Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Jumat, Desember 04, 2009

UJIAN NASIONAL JADI MOMOK


Pada tanggal 14 september 2009 Mahkamah Agung ( MA ) telah menolak permohonan pemerintah perihal tentang Ujian Nasional ( UN ). Penolakan ini bukan berarti bahwa MA melarang terhadap pelaksanaan UN pada tahun 2010 nanti. Sebab MA hanya menganggap bahwa pemerintah telah lalai terhadap peningkatan kualitas guru serta sarana dan prasarana serta akses informasi.
Standar pendidikan disatukan dan disamakan dalam tingkat kelulusannya akan tetapi pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tingkat kelulusan tidak memperhatikan hal – hal yang mendukung kelulusan siswa. Bisa kita ketahui bahwa kualitas guru yang memadai dalam bidangnya lebih terpusat pada daerah perkotaan, sarana dan prasarana pendukung pendidikan serta akses informasi lebih banyak terdapat didaerah perkotaan sedangkan daerah yang terpencil susah untuk mendapatkan fasilitas tersebut tetapi tingkat kelulusannya setara dengan yang memiliki fasilitas diatas rata – rata.
Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kemajuan dalam suatu wilayah, tetapi bukan seharusnya pemerintah mencari korban dalam pendidikan pada wilayah yang sangat terpencil yang sangat sulit mendapatkan fasilitas – fasilitas yang menunjang keberhasilan pendidikan. Hal yang sangat tidak adil jika pemerintah tetap bersikukuh menstandarisasikan kelulusan terhadap siswa – siswi.
Keberhasilan siswa – siswi dalam belajar bukan hanya ditempuh melalui angka – angka atau sebagian pertanyaan – pertanyaan dari suatu materi. Perlu di ketahui bahwa siswa – siswi sekolah selain menambah pengetahuan yang bersifat materi mereka juga dididik dan diajar tentang ketrampilan – keterampilan seperti pramuka, bahasa, tari, ibadah dan lain sebagainnya. Jika mereka hanya diuji secara materi, maka kita juga akan bertanya, bagai mana kemampuan siswa dalam berpraktek. Tidak semua manusia memiliki kemampuan dan kecerdasan yang sama. Manusia dari sekian ribu yang tercipta memiliki perbedaan.
Penilaian terhadap siswa – siswi dalam belajar memang harus dilakukan, sebab jika tidak terdapat penilaian maka pihak pelaksana pendidikan tidak akan mnegetahui perkembangan anak didik dan tidak dapat mengevaluasi. Tetapi sistemnya yang harus dirubah. Ujian Nasional ( UN ) dapat dilaksanakan, tetapi bukan sebagai penentu kelulusan siswa – siswi. Guru sebagai pendidik dan pengajar pastinya sudah mengantongi nilai – nilai dari peserta didiknya baik pengetahuan materi, dan pelaksanaan materi.
Sekolah sebagai pelaksana pendidikan seharusnya juga memiliki standar kemampuan anak didik baik secara teori ataupun dalam pelaksanaan materi. Pemerintah sebagi pemantau atau pengawas terhadap standar yang dimiliki sekolah. Jadi pemerintah lebih memikirkan bagaimana kualitas guru yang baik, sarana dan prasana yang baik serta akses informasi yang baik sehingga diharapkan itu semua dapat menularkan kebaikan terhadap out put pendidikan
Banyak sekolahan yang sudah menerapkan ujian masuk pada tingkat SMA atau Perguruan Tinggi ini adalah salah satu bentuk bahwa pada tingkat tersebut belum percaya penuh terhadap hasil dari nilai UN. Bentuk ujian masuk seperti ini dapat dimanfaatkan sebagai seleksi alam bagi siswa – siswi.
UN masih dapat dilaksanakan tetapi bukan menjadi standar utama kelulusan sebab jika tidak dilaksanakan UN maka evaluasi pendidikan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia akan semakin sulit memetakannya.


PETUALANG: Membuka Jalan Santri Menjadi Buya Hamka

PETUALANG: Membuka Jalan Santri Menjadi Buya Hamka

Kamis, Desember 03, 2009

PETUALANG: Membuka Jalan Santri Menjadi Buya Hamka

PETUALANG: Membuka Jalan Santri Menjadi Buya Hamka

Membuka Jalan Santri Menjadi Buya Hamka


Ketika pesantren menjadi pilihan pada tingkat kesekian atau bukan menjadi pilihan yang prioritas ( yang utama ) bagi orang tua untuk menyekolahkan putra – putrinya adalah menjadi tantangan yang besar bagi pesantren. Banyak dari kalangan orang tua yang menyekolahkan anaknya kepesantren, karena anak kesayangannya sudah tidak mendapatkan tempat sekolah yang bertaraf internasional, atau sekolah yang bergengsi, bahkan ada juga alasan orang tua menyekolahkan anaknya ke pesantren, karena kenakalan anaknya, sehingga ada anggapan bagi sebagian orang tua bahwa pesantren adalah bengkel karakter yang dapat merubah karakter putra – putrinya menjadi yang lebih baik.
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang lebih mengutamakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang mendalami ilmu – ilmu agama. Semua ilmu bersumberkan dari agama, pengertian ilmu agama dan ilmu umum adalah hasil dari pendekotomian ilmu. Sebetulnya ilmu tidak ada perbedaan antara ilmu agama atau ilmu umum. Dari hasil dikotomi ilmu tersebut menghasilkan bahwa ilmu agama adalah ilmu yang membahas tentang akhirat ( sholat, zakat, muamalat, akhlak dll ), sedangkan ilmu umum adalah ilmu yang membahas tentang ilmu keduniawiaan ( fisika, matematika, bahasa dll ).
Pesantren baik yang modern atau yang salafi berusah merubah paradigma pada dikotomi ilmu tersebut, maka sudah banyak pesantren yang mengajarkan santri – santrinya dengan ilmu hitung, ilmu falak, bahasa dan bahkan mengajarkan tentang sejarah, computer dll. Kini pesantren bukan hanya mengajarkan pada santri – santri pada ilmu alat ( nahwu dan shorf ) atau fiqh, hadis dll. Upaya pesantren seperti itu adalah untuk membendung anggapan bahwa pesatren hanya akan menghasilkan guru, imam masjid, imam tahlil atau juru doa pada sebuah acara.
Pada saat sekarang sudah banyak alumni pesantren yang berkiprah diwilayah politik, bisnis, pendidikan budayawan atau ulama. Kita sebagai orang Indonesia pasti kenal dengan Buya Hamka, seorang ulama, politikus, penulis dan budayawan dari Sumatra Barat tepatnya di Minangkabau. Beliau adalah hasil dari didikan pesantren yang belajar disurau – surau kecil, Buya Hamka memiliki karya secara tertulis bertemakan politik, agama, gender dan budaya. Selain Buya Hamka ada seorang ulama` yang sangat dikagumi dunia karena kecerdasannya yaitu Imam Nawawi Al – Bantani salah satu ulama` Indonesia yang pernah menjadi imam masjidil haram. Banyak bku yang telah ditulis oleh imam Nawawi.
Habiburrohman El Shirazy yang terkenal dengan novelnya Ayat – Ayat Cinta, dengan novel tulisannya tersebut Habiburrohman yang sering disebut kang Abik ini dapat medirikan pesantren Bismillah, Politisi dan cendekiawan muslim Prof Dr Din Syamsuddin, DR. H.M Hidayat Nur Wahid, M.A adalah seorang santri yang pernah menjadi ketua MPR RI, Abdurrohman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus Dur presiden RI ke 4 adalah juga seorang santri hasil dari didikan pesantren. Dari pesantren pula santri memiliki peluang yang sangat besar menjadi seorang ulama` berkelas Buya Hamka, Imam Nawawi Al – Bantany, K.H Hasyim Asy`ary, K.H Ahmad Dahlan dll.