Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Minggu, Januari 31, 2010

Peranan pesantren masa penjajahan


Islam datang di Indonesia pada abad ke 7 melalui saudagar Gujarat India yang datang ke Indonesia. Para saudagar islam berasimilasi dengan penduduk Indonesia. Islam bisa diterima oleh masyarakat Indonesia yang sudah terbentuk dengan ajaran Hindu dan Budha melalui proses Asimilasi budaya yang ada bukan melalui akulturasi budaya yang sudah dijalankan oleh masyarakat. Para Gujarat ini dalam penyebaran ajaran islam tidak membuang sepenuhnya ajaran – ajaran yang sudah tertanam di masyarakat Indonesia, melainkan mempertahankan budaya dan bahasanya. Melalui budaya inilah para saudagar Gujarat ini memasukkan ajaran – ajaran ketauhidan ( kepercayaan dan keyakinan ) yang sejalan dengan akidah Islamiyah.
Pada masa penjajahan dan pada masa kemerdekaan RI, umat islam ikut serta dalam perjuangan menghempaskan penjajahan, bahkan menjadi pionir yang maju digaris depan berperang melawan kejahatan yang dilakukan penjajah. Pesantren selain menjadi tempat belajar santri menggali ilmu agama islam juga dijadikan sebagai benteng pertahanan umat islam dalam membela kedaulatan bangsa, tempat persiapan dalam menyusun strategi penyerangan dan pelatihan – pelatihan santri – santrinya dalam bidang kemiliteran. selain pada masa pra kemerdekaan para kaum santri dan kyai yang tinggal di pesantren juga ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan RI dari rongrongan pembrontak. Pada masa G 30 S PKI masyarakat pesantren tampil di depan menyerang komunis.
Pesantren memiliki multi fungsi pada masa penjajahan, selain menjadi tempat pengembangan ilmu bagi para santri – santrinya, pesantren juga berfungsi sebagai tempat latihan kemiliteran. pesantren selain mengajarkan materi – materi keilmuan, pesantren juga mendidik santri – santri dalam mengarungi kehidupan. Melalui pesantren inilah karakter santri terbentuk sehingga mengasilkan pejuang – pejuang yang rela berkorban jiwa dan raga membela kedaulatan bangsa. Pesantren berusaha membentuk karakter para santri – santrinya melalui budaya – budaya ajaran islam, islam mengajarkan peradaban yang modern, memusuhi kebodohan, mengajarkan sikap toleransi perbedaan dan lain sebagainnya.
Pesantren menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perjalanan perjuangan bangsa Indonesia. Pesantren juga merupakan akar pendidikan islam di Indonesia yang membentuk karakter para santri – santrinya, menguasai ilmu dan dapat menerapkan nilai – nilai pendidikan, pengajaran dan budaya dalam kehidupan. pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua yang pernah ada di Indonesia dan terus berkembang sampai saat ini.
Ajaran Islam telah memberikan pencerahan baru baru dalam perjalanan bangsa Indonesia, ajaran islam telah banyak membentuk konsep kehidupan baik dalam bidang social, budaya, politik dan karakter bangsa Indonesia. Melalui pesantren inilah para pejuang bangsa Indonesia belajar, dan melalui pesantren para kyai, santri membela dan ikut serta mempertahankan dan mengembangkan budaya bangsa.
Melalui peranan orang – orang persantren masyarakat Indonesia dapat menyenyam pendidikan. Padahal pada masa pemerintahan penjajahan warga pribumi tidak diperkenankan mendapatkan pendidikan. Pendidikan wadah perubahan, pendidikan transformasi pengetahuan. Dari tujuan itulah akhirnya penjajah mendeskritkan pribumi dalam mendapatkan pendidikan sebab pendeskritan terhadap pribumi dalam pemdidikan adalah strategi pembodohan terhadap pribumi, sehingga penjajah dapat langgeng di bumi Indonesia.
Melalui semangat perjuangan membebaskan bangsa dari cengkraman penjajah adalah merupakan medan jihad, akhirnya kaum intelektual muslim berusaha mengajak masyarakat untuk belajar. Tetapi alangkah malangnya nasib kaum santri, setelah kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah, mereka dianggap kaum pinggiran, kelompok yang termarjinalkan. Perjuangan kaum santri di bumi Indonesia tidak terlalu diakui. Pada saat pembentukan dasar – dasar negara kaum santri " dipaksa " mengalah, perumusan dasar yang akan digunakan bangsa Indonesia.

Pendidikan dan Perubahan

Menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional atau yang lebih dikenal dengan Sisdiknas, pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. ( UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 ). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pada kongres Taman Siswa yang pertama tahun 1930 menyatakan, pendidikan adalah upaya proses menuntun generasi pada suatu kodratnya ( manusia atau masyarakat ) melalui budi pekerti ( kekuatan batin, karakter ), pikiran ( intelek ) untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi – tingginya.
Islam adalah suatu ajaran yang menerima dan tunduk serta berserah diri kepada Allah. Mengakar dari kata Islam, bahwa arti Islam adalah damai. Sedangkan seseorang yang menganut ajaran Islam disebut muslim. Dari pengertian ini, bahwa islam adalah ajaran Allah yang mengajarkan tentang perdamaian, dan untuk mewujudkan kedamaian tersebut, manusia harus tunduk, patuh, menerima dan berserah diri kepada ajaran yang di turunkan kepada nabi – nabinya melalui pedoman kitab – kitab yang diwahyukan.

Pendidikan Menuju Peradaban Modern


Perjuangan Indonesia melawan penjajah bukan hanya dalam waktu singkat. Tetapi, sudah berabad-abad lamanya Indonesia bisa terlepas dari penjara kolonial dan emperialis. Tepatnya 17 Agustus 1945 menyatakan merdeka.

Kemerdekaan ini pun disambut oleh seluruh elemen bangsa indonesia. Dari rakyat kecil, sedang, dan petinggi-petinggi negara pun bangga atas teraihnya kemerdekaan ini.

Pada masa penyusunan dasar negar kita ini sebetulnya memiliki sejarah yang sangat penting untuk diketahui semua elemen masyarakat. Agar mereka merasa bahwa bangsa dan negara ini adalah milik rakyat Indonesia yang harus dipertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan, dan membangun bangsa dan peradabanya di atas dunia ini.

Pada saat perumusan negara yang kita cintai ini para tokoh bangsa berdebat, berargumen, silang pendapat tetapi tidak sampai perang fisik antar mereka. Para takoh tersebut ingin memberikan dasar bagi negara ini dengan kuat agar bangsa Indonesia tidak hanya sebagai bangsa yang sudah lepasa dari kurungan penjajah. Tetapi, ingin melepaskan Indonesia juga dari penjajahan kebodohan. Inilah sebetulnya musuh yang berat dan tak terlihat oleh bangsa kita sekarang.

Pendidikan adalah faktor penting penentu suatu pembangunan. Dengan pendidikan moralitas suatu masyarakat bisa terbangun. Moralitas yang terbangun dengan baik juga akan menghasilkan sebuah budaya yang baik. Budaya yang baik akan menghasilkan peradaban yang baik pula.

Lahirnya peradaban yang sistematis akan tercipta jika manusia selalu berpegang teguh pada konsep-konsep agama. jika konsep-konsep agama ditinggalkan dan hanya menjadi seremonial akan menghasilkan kejumudan (kejahatan) pada masyarakat.

Imam Ghozali seorang filosof Muslim juga mengatakan hakekat manusia mencari ilmu terbagi menjadi 3 golongan. Golongan pertama adalah golongan yang berdasarkan lillahi ta'ala atau li i'lai kalimatullah dalam mencari ilmu (ini akan menghasilkan mutaaddib yang baik yang membawa moralitas manusia. Moralitas yang dapat dijunjung tinggi dan tidak akan meresahkan kehidupan masyarakat bahkan akan menghasilkan orang-orang yang bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara). Golongan kedua adalah golongan orang untuk mencari harta dan golongan ketiga adalah golongan orang yang mencari jabatan.

Golongan kedua dan ketiga inilah akan menghasilkan manusia sebagai srigala dan bahaya bagi yang lainnya. Dari golongan kedua dan ketiga inilah menghasilkan orang-orang yang materialistik menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Apakah itu melanggar atau mengganggu hak-hak orang lain atau tidak.

Fenomena bangsa Indonesia selepas kemerdekaan bukanlah menjadi bangsa yang bermartabat. Melainkan menjadi bangsa yang moralitasnya rendah. Bangsa yang berbudaya rendah. Maraknya kriminalitas di lapisan masyarakat serta kejahatan-kejahatan publik semacam korupsi yang sudah mewabah di setiap lapisan masyarakat adalah akibat salah pengertian dalam mencari ilmu dan tidak mengetahui hakekat mencari ilmu.

Kurikulum yang disistematiskan menjadikan kaum pelajar menjadi kaum yang materialistik yang lupa akan moralitas. Sehingga, nilai agama dikesampingkan. Meraka selesai sekolah bukan bertambah budinya tapi sebaliknya mereka lulus sekolah tambah merosot moralitasnya.

Bisa kita saksikan reality show jalanan tiap tahunnya. Selesai pengumuman kelulusan mereka merayakan keulusannya dengan konvoi jalanan yang menggangu lalu lintas. Mereka pesta pora di suatu tempat dan bahkan ada yang menggelar pesta seks. Ini adalah realita.

Porsi agama di lembaga pendidikan di negara kita hanya sangat sedikit. Jadi wajar jika mereka menjadi pejabat publik sangat meresahkan masyarakat.

Pola mencari ilmu harus diubah. Kurikulum perlu dikaji ulang. Motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya juga harus diubah. Bukan semata-mata mempersiapkan anaknya untuk bisa dapat kerja di kemudian hari kelak melainkan memberikan motivasi kepada kaum pelajar bahwa mencari ilmu itu karena li i'lai kalimatullah. Demi menjaga agama Allah.

Adapun masalah Ujian Nasional adalah memang masalah pendidikan di negara kita. Evaluasi memang perlu. Sangat berbahaya jika pendidikan tidak dievaluasi sebab dengan evaluasi ini kemunduran dan kemajuan akan diketahui sehingga materi atau kurikulum serta sistem dapat diubah dan dicari yang lebih baik dalam menghantarkan kaum pelajar menuju moralitas yang tinggi.

Pemerintah juga harus tetap bertanggung jawab dalam memfasilitasi kemajuan pendidikan bangsa. Bukan sekedar bersifat fisik tapi juga hal-hal yang bersifat non fisik.

Islam : Kehidupan Bebas Barat Ciptakan Nilai-nilai Fatamorgana


Perkembangan globalisasi kehidupan yang telah bergulir bak roda berputar, menggelinding dan mewarnai kehidupan masyarakat dunia. Corak kehidupan itu pun beribas pada kehidupan masyarakat muslim. Corang-morengnya ajaran Islam yang bercampur-aduk, tidak bisa lepas dari peranan masyarakat Barat yang berusaha mewarnai kehidupan umat Islam. Serta banyak peranan sarjanawan Islam yang didikan oleh Barat turut ikut andil dalam penghilangan atau pengkaburan konsep-konsep ajaran Islam yang benar.

Jika ditilik dari kesejarahan, bahwa Barat telah berusaha melepaskan diri dari kehidupan beragama. Kehidupan yang terlepas dari nilai-nilai agama, dan kehidupan yang mengedepankan akal manusia semata. Pandangan hidup masyarakat hanya terhenti pada kehidupan keduniawiaan. Keyakinan terhadap kehidupan setelah kehidupan dunia meluntur bersama ketidak yakinan mereka pada nilai-nilai agama yang mereka anut.

Keyakinan yang kuat adalah yang dibutuhkan dalam beragama. Jika keyakinan tersebut luntur dari jiwa-jiwa pemeluk agama, maka yang ada hanya sifat keragu-raguan. Sebab kehidupan keagamaan tidak semuanya bisa diukur dengan akal melainkan membutuhkan sebuah keyakinan bagi tiap pemeluknya. Dan dikala keyakinan tersebut tidak tumbuh atau hilang dari masyarakat Barat, maka mereka menafikan agama, dan banyak mereka yang berpendapat bahwa ajaran agama hanya ilusi dan mimpi, agama adalah pelarian bagi orang-orang yang malas dan agama hanyalah sebuah candu.
Kehidupan materialistis telah mewarnai jiwa-jiwa masyarakat Barat. Tuhan yang memiliki kekuatan dan yang menguasai segala kehidupan telah hilang dari keyakinannya dan tergantikan dengan kekuatan materi-materi. Jiwa mereka terisi dengan segala sesuatu harus berupa material bukan hal-hal yang metafisika. Standar kebutuhan mereka bukan pada nilai-nilai spiritual melainkan pada hal yang berbentuk nyata.



Keikutsertaan Pemeluk Islam

Sebagian umat Islam yang kurang memahami terhadap konsep ajaran Islam yang benar, seakan-akan meng-iya-kan dan membenarkan semua konsep dari Barat, kehidupan Barat adalah baik dan pantas dijadikan contoh. Barat adalah segalanya, itulah sebagian pendapat kaum muslimin terhadap kehidupan Barat. Segala konsep kehidupan Barat perlu diikuti oleh umat Islam. Mengabaikan konsep-konsep Islam adalah sebuah keharusan pada era globalisasi, Islam harus berkembang mengikuti arah kehidupan yang berputar. Inilah yang mengilhami Mustafa Kemal nama "Atatürk" ("Bapak Bangsa Turki") merubah segalanya di negara Turki, yang memuja-muja semua konsep Barat dan dengan terang-terang mengikuti langka kesesatan Barat.

Banyak kaum muslimin yang berpendapat, Jika Islam hanya berpaku pada konsep zaman sahabat dan pada ulama terdahulu, berarti mengantarkan Islam pada kemunduran dan kestagnanan kehidupan. konsep Islam para sahabat dan tabi`in adalah konsep yang sudah kadaluarsa yang tidak layak kembali diterapkan pada kehidupan globalisasi, konsep tersebut hanya cocok dan pantas diterapkan pada zamannya. Itulah pendapat sebagian pendapat umat Islam yang sudah terkonteminasi akal dan pemikiran oleh kaum sekuler Barat.

Padahal konsep Islam yang benar pernah diberlakukan dan dilaksakan oleh para sahabat, ulama dan bahkan nabi sendiri. Dan kehidupan tersebut dapat mengantarkan sahabat, tabiin dari penerapan ukrawi yang berimbas pada kehidupan duniawi. Tetapi Barat ingin membalikkan konsep-konsep tersebut. Barat lah yang berhak mengubah dunia dan seisinya, kalau perlu tuhan pun diajak musyawarah dan mengikuti keinginan masyarakat dunia dengan menggunakan konsep demokrasi, konsep HAM atau konsep beragama. Tuhan pun harus tunduk pada manusia dikala umat manusia tidak setuju dengan konsep tuhan. Itulah kira-kira pesan yang dapat diterima oleh penulis.
Banyak konsep-konsep Barat yang tidak sesuai dengan konsep ajaran Islam dipaksakan dan diterapkan pada konsep kehidupan masyarakat muslim. Sehingga banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep-konsep Islam mewabah dan mewarnai dalam kehidupan umat Islam. Dengan pemaksaan penerapan konsep Barat dalam ajaran Islam, akan menimbulkan keragua-raguan terhadap umat Islam, pengaburan nilai-nilai keislaman serta, keterlenaan umat Islam terhadap ajaran hakikinya dan mengakibatkan terkikisnya beberapa ajaran Islam sehingga dengan mudah paham-paham Barat merasuk dengan pelan tapi pasti ke jantung pertahanan umat Islam. Barat beranggapan bahwa tuhan tua sudah mati, agama adalah candu. Barat beranggapan sekarang peranan akal manusia lah yang memiliki hak atas kehidupan dan dunia ini, ajaran dan dogma agama hanya isapan jempol belaka.

Barat adalah bagian dari masyarakat dunia pada saat sekarang. Masyarakat Barat dipandang oleh sebagian masyarakat muslim merupakan bagian masyarakat yang lebih "maju" dalam peranan tatanan kehidupan. sehingga sebagian umat Islam menganggap Barat pantas dijadikan barometer atau ukuran kemajuan bagi semua bangsa. Kemajuan Barat di bidang ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya adalah contoh yang baik untuk ditiru dan diikuti.

Disadari atau tidak, bahwa kemajuan Barat diberbagai bidang adalah salah satu bentuk keberanian masyarakat Barat meninggalkan nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai spiritualitas. Agama atau nilai-nilai spiritualisatas bagi sebagian masyarakat barat, hanya dianggap sebagai khayalan dan impian manusia tentang metafisika yang tak terlihat dan tidak masuk akal. Agama bagi, mereka merupakan sebuah dinding penghalang kemajuan ilmu pengetahuan, social budaya politik dan lain-lain. Bangsa yang maju menurut Barat adalah bangsa yang berani meninggalkan atau memisahkan antara agama dengan kehidupan keduniawian.



Pendangkalan Akidah

Banyaknya pelajar muslim yang belajar didunia Barat tentang Islam, mengakibatkan tranformasi ilmu tanpa batas dan bercampur baurnya konsep Islam dan Barat. Islam yang memiliki konsep penuh dengan nilai-nilai ketauhidan dan kebenaran dalam menjalani kehidupan, lambat laun mulai dikikis sedikit demi sedikit oleh para pelajar muslim yang menemba ilmu di dunia Barat. Konsep moralitas berganti dengan konsep materialistis dengan penuh hawa nafsu dan keinginan. Konsep ketuhanan beralih pada konsep kekuasaan pada akal.

Sikap keragu-raguan pada ajaran Islam menjadi salah satu tujuan penyerangan terhadap pada akidah. Sebab akidah adalah benteng terakhir yang dapat mengkonter segala serangan. Salah satu bentuk penyerangan terhadap akidah adalah, umat Islam dituntut untuk mengakui kebenaran yang ada pada agama lain dengan konsep pluralisme, penganut ajaran Islam tidak diperkenankan dijalankan secara kaffah, sebab akan menyebabkan ketidak nyamanan masyarakat dunia dan akan mengganggu keharmonisan bermasyarakat. Itulah beberapa sikap Barat yang anti pati terhadap ajaran Islam. Padahal ajaran islam akan membawa mereka derajat yang lebih mulia dari kejahiliyahan budaya atau ilmu pengetahuan. Tetapi karena hawa nafsu yang besar dan tak terpendam untuk mengekploitasi kekuasaan tuhan, menjadikan mereka melupakan dan menghindari konsep tuhan akan kehidupan.

Segala yang mendukung kekuatan Islam di bombardir, diacak-acak. Al-Quran dan al-Hadis pun ingin dilumpuhkan, sebab dari dua hal tersebut Islam bisa dipahami. Tidak berhenti disitu saja, para musuh-musuh Islam juga menyerang bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa pengantar pada al-Quran dan al-Hadis serta banyak kitab-kitab ulama terdahulu menggunakan bahasa Arab. Kemudian Barat memberikan penilaian pada dunia timur khususnya Arab adalah wilayah yang tertinggal dan mengisukan di "public space" tentang kemiskinan dan kebodohan. Islam digambarkan dan diidentikan dengan masyarakat timur yang tidak memiliki konsep kehidupan yang maju dan beradab.
Dunia Barat menjargonkan pada dunia Timur, tentang demokrasi, sekulerisasi, Hak Asasi Manusia, emansipasi wanita dll, adalah jalan keluar dunia Timur dari ketertinggalan disegala bidang. Tujuan mengangkat isu-isu tersebut adalah mengajak manusia terlepas dari tata aturan agama. Mereka mengajak kepada kekuatan akal yang berdasarkan pada adapt istiadat, kebiasaan dan kemanusiaan bukan pada aturan tuhan sebab mereka menyakinin bahwa tuhan hanya khayalan belaka.
Sebagian masyarakat Barat menganggap agama adalah sumber percekcokan antar agama atau antar golongan dalam satu agama. Banyak pertikaian yang terjadi di masyarakat mereka simpulkan dari keberdaaan agama. Sehingga mereka (masyarakat Barat) trauma dalam beragama. Dan ketraumaan ini timbul apriori terhadap Islam dan menganggap Islam sama dengan agama yang lain.

Ketika Tuhan Disingkirkan

Terbangunnya gedung-gedung pencakar langit di tiap-tiap wilayah, pendirian pabrik-pabrik disetiap negara, pembakaran hutan demi perluasan wilayah, penebangan hutan demi kepentingan pribadi, gemerlapnya lampu perbelanjaan, tempat hiburan dan lain-lain adalah sesuatu penghamburan sumberdaya hanya demi kesenangan manusia. Masyarakat dihegemoni dengan kesenangan sesaat, cara pandang masyarakat disetir dan dirubah hanya untuk orientasi keuntungan keduniawiaan.
Pengekpoitasian alam dan sumber daya yang lainnya mengakibatkan ketidak seimbangan alam. Bencana terjadi disetiap tempat adalah salah satu indikasi manusia hanya mengedepankan akal dan keinginan mereka yang tanpa didasari oleh nilai-nilai spiritualitas. Mereka menganggap bahwa alam dapat dimanfaatkan semaunya tanpa memikirkan bencana yang siap menghantam alam seisinnya.

Ketidak seimbangan alam harus dirasakan semua manusia.

Agama hanya dijadikan sebagai pemantas kehidupan agar tidak dikatakan ateis, Pelabel kartu identitas, atau pelengkap ritual. Ajaran agama ditinggalkan jauh-jauh dari kehidupan yang seakan – akan tidak memiliki peranan dalam kehidupan manusia dan alam seisinya. para pemuja akal menganggap Tuhan tidak berhak mengatur manusia. Mereka beranggapan bukan tuhan yang mereka butuhkan dalam kehidupan ini, tetapi kepuasan material yang dapat membahagiakan keinginan-keinginan diri mereka, itulah hasil dari kala tuhan diatur oleh manusia.

Hak Asasi Manusia menjadi kitab agama sekuler, kitab yang sacral dan layak dijunjung tinggi oleh setiap negara dan manusia. Kehidupan ini hanya diatur oleh akal yang dapat menembus segala batasnya. Dengan akal mereka menganggap dapat mewujudkan keinginan mereka, walau tanpa ajaran agama. Mereka yakin bakal menemukan kebenaran yang hak.

Dari kesombongan Barat yang menuhankan akalnya menimbulkan ketidak keseimbangan alam. Alam diekploitasi demi kepentingan kesenangan, struktur kehidupan manusia di obrak-abrik demi kekuasaan, sehinga menimbulkan bencana dimana-mana, global warming adalah salah satu bentuk penggrusakan dari pengekploitasian alam.