Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Sabtu, Juli 09, 2011

Pendidikan Pintu Gerbang Peradaban

Ahmad Adib Musthofa*

Perjuangan Indonesia melawan penjajah bukan hanya dalam waktu singkat. Tetapi, sudah berabad-abad lamanya Indonesia bisa terlepas dari penjara kolonial dan emperialis. Tepatnya 17 Agustus 1945 menyatakan merdeka. Kemerdekan tersebut ditandai dengan pidato proklamasi oleh presiden RI soekarno. Pidato yang sangat ditunggu oleh rakyat indonesia yang ingin terbebas dari penjajahan dari bangsa-bangsa yang ingin menguasai bangsa indonesia.

Kemerdekaan ini pun disambut oleh seluruh elemen bangsa indonesia. Dari rakyat kecil, sedang, dan petinggi-petinggi negara pun bangga atas teraihnya kemerdekaan ini. Kebahagian tersebut muncul karena bangsa indonesia bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan rakyat indonesia.

Pada masa penyusunan dasar negar kita ini sebetulnya memiliki sejarah yang sangat penting untuk diketahui semua elemen masyarakat. Sebab dengan mengetahui sejarah, generasi dapat meneruskan cita-cita para pahlawan, cita-cita menjadikan indonesia yang adil dan beradab yang dapat mensejahterakan seluruh rakyat indonesia. Selain itu, Agar generasi bangsa indonesia merasa bahwa bangsa dan negara ini adalah milik rakyat Indonesia yang harus dipertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan, dan membangun bangsa dan peradabanya di atas dunia ini. Sehingga muncul loyalitas tinggi dalam membangun dan mengisi kemerdekaan dengan sesuatu yang berguna bagi keberlangsungan kemerdekaan ini.

Pada saat perumusan negara yang kita cintai ini para tokoh bangsa berdebat, berargumen, silang pendapat tetapi tidak sampai perang fisik antar mereka. Kita bisa membaca sejarah dalam pembentukan teks pancasila, begitu peliknya perdebatannya. Para takoh tersebut ingin memberikan dasar bagi negara ini dengan kuat agar bangsa Indonesia tidak hanya sebagai bangsa yang sudah lepasa dari kurungan penjajah. Tetapi, ingin melepaskan Indonesia juga dari penjajahan kebodohan. Inilah sebetulnya musuh yang berat dan tak terlihat oleh bangsa kita sekarang.

Pendidikan adalah faktor penting penentu suatu pembangunan. Dengan pendidikan moralitas suatu masyarakat bisa terbangun. Moralitas yang terbangun dengan baik juga akan menghasilkan sebuah budaya yang baik. Budaya yang baik akan menghasilkan peradaban yang baik pula. Keluarga dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencetak generasi yang cerdas dan berbudaya. Dan tak kalah penting adalah peran pemerintah dalam memberikan kebijakan terhadap keberlangsungan pola pendidikan indonesia.

Lahirnya peradaban yang sistematis akan tercipta jika manusia selalu berpegang teguh pada konsep-konsep agama. jika konsep-konsep agama ditinggalkan dan hanya menjadi seremonial akan menghasilkan kejumudan (kejahatan) pada masyarakat. Nilai-nilai ajaran agama ditinggalkan dan terlupakan oleh para pemeluknya. Sehingga hanya menghasilkan masayarakat yang melaksanakan aktifitas tetapi apa yang mereka lakukan bebas nilai ajaran agama alias menjadi rutinitas yang tiada makna.
Hal ini bisa kita lihat pola pikir masayarakat saat ini. Mereka menyekolahkan anaknya hanya untuk menjadikan ananknya mendapatkan kehidupan yang layak secara materi dan jabatan. Tetapi mereka melupakan fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan oleh tuhannya. Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah. Apa yang manusia lakukan hanya untuk pencapaian derajat tinggi pada tuhannya. Nilai inilah yang hilang dari aktifitas manusia.

Imam Ghozali seorang filosof Muslim juga mengatakan hakekat manusia mencari ilmu terbagi menjadi 3 golongan. Golongan pertama adalah golongan yang berdasarkan lillahi ta'ala atau li i'lai kalimatullah dalam mencari ilmu (ini akan menghasilkan mutaaddib yang baik yang membawa moralitas manusia. Sebab apa yang manusia lakukan berdasarkan petunjuk tuhan, sehingga menghasilkan prilaku dan hati nurani yang baik dan benar. Moralitas yang dapat dijunjung tinggi dan tidak akan meresahkan kehidupan masyarakat bahkan akan menghasilkan orang-orang yang bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara). Golongan kedua adalah golongan orang untuk mencari harta dan golongan ketiga adalah golongan orang yang mencari jabatan.

Golongan kedua dan ketiga inilah akan menghasilkan manusia sebagai srigala dan bahaya bagi yang lainnya. Dari golongan kedua dan ketiga inilah menghasilkan orang-orang yang materialistik menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Apakah itu melanggar atau mengganggu hak-hak orang lain atau tidak. Dan ini terjadi dinegri ini. Begitu banyak orang saling sikut hanya untuk mendapatkan rupiah. Pencapaianya pula digunakan dengan cara-cara yang melanggar hukum, sehingga ketenangan, keamanan, serta keadilan menjadi terganggu dan kehidupan manusia menjadi rusak dan tidak stabil.
Perjalanan indonesia merdeka sudah beumur tahunan, indonesia sudah mengalami berbagai pola kepemimpinan. Asin garamnya pengalaman sudah banyak dirasakan bangsa ini. Silih berganti kejahatan dengan pola-pola yang berbeda-beda tetapi tetap sama tujuan yaitu mencari kekayaan dan populeritas. Masayarakat semakin mengenyam pendidikan formal, semakin tinggi pula tingkat kejahatan yang dilakukan. Prilaku korup, budaya miras dan narkoba, kenakalan remaja, prilaku free sex dll

Fenomena bangsa Indonesia selepas kemerdekaan bukanlah menjadi bangsa yang bermartabat. Melainkan menjadi bangsa yang moralitasnya rendah. Bangsa yang berbudaya rendah. Maraknya kriminalitas di lapisan masyarakat serta kejahatan-kejahatan publik semacam korupsi yang sudah mewabah di setiap lapisan masyarakat adalah akibat salah pengertian dalam mencari ilmu dan tidak mengetahui hakekat mencari ilmu.

Kurikulum yang disistematiskan menjadikan kaum pelajar menjadi kaum yang materialistik yang lupa akan moralitas. Sehingga, nilai agama dikesampingkan. Meraka selesai sekolah bukan bertambah budinya tapi sebaliknya mereka lulus sekolah tambah merosot moralitasnya. lembaga pendidikan hanya mampu mentrasfer ilmu pengetahuan tapi transfer tersebut tidak diimbangi dengan pendidikan moral. Sehingga menghasilkan manusia yang cerdas tetapi bodoh moralnya. Inilah yang membahayakan kehidupan manusia.

Bisa kita saksikan reality show jalanan tiap tahunnya. Selesai pengumuman kelulusan mereka merayakan keulusannya dengan konvoi jalanan yang menggangu lalu lintas. Mereka pesta pora di suatu tempat dan bahkan ada yang menggelar pesta seks. Ini adalah realita. remaja dimanjakan dengan hura-hura dan pestapora. Perkelahian antar pelajar hampir terjadi tiap tahunnya. Bagaimanakah ini bisa terjadi, padahal ditangan merekalah bangsa dan negara ini akan diberikan. Jika demikian, bagaimana mereka akan mengisi kemerdekaan ini, bagaimana mereka akan memimpin negeri ini, jika saat remaja mereka tidak memiliki dasar moral yang baik. Semua pihak harus mengevaluasi dan mengerahkan pemikiran guna kemajuan generasi yang akan datang.

Porsi agama di lembaga pendidikan di negara kita hanya sangat sedikit. Jadi wajar jika mereka menjadi pejabat publik sangat meresahkan masyarakat.

Pola mencari ilmu harus diubah. Kurikulum perlu dikaji ulang. Motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya juga harus diubah. Bukan semata-mata mempersiapkan anaknya untuk bisa dapat kerja di kemudian hari kelak melainkan memberikan motivasi kepada kaum pelajar bahwa mencari ilmu itu karena li i'lai kalimatullah. Demi menjaga agama Allah.

Adapun masalah Ujian Nasional adalah memang masalah pendidikan di negara kita. Evaluasi memang perlu. Sangat berbahaya jika pendidikan tidak dievaluasi sebab dengan evaluasi ini kemunduran dan kemajuan akan diketahui sehingga materi atau kurikulum serta sistem dapat diubah dan dicari yang lebih baik dalam menghantarkan kaum pelajar menuju moralitas yang tinggi.

Pemerintah juga harus tetap bertanggung jawab dalam memfasilitasi kemajuan pendidikan bangsa. Bukan sekedar bersifat fisik tapi juga hal-hal yang bersifat non fisik.
Bagi orang tua yang akan memasukkan anaknya di lembaga pendidikan perlu meninjau ulang dahulu terhdap lembaga yang akan diberikan kepada anaknya, agar pendidikan yang diterima bisa membekas dengan baik dan teraplikasihan dalam kehidupannya, sehingga memunculkan manusia-manusia yang cerdas dan memiliki moralitas yang tinggi yang dapat meneruskan cita-cita para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk kemerdekaan indonesia dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Tidak ada komentar: