilai-nilai yang ada dalam teks pancasila diharapkan dapat membebaskan bangsa ini dari segala penjajahan, menjadikan Negara yang memiliki satu kesatuan yang kuat, bangsa yang dapat memberikan kesejahteraan pada rakyat serta bangsa yang berdasarkan fitrah manusia yang tunduk pada aturan Tuhan.

Tanggal 1 juni dijadikan sebagai hari lahirnya pancasila walaupun ada koreksian sejarah bahwa tanggal tersebut hanyalah pidatonya soekarno, tapi yang jelas negeri ini sepakat pancasila menjadi dasar impian NKRI. Pancasila yang menjadi pondasi terbentuknya Indonesia yang sejahtera dan bahagia. Peringatan yang mengingatkan nilai-nilai pancasila, dan pemerintah menjadikan tanggal ini sebagai hari penghormatan dan pembelajaran terhadap nilai-nilai pancasila. Hal ini dilakukan dengan harapan para pewaris pengisi kemerdekaan tidak melupakan sejarah dan nilai-nilai yang ada dalam pancasila. Sehingga pewaris kemerdekaan tidak melupakan cita-cita serta visi terbentuknya Negara Indonesia.

Carut marutnya pemerintahan di bawah kepemimpinan saat ini, baik tingkat daerah maupun nasional selayaknya menjadikan para pelaku Negara dan pemerintah untuk kembali mempelajari, mengingat-ingat serta mewujudkan cita-cita para pahlawan. Cita-cita yang memiliki Bangsa yang berketuhanan, bangsa yang memiliki rasa kemanusiaan dan menciptakan keberadaban dibelahan bumi, bangsa yang memiliki persatuan kuat yang menjalin persaudaraan antar bangsa, bangsa yang berdemokrasi berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan para pemimpinya, bangsa yang melaksanakan keadilan bagi seluruh seluruh rakyat tanpa melihat latarbelangnya. Inilah cita-cita para pahlawan yang tertuang dalam nilai-nilai pancasila

Nilai-nilai inilah yang mencubit para pelaku pemerintahan dan pembantu Negara untuk kembali menjalankan nilai-nilai pancasila. Cubitan tersebut untuk membangunkan keterlenaan pemilik kebijakan, sehingga diharapkan pewaris kemerdekaan ini bisa terbebas dari penyakit yang menjadi musuh pembunuh profesi generasi bangsa. Penyakit tersebut adalah korupsi yang sudah menjadi budaya disetiap lembaga yang ada di pemerintahan atau dalam kenegaraan. Hampir setiap hari pemberitaan di media tak akan terlepas dari topic ini. topic yang selalu menjadi pembicaraan para pengamat dan bahkan rakyat yang melarat.

Selain korupsi, moralitas juga menjadi topic utama. Topic yang juga menjadi dasar utama carut marutnya bangsa yang terkenal dengan budaya ketimurannya. Budaya Timur yang terinjak-injak oleh gaya hidup Barat. Hal ini terjadi karena Pendidikan moralitas terhadap generasi muda mulai terlupakan. Kecerdasan intelektual menjadi sorotan utama sehingga pendidikan moral semakin terkikis, terpinggirkan dan hanya layak untuk kaum udik. Fenomena inilah yang terjadi dinegeri ini. Moralitas generasi muda yang sudah pada titik nadir, yang terlena dengan gaya hidup Barat.

Cita-cita para pahlawan begitu jelas tertuang dalam nilai-nilai pancasila tetapi mengapakah nilai-nilai tersebut hanya menjadi bahan pembicaraan para orang-orang pintar di negeri ini. Apa yang mereka lakukan, tidak menggambarkan nilai-nilai pancasila, jauh dari gaya hidup Indonesia.

Tetapi anehnya para pendidik, pengusaha, politikus, pejabat Negara ataupun pejabat pemerintah serta orang-orang yang memiliki profesi yang lainnya, jika disuruh berbicara tentang pancasila serta nilai-nilainya maka apa yang dipresentasikan nyaris tidak ada yang menyimpang. Apa yang di bicarakan sesuai dengan cita-cita para pahlawan. Nilai-nilai yang diucapkan oleh orang-orang professional tersebut nyaris sempurna, tapi kesempurnaannya tidak menapak diatas bumi alias hanya melayang-layang pada keindahan kalimat dan kata-kata yang mereka ucapkan.

Masih ingatkah Ungkapan proklamator yang menjadi presiden pertama di Indonesia, “ gantungkan cita-citamu setinggi langit”. Makna ungkapan tersebut adalah Berangan-angan dengan setinggi-tingginya melaui proses harapan. angan-angan yang akan menjadi sebuah visi, impian yang didukung dengan misi-misi yang jelas. Visi yang sempurna tidak akan pernah teraih oleh manusia, jika tidak pelaksanaan proses pencapain tersebut tidak melalui misi-misi yang terencanakan. Cita-cita butuh usaha keras dalam mewujudkannya.

Pancasila merupakan idiologi sekaligus visi kedepan bangsa Indonesia. Relijiusitas rakyat yang taat pada ajaran agama dan teraplikasikan dalam setiap ruang kegiatannya, bangsa yang memiliki peradaban kemanusiaan, bangsa yang menjalin persatuan utuh mencapai perdamaian antar bangsa di belahan dunia, bangsa yang memiliki harmonisasi pemerintahan yang bekerjasama dengan rakyatnya untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan. Sayang, Cita-cita ini tidak teraplikasikan dengan baik yang dilakukan oleh prilaku rakyat. Proses pencapaian visi pancasila terbentur dengan keinginan memperkaya diri atau golongan dengan mengatasnamakan rakyat. Padahal apa yang mereka lakukan atau kebijakan para profesionalis tersebut jauh dari tujuan, tidak mewakili keinginan yang dicita-citakan pahlawan. Bahkan prilaku para pemangku jabatan sebagai wakil rakyat tidak berbanding lurus perbuatan dengan perkataan yang mereka terapkan dan parahnya bertabrakan dengan nilai-nilai pancasila.

Tutur kata yang manis tak semanis apa yang mereka lakukan. Bicara nilai pancasila disetiap ruang hafal diluar kepala, tetapi apa yang mereka lakukan jauh dari harapan dari nilai-nilai pancasila. Inilah kemunafikan. Kemunafikan rakyat, kemunafikan politikus, kemunafikan penegak hukum, kemunafikan para pejabat, kemunafikan para pendidik, kemunafikan berjamaah. Kemunafikan yang akhirnya menghasilkan Undang-undang yang dipenuhi kemunafikan, pendidikan yang diselimuti kemunafikan, kepemimpinan yang dijalankan dengan kemunafikan. Hampir setiap bidang dan ruang di negeri ini berlumur kemunafikan.

Kemunafikan muncul karena hilangnya moral serta spiritual dari setiap manusia. Hawa nafsu, kerakusan kekuasaan, kekayaan harta, ketenaran diri menggantikan dasar moral manusia dan nilai spiritual yang pernah ditanamkan para pendahulu bangsa. Nilai ketuhanan yang maha esa terlupakan sehingga menjadikan keuangan yang maha segala-segalanya. Keadilan hanyalah nyanyian indah rakyat Indonesia, peradaban manusia yang hanya jadi cerita lama dan kesejahteraan hanya bagi pemilik segala-galanya.

Impian bukanlah mimpi. Impian terdapat dalam jiwa yang sadar yang penuh pengetahuan,sedangkan mimpi terdapat pada jiwa yang tidak tersadarkan karena dalam keadaan tidur. Nilai-nilai pancasila terdapat nilai kebenaran yang ada dari suatu impian para pahlawan. Nilai pancasila akan terwujud dinegeri ini dengan impian dalam bentuk prilaku bukan dengan mimpi yang hanya retorika. Nilai pancasila tidak akan muncul begitu saja dinegeri ini kecuali dengan usaha keras dari setiap orang dan ruang.

Tidak ada komentar: