Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Jumat, November 12, 2010

BERKACA PADA ISMAIL DAN IBRAHIM


BAGI GENERASI MUSLIM YANG SEJATI. MARI KITA BERKILAS BALIK TERHADAP SEJARAH PERJUANGAN PARA NABI. DIBULAN INI SELURUH UMAT ISLAM BERKUMPUL DI KOTA MEKKAH UNTUK MENJADI TAMU-TAMU ALLAH. MEREKA OLEH ALLAH DIBERIKAN SEGALANYA. SEHINGGA MEREKA MENJADI TAMU ALLAH. ALLAH TELAH MENJADIKAN MEREKA MAKHLUK YANG ISTIMEWA.

TETAPI KITA SEBAGAI UMAT MANUSIA YANG BELUM DIBERI KESEMPATAN OLEH ALLAH UNTUK MENUJU KE KOTA MEKKAH JANGAN BERKECIL HATI. SEBAB MASIH BANYAK RAHMAT ALLAH YANG TERSEBAR DI MUKA BUMI INI.

DIBULAN INI LAYAJNYA PEMUDA MUSLIM UNTUK BERKACA KEPADA ISMAIL. SEORANG PEMUDA YANG TAAT TERHADAP ALLAH DAN BAPAKNYA WALAU NYAWA TARUHANNYA. ISMAIL RELA DISEMBELIH OLEH BAPAKNYA SENDIRI KARENA UNTUK MELAKSANAKAN PERINTAH ALLAH. IBRAHIM SEBAGAI SEORANG BAPAK JUGA HARUS RELA MENGORBANKAN ANAK TERCINTANYA DEMI PERINTAH ALLAH.

PEMUDA PEMUDI MUSLIM....
MENGAPA KITA HARUS BERPERANG MELAWAN SESAMA MUSLIM..... HANYA KARENA MASALAH KECIL.... MASALAH BOLA....MASALAH JALAN..... DLL. MASIH BANYAK KEWAJIBAN YANG HARUS DI;AKUKAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER KITA. MARI KITA KORBANKAN YANG TERBAIK APA YANG KITA MILIKI UNTUK MENJUNJUNG TINGGI AGAMA KITA.

NEGERI INI BERMIMPI MEMILIKI PEMIMPIN YANG BISA MENGGERAKKAN PEMUDA DAN PEMUDI. SEBAB DITANGN PEMUDALAH BANGSA INI AKAN DI BERIKAN. JIKA PEMUDA YANG SEBAGAI GENERASI PENERUS PERJUANGAN LETOY.... SENANG DENGAN UFORIA, BERPESTA-PESTA MENGHAMBURKAN HARTA BENDA HOBBY TAWURAN HANYA MASALAH BOLA DLL APAKAH KITA AKAN MENUNGGU AMBRUKNYA BANGSA YANG BESAR????

MARI DI BULAN YANG PENUH SEJARAH INI PEMUDA-PEMUDI UNTUK BANGKIT DARI KETERPURUKAN. SUMPAH PEMUDA TELAH KITA PERINGATI, HARI PAHLAWAN JUGA TELAH KITA UPACARAI. MAKA DARI ITU DIHARI QURBAN INI KITA SERAHKAN JIWA DAN RAGA KITA UNTUK AGAMA ISLAM.

KITA KERAHKAN KEMAMPUAN UNTUK MEMBANGUN AGAMA DAN BANGSA BUKAN SEBAGAI PENGERAT ATAU JUST NUMPANG GLELANG-GLELENG... KITA MEMILIKI PENGETAHUAN BERGERAKLAH DENGAN PENGETAHUAN KITA, KITA MEMILKI TENAGA BERGERAKLAH DENGAN TENAGA, KITA MEMILIKI SEMANGAT BERGERAKLAH DENGAN SEMANGAT YANG BERKORABAR LAYAKNYA BUNG TOMO MEMBANGKITKAN SEMANGAT PEMUDA SURABAYA UNTUK MAJU MENUJU MEDAN PERANG MELAWAN PENJAJAH DENGAN MENGUCAPKAN LAFADZ ALLAHU......AKBAR.....!!!!! GEGAP GEMPITA SEMANGAT PEMUDA DAPAT MENURUNKAN BENDERA BELANDA.

SEKARANG SAATNYA WAHAI PEMUDA..... KITA SINGKIRKAN FATAMORGANA YANG MEMBERI MIMPI KEBAHAGIAAN DENGAN PESTA-PESTA, UFORIA, BERGEROMBOL TANPA MAKNA. MARI KITA MULAI DARI DIRI KITA DI LINGKUNGAN SAHABAT, RUMAH, KAMPUNG DAN DESA. MARI KITA CONTOH IBRAHIM DAN ISMAIL DALAM BERKORBAN DAN TAAT KEPADA ALLAH.

ALLAHU.....AKBAR...!!!!

KEPUNAHAN GENERASI MANUSIA


Serang adalah salah satu wilayah yang berada di provinsi Banten. provinsi yang terletak paling ujung di pulau Jawa. sebelum tahun 2000 provinsi Banten berada pada wilayah Jawa Barat. tetapi kini Banten sudah terpisahkan dari wilayah Jawa Barat.
Serang merupakan ibu kota provinsi Banten. dan kini Serang sudah terbagi menjadi Serang kota dan Serang kabupaten. tetapi setelah perpisahan wilayah ini belum tampak pertumbuhan yang jelas. khususnya pada bidang pendidikan.
Serang biasa dijuluki dengan kota santri. julukan ini berdasarkan karena dalam wilayah serang terdapat lembaga pendidikan yang berbasis pesantren yang sangat banyak. baik pesantren yang salafi atau yang kholafi. dari dua bentuk tersebut hanya dibedakan dengan metode pengajaran.
pesantren salafi adalah menggunakan metode pengajaran dengan metode membaca kita-kitab turast kemudian sang murid menyimak yang diterangkan oleh kyainya. sedangkan murid mendengarkan dengan memberi tanda pada kitabnya. kemudian dari segi kehidupan pesantren salafi tidak ada target berapa tahun dia harus mempelajari kitab yang diajarkan kyainya. selain itu juga dalam metode pengajaran pesatren salafi mereka mengaji sehabis sholat subuh kemudian sampai jam 08.00. dan masuk lagi sehabis sholat dhuhur dan selepas sholat magrib disambung dengan sholat isya.
sedangkan pesantren yang kholafi alias modern menggunakan sistem klasikal. santri ditarget belama lama harus mempelajari kitab-kitab tertentu kemudian pesantren biasanya di padu dengan kurikulum nasional agar selepas dari pesantren santri memiliki ijazah sekolah formal. selain itu juga pesantren modern memiliki disiplin yang ketat.
selain pesantren, perkumpulan-perkumpulan pengajian mingguan atau bulanan tumbuh subur di kota ini. mulai dari umuran muda-mudi, ibu-ibu, bahkan juga pengajian bapak-bapak. selain pengajian adalah Taman Pendidikan Al-quran atau Madrasah Diniyah tumbuh subur sampai pelosok desa.
pertumbuhan lembaga pendidikan di kota ini ternyata tak berbanding lurus dengan perkembangan generasi muda – mudinya. masih banyak generasi muda-mudinya yang kurang bisa mengaplikasikan ilmu pengetahuan tata kehidupan dalam kehidupannya sehari-hari. masih banyak ditemukan generasi muda dan mudi berkumpul hanya untuk uforia, berpesta-pesta berfoya-foya.
pengaplikasian ilmu agama hanya sebatas pengetahuan bukan dijadikan sebagai dasar dalam membentuk karakter generasi penerus. hal ini terbukti atas di temukannya hasil survay dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana ( BPMPKB). badan ini telah mensurvay dari generasi pemuda dan pemudi di wilayah Serang. dan hasil survay tersebut terdapat angka yang fantastis yang perlu ditelaah dan dipelajari oleh pihak-pihak stakeholder dalam bidang pendidikan.
survay ini dilakukan pada tahun 2002-2003 dilakukan pada generasi yang berusia 14-19 tahun. umur tersebut berarti menandakan bahwa objek yang disurvai masih berumur SMP-SMA. survay dilakukan pada anak laki-laki dan perempuan. hasil survay mengatakan bahwa 34,7% perempuan yang berada diwilayah serang telah merasakan bagaimana melakukan seks bebas, sedangkan yang laki-laki sebesar 30,09% telah merasakan seks bebas.
jika kita melihat angka tersebut, pasti kita akan merasa kaget, sebab hampir setengah dari populasi generasi anak perempuan dan laki-laki telah merasakan kehidupan seks bebas. dan jika kita telaah juga ternyata generasi perempuan lebih banyak dibandingkan anak laki-laki. anak yang baru mencapai baligh sudah mengenal kata-kata bahkan gerakan-gerakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seumuran anak SMP atau anak SMA. tetapi dalam kenyataannya anak-anak sudah mengenal. inilah salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi.
jika kita melihat hasil survai Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana ( BPMPKB) pada generasi yang berusia 20-24 tahun maka, menghasilkan angka bahwa perempuan yang sudah merasakan seks bebas adalah sebanyak 46,5% sedangkan anak laki-laki sebanyak 46,5% mereka sudah merasakan kehidupan seks. pada usia ini adalah mereka saat-saatnya mereka berkembang dan tumbuh. dan diusia ini mereka kebanyakan adalah generasi-generasi seumuran anak perkuliahan.
coba jika kita bayangkan. bagaimana seandainya dari beberapa persen tersebut terdapat dari anak-anak kita, atau adik dan kakak kita, atau sanak saudara kita atau mungkin tetangga kita atau mungkin juga teman-teman kita. mungkin tidak ini juga akan merusak keluarga-keluarga kita?? ini yang seharusnya dilakukan oleh para pendidik, orang tua, dan masyarakat, yaitu mengawasi perkembangannya.
banyak kita temukan muda-mudi yang masih berkeluyuran di jalan pada malam hari yang seharusnya mereka berada dirumah untuk belajar dan bersenda gurau dengan keluarganya, tetapi seberapa banyak orang tua atau masyarakat memperhatikan kehidupan generasi ini. tahukah orang tua yang dilakukan anak-anaknya disaat berpergian dengan teman-temannya. tahukah orang tua kemana anak-anaknya pergi??? dan biasanya penyesalan akan timbul saat anak-anaknya mendapatkan bencana.
tak terpikirkan oleh saya jika memang itu terjadi pada diri saya. fenomena ini terjadi disebabkan yang ditanamkan para pendidik (guru, orang tua dan masyarakat) hanya sebatas pengajaran alias transformasi ilmu pengetahuan dan miskin dengan pendidikan. peserta didik tidak ditanamkan pendidikan karakter. peserta didik miskin dengan contoh pendidik yang berkarakter. anak-anak tidak mendapatkan idola orang tua yang ideal. dan anak-anak menemukan semua bukan pada dunia nyata melainkan pada dunia maya.
mari kita bersama-sama merenungi ini semua. anak yang baru tampil baligh mahir melakukan gerakan seks. bukan hanya sebatas kata-kata melainkan sudah pada gerakan. banyak film-film yang menggambarkan tersebut yang lolos dari kontrol para pendidik. peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat besar. tidak semua anak-anak yang tumbuh dipesantren pasti baik. jika anak di rumah tidak di kontrol perkembangannya, oleh orang tua maka yang terjadi anak-anak lepas kontrol dan kendali. mungkin mereka pandai menyembunyikan keburukannya di depan orang tuannya. maka sekarang orang tua atau guru harus lebih pandai dari pada anak-anaknya. perhatikan perkembangannya.
jika keadaan ini terus terjadi dan tidak berubah, maka generasi manusia akan punah. sebab manusia tak jauh beda dengan hewan yang kawin, bercumbu, bermesraan dll ditengah kerumunan teman-temanya. akankah generasi manusia punah karena bencana akibat prilaku manusia itu sendiri???? hewan tak kenal malu saat berada dimuka umum tapi kini seperti itu hal yang biasa cipika-cipiki walau bukan muhrim di depan umum. peluk sana sini walau bukan suami atau istrinya dll.
by el-nglesany

OBAMA KE JAKARTA DISAMBUT HUJAN


P
ada hari selasa tanggal 09 nov 2010 pukul 16.20 WIB Presiden Amerika Serikat Barack Husain Obama atau lebih dikenal dengan Obama tiba di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, setelah melawat ke India selama 4 hari. Menurut rencana Obama akan berkunjung di negeri yang pernah membesarkan dirinya ini hanya selama kurang dari 24 jam. Kunjungan Obama di Indonesia telah terencana sejak 8 bulan yang lalu bahkan sempat tergagalkan 2 kali karena problem di negaranya.
Tetapi selasa sore kemarin, Obama sampai di Indonesia bersama istri tercintanya dengan mengendarai pesawat kepresidenan Force One, pesawat tercanggih di dunia. Dan dikabarkan bahwa pesawat ini dapat terbang walau hanya menggunakan satu mesin.
Ketika pesawat kepresidenan AS tiba di lanud Halim Perdana Kusuma, Presiden AS yang berasal dari ras Afrika yang pertama kali ini, mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan mengenakan dasi. Sedangkan istrinya mengenakanakan pakaian terusan sampai lutut yang berwarna merah hati dan dipadu dengan celana panjang warna hitam.
Saat turun dari pesawat, Obama melambaikan tangan khasnya. Dan disambut oleh petinggi-petinggi RI. Yang menyambut kedatangan Obama diantaranya adalah Menlu Marti Nata Legawa, Dino Pati Jalal mantan jurubicara kepresidenan SBY dan para petinggi-petinggi TNI.
Keramahan Obama tampak jelas mewarnai sambutan kedatangannya. Senyum khas lebar Obama dan basa-basi yang dilontarkan menandakan Obama tampak lebih dekat dengan kesederhanaan dan bersahabat. Saat penyambutan terjadi, Obama tidak memiliki kekakuan bahkan tampak akrab dengan petinggi-petinggi RI. Saat bersalaman pun dengan petinggi RI, Obama selalu bertanya dan tersenyum dan tampak keakraban. setiap orang tak luput dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Obama.
Kedatangan Obama juga disambut dengan gerimis. Sehingga acara penyambutan di Lanud sangat singkat dan sederhana sebab situasi tidak memungkinkan. Selepas bersalaman dengan petinggi RI, obama menaiki mobil limosin yang dibawa langsung dari AS. Kendaraan anti peluru. Hal ini dilakukan karena standart pengamanan presiden AS memang seperti itu. Sebab dikawatirkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kita mengetahui bahwa AS sangat banyak memiliki musuh. Musuh yang setiap saat siap mengintai dan menyerang. Sehingga pengamanan presidennya menggunakan pengamanan super ketat.
Disisi lain kedatangan Obama ke Indonesia juga banyak menyedot energy bangsa ini. Salah satunya adalah dari segi pengamanan. Jauh-jauh hari aparat kepolisian dan TNI sudah dikerahkan untuk menjaga dan mesterilkan wilayah-wilayah yang akan dikunjungi dan dilewati oleh Obama. Memang untuk presiden dari Negara yang satu ini perlu ekstra dalam penjagaan dimanapun ia berada, bahkan sampai dinegaranya sendiri pun presiden AS dijaga super ketat.
Dari Lanud Halim perdana Kusuma Obama melaju ke daerah Cawang, Semanggi, Bunderan HI dan menuju ke jalan Gatot Subroto kemudian, langsung ke Istana Negara RI. Iring-iringan presiden AS ini memakan korban bagi pengguna jalan yang dilalui oleh Obama. Mereka menemui kemacetan yang sangat panjang, sebab pada jam-jam seperti itu adalah jam pulang kantor, sehingga sepanjang jalan banyak dilalui warga yang menuju rumahnya masing-masing. Tetapi penutupan akses jalan tersebut hanya berlangsung selama kurang dari 15 menit. Setelah rombongan sampai Istana akses jalan yang ditutup dibuka kembali.
Disaat tiba di Istana hujan lebat mengguyur kota Jakarta. Tepat di pintu masuk Istana mobillimosin yang membawa Obama berhenti dan disambut oleh SBY dan istrinya. Setelah mereka bersalaman mereka menuju ruang tengah Istana dan di dengarkan lagu kebangsaan AS dan RI. Setelah lagu kebangsaan selesai tampak sekali Obama bias menguasai keadaan sehingga tampak sekali seakan-akan Obama adalah tuan rumahsedangkan SBY sepertitamu. Keaktifan Obama dalam bertindak, bersikap dan berbicara sangat jauh dari kekakuan. Tetapi disaat memperhatikan SBY gaya kekakuannya belum bisa luntur sehingga saat berpidato pun Obama terpengaruh dengan gaya SBY yang protokoler dan kaku serta kikuk.

Selasa, Juli 13, 2010

KRITIK TERHADAP METODOLOGI STUDI AL-QUR'AN LIBERAL


AL-QUR'AN adalah firman Allah yang Mahasuci (al-Quddus). Ia dibawa turun oleh malaikat Jibril: malaikat yang menjadi kepercayaan Allah (al-ruh al-amin). (Qs. al-Syu’ara’ [26]: 193-194) lagi suci (ruh al-quds) (Qs. al-Baqarah [2]: 97-98). Dia diutus oleh Allah untuk membawa Al-Qur’an ke dalam qalb (hati) Rasulullah s.a.w. Oleh karenanya, siapa yang memusuhi Jibril, maka dia kafir dan Allah menjadi “musuhnya”. (Qs. al-Baqarah [2]: 96-97). Karena Al-Qur’an berasal dari Allah yang Maha Suci; dibawa turun oleh malaikat Jibril yang suci; kemudian diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang suci, maka Al-Qur’an adalah “Kitab Allah yang Suci”.

Dan umat Islam seluruh dunia meyakini bahwa Al-Qur’an adalah “Kitab Suci”. Anehnya, masih saja ada sarjana Muslim yang tidak rela kaum Muslimin meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci agamanya (Islam). Dengan alasan bahwa Al-Qur’an harus diletakkan dalam “konteks kesejarahan” ketika wahyu ditulis, Al-Qur’an dilucuti dari kesuciannya. (Lihat, Abd Moqsith Ghazali, Luthfi Assyaukanie, dan Ulil Abshar-Abdalla, Metodologi Studi Al-Qur’an [MSA], (Jakarta: Gramedia, 2009, hlm. 3). Ini jelas merupakan satu ide asing (dakh’l) dan murni gaya orientalis dalam melucuri sakralitas Al-Qur’an. Karena mereka mengira bahwa yang menjadikan Al-Qur’an itu suci adalah “konteks sejarah”, bukan Allah ataupun Nabi Muhammad. Untuk itu, pemikiran destruktif dan dekonstruktif ini perlu diluruskan. Agar tidak menjadi virus liar yang menggerogoti keyakinan umat Islam yang sudah “berurat-berakar” dalam ‘nadi keimanan’ mereka. Berikut ini akan dijelaskan kekeliruan pandangan mereka mengenai sakralitas Al-Qur’an.

Masalah Kitab, Mushaf, dan Al-Qur’an

Salah satu nama Al-Qur’an yang ada adalah al-Kitab, karena ia merupakan kitab yang tertulis. Ini pun diakui oleh penulis MSA, karena menurut mereka Al-Qur’an menyebutkannya dalam banyak ayatnya. Meskipun jelas ayat-ayatnya yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu al-Kitab, mereka tetap “menolak”. Malah berdalih bahwa yang dimaksud oleh Al-Qur’an adalah “tulisan” secara umum. Menurut mereka, hal itu tidak merujuk kepada satu kesatuan kitab suci utuh. Alasan mereka: Karena pada masa Nabi hidup, “sangat tidak masuk akal” membayangkan sebuah kitab suci yang utuh, karena kelengkapan wahyu sangat bergantung kepada usia Nabi. (MSA, hlm. 9).

Apa yang mereka tulis di atas jelas sekali “kerancuannya”. Pertama, menolak firman Allah bahwa Al-Qur’an adalah al-Kitab. Padahal dalilnya sangat jelas. Misalnya dalam Qs. al-Baqarah [2]: 2. Karena kata al-Kitab dalam Qs. 2: 2 ini adalah Al-Qur’an. Karena menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, murid Muhammad Abduh (w. 1905), maksud dari al-Kitab adalah “satu kitab” yang dikenal oleh Nabi Muhammad. Dan kitab ini, tegas Ridha, mencakup segala hal yang dibutuhkan bagi para pencari kebenaran (Ïullab al-haqq), petunjuk (al-hidayah), dan bimbingan (al-irsyad) dalam setiap lini kehidupan dunia dan bekal akhirat. Maka Qs. 2: 2 mengisyaratkan itu semua.

Kedua, apakah tidak mungkin kitab itu ada pada zaman Nabi Muhammad? Atau, apakah kitab suci itu harus utuh dulu baru kemudian absah dan valid disebut al-kitab? Pertanyaan ini dijawab dengan tegas oleh Rasyid Ridha: “Tidak mengapa wujud kitab itu belum ada secara keseluruhan (belum lengkap) ketika waktu diturunkan!” Karena keberadaan sebagian kitab tersebut sudah menjadi bukti valid akan kebenarannya. Karena sebagian Al-Qur’an sudah turun sebelum ayat ini turun. Kemudian Nabi Muhammad diperintahkan untuk menuliskannya.

Bahkan, tambah Ridha, isyarat itu sudah cukup untuk menunjuk kepada surah al-Baqarah. Karena dia benar karena ayatnya diakhir dengan hudan li’l-muttaqan (cukup dan layak menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa). Dan isyarat kepada keseluruhan kandungan al-kitab tersebut ketika turun sebagiannya menegaskan bahwa Allah berjanji kepada Nabi akan melengkapi al-kitab tersebut. Jadi tidak mengapa ketika turun al-kitab tersebut belum ditulis secara utuh. Karena, Anda juga biasa mengatakan: “Saya sedang mendiktekan satu kitab. Atau, kemarilah, akan saya diktekan satu kitab kepadamu!” (Lihat, Rasyid Ridhah, Tafsir al-Manar, 12 Jilid, (Cairo: Dar al-Manar, 1366 H/1947 M, 1: 123). Artinya: buku atau kitab tersebut belum sempurna dituliskan, tapi sudah disebut sebagai kitab.

Jadi, Al-Qur’an adalah al-Kitab. Dan bagi siapa saja yang menelaah kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama kita, tidak akan merasa aneh – apalagi menganggap tak masuk akal – jika Al-Qur’an itu adalah al-kitab. Oleh karena itu, menurut Imam al-Kisa’i, ketika mengomentari kata al-kitab dalam Qs. 2: 2, maksudnya adalah: “Isyarat Al-Qur’an yang berada di langit dan belum turun.” (Lihat, Ibn ‘Athiyyah al-Andalusi, al-Muharrar al-Wajiz, 6 Jilid, (Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1422 H/2001 M, 1: 83). Artinya: menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah al-kitab.

Selain menolak kata al-kitab, penulis MSA juga menolak jika Al-Qur’an merupakan nama bagi Al-Qur’an itu sendiri. Alasan mereka: karena istilah “Al-Qur’an” melewati proses panjang sebelum kitab suci itu dinamakan demikian. (MSA, hlm. 9). Mereka kemudian mencari justifikasi dari kitab al-Itqan karya Imam Jalal al-Din al-Suyuti (w. 911 H). Dimana menurut mereka, sang Imam mencatat bahwa sepeninggal Nabi, para sahabat berbeda pendapat mengenai nama apa untuk menyebut “kitab suci” mereka. Apakah harus disebut “Injil” seperti kaum Kristen, atau “Sifr” seperti dalam tradisi Yahudi.

Padahal, jika kita rujuk langsung ke dalam al-Itqan ceritanya berbeda. Para sahabat berbeda pendapat dalam masalah penyebutan Al-Qur’an bukan sepeninggal Nabi, melainkan ketika Abu Bakr al-Shiddiq selesai melakukan kodifikasi. (Lihat, al-Suyuthi, al-Itqan, 7 Jilid, (al-Madinah al-Munawwarah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’ah al-Mushaf al-Syarif, 1426, 2: 344). Jadi, mereka mengusulkan penyebutan untuk kodifikasi yang dilakukan oleh Abu Bakr, bukan untuk menyebut isi dan kandungan Al-Qur’an. Karena namanya Allah langsung yang menyebutkan, bukan buatan para sahabat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya ayat yang menyebut kitab suci kaum Muslimin ini dengan “Al-Qur’an”. (Qs. 56: 77, 73: 20, dan 85: 21).

Jadi, meskipun cerita penyebutan Al-Qur’an dengan Muushaf seperti yang diusulkan oleh Abd Allah ibn Masud tidak serta-merta hal itu menjadi dalil dan dalih bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu Allah menjadi tidak sakral. Juga tidak sebaliknya, bahwa kata Mushaf merupakan sakralisasi Al-Qur’an. Karena kitab suci yang agung ini sudah “sakral” sejak semula. Anehnya, istilah Muushaf pun dipermasalahkan. Hanya karena berasal dari bangsa Ethiopia (×abasyah), yang menurut mereka merupakan tradisi Kristen di sana untuk merujuk Injil yang dibukukan. (MSA, hlm. 10). Padahal, Al-Qur’an tidak disebut sebagai MuÎÍaf pun namanya sudah Al-Qur’an dan banyak lagi. Bahkan, menurut Ab al-MaÑÉlÊ ÑAzÊzÊ ibn Abd al-Malik yang dikenal dengan Syaidzalah dalam bukunya al-BurhÉn, Allah menamai Al-Qur’an dengan 55 jenis nama. (al-Suyuthi, al-Itqan, 2: 336).

Jadi, dalam hal ini penamaan Al-Qur’an tidak problem sama sekali. Mungkin karena gaya dan metodologi orientalis dalam melihat Al-Qur’an, maka kesimpulan para penulis MSA ini begitu semangat untuk menyatakan. [hidayatullah.com] penulis: Qosim Nursheha Dzulhadi

Sabtu, Juli 03, 2010

BANGUN KOMUNITAS KEILMUAN


salah satu program Institut Studi Islam Darussalam (ISID)siman Ponorogo adalah program pasca sarjana. program ini bergelut pada pemikiran islam yang lebih menuju kepada akidah. program ini sengaja di pilih oleh ISID adalah guna mengkonter pemikiran liberalisme yang sedang menyerang pada umat islam.

wacana liberalisasi dalam pemikiran islam sudah lama diwacanakan. pada saat sekarang para sarjanawan serta cendekiawan muslim sendiri mewacanakan terhadap liberalisasi dalam akidah, syariah dan kalau perlu semua ajaran islam di rubah untuk disesuaikan sosial, kultur dan kondisi alias islam keindonesiaan yang artinya islam yang tunduk terhadap sosial kultur masyarakat indonesia. jika ajaran islam tidak sesuai dengan sosial kultur indonesia maka ajaran islam harus berubah dan mengikuti sosial yang ada. demikianlah salah satu tujuan liberalisasi ajaran islam yang ingin di lakukan.

langkah pertama yang dilakukan sarjanawan dan cendekiawan liberal adalah melalui pewacanaan. jika pada tahap wacana mereka berhasil menguasai wacana yang beredar pada masyarakat maka wacana-wacana tersebut diaplikasikan dalam kehidupan. diantara hal-hal yang sudah diwacanakan oleh sarjanawan dab cendekiawan adalah sekuleisme, liberalisme dan pluralisme.

cendekiawan liberal mewacanakan ide-ide mereka melalui institusi pendidikan. kurikulum pendidikan adalah salah satu jalur untuk masuk ranah masyarakat. melalui mahasiswa atau tenaga pengajar wacana ini di gulirkan dengan harapan mahasiswa atau dosen-dosen tersebut dapat menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada masyarakat.

diantara wacana yang telah digulirkan kaum liberal adalah sekulerisme. kaum liberal mengajak kepada masyarakat bahwa islam hanyalah sekedar ibadah ritual, sholat, zakat, haji, puasa dll mereka berusaha memisahkan kehidupan masyarakat dari ajaran agama. padahal islam yang sesungguhnya way of life jalan kehidupan. jadi islam adalah terdapat pada segi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dll. islam tidak mendekotomikan antara dunia dan akhirat. ilmu adalah ibadah, bekerja adalah ibadah, bernegara adalah ibadah dst.

selain itu juga kaum liberal mewacanakan kesetaraan gender. kaum wanita di kompor-kompori untuk berontak dari kodratnya. mereka diajak protes untuk merubah konstruk dirinya yang telah di ciptakan oleh tuhan. kaum liberal mengajak kaum wanita untuk melawan tuhan. sebab kaum liberal banyak yang beranggapan bahwa tuhan tidak punya urusan terhadap permasalah manusia yang patikuler. bahkan kaum feminis mengajak kaum perempuan untuk bisa lepas dari ketergantungan dari seorang pria. padahal didalam ajaran islam antara wanita dan pria terciptakan oleh tuhan untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menguasai atau merendahkan salah satu jenis. antara pria dan wanita dalam islam dapat di ibaratkan anggota tubuh yang ada di badan kita yang sudah memiliki tugas masing-masing untuk saling melengkapi. tetapi kaum feminis tugas yang ada dan peranan wanita di dalam fungsinya dianggap sebagai bentuk dari bias gender. inilah salah satu bentuk dari wacana liberalisasi struktur masyarakat.

selain sekulerisme dan feminisme masih banyak lagi wacana-wacana yang digulirkan oleh cendekiawan dan sarjanawan liberal tetapi yang lebih aneh para pengasong wacana-wacana ini adalah statusnya mereka muslim alias mereka bersyahadat, melaksanakan sholat dll, tetapi mereka jika di katakan pemikiran tersebut keluar dari jalur ajaran islam mereka akan menyatakan bahwa di dunia tidak ada kemutlakan. mereka beranggapan bahwa yang mutlah adalah tuhan baukan manusia.

disini;lah letak kerancuan pengasong liberalisasi. yang lebih bahaya lagi wacana-wacana tersebut sudah mulai dimasukkan di bangku kuliah bahkan pada bangku tingkat dasar. para peserta didik sudah di kader untuk merusak agamanya sendiri. anehnya juga lembaga pendidikan dan para pendidik sekarang malah mengajari peserta didiknya untuk jadi perusak sebab kurikulum pendidikan di indonesia sudah mulai dirasuki virus-virus liberalisasi.

maka wahai umat islam mari kita bangun dari kegelapan ini menuju perdaban islam, peradaban yang mengajak kepada umatnya untuk belajar dan belajar. sudah menjadi rahasia umum kebanyakan bangsa indonesia yang beragam islam sangat malas untuk berfikir dan belajar. oleh karena itu mari kita bungkus imej jelek (kemalasan) terhadap umat dan bangsa ini dan buang jauh-jauh ke laut. mari kita mulai dari keluarga kita membentuk komunitas keilmuan baik di masjid atau di lingkungan kita tinggal. dari komunitas inilah nantinya akan terdapat benteng kuat. sebab liberalisasi islam sudah ada sejak zaman dahulu tetapi yang membentengi paham tersebut di indonesia nyaris tidak ada.

Sabtu, Mei 29, 2010

Agama Sentral Peradaban



Agama adalah kebutuhan yang fundamental bagi manusia. Agama memberi petunjuk bagaimana nilai-nilai moral itu harus dijalankan dalam keseharian kita, dan bagaimana norma-norma moral harus dijalankan dalam tata pergaulan hidup manusia namun tidak berlawanan dengan kodrat manusia, bila manusia sebagai mahluk social berusaha menemukan pola-pola kesamaan dan keragaman dalam bidang-bidang dan batas-batas tertentu untuk kepentingan dan kemajuan hidup manusia.

Dalam hal ini diperlukan landasan filosofis yang bisa merangkum keberanekaragaman pandangan hidup sesuai kelompok yang menafasi segenap aktivitas manusia sebagai mahluk social.

Sejarah telah mencatat perkembangan tradisi, adat istiadat, pandangan hidup dan nilai budaya baik secara individu atau kelompok memiliki peranan yang sangat menentukan. Agama mengajarkan nilai – nilai kehidupan bagi manusia baik melalui pesan yang tersirat maupun tersurat dalam ajaran agama. Diakui atau tidaknya bahwa agama sebagai sentral kehidupan terbukti bahwa setiap keilmuan bersumberkan dari realitas agama. Ketinggian moralitas masyarakat didapatkan dari ajaran agama sehingga menghasilkan peradaban dan budaya yang berkwalitas di penjuru dunia.
Banyak tantangan – tantangan yang dihadapai oleh agama, agama dianggap tidak berhasil membawa realitas manusia mengarungi dunia kehidupan sehingga proses sekulerisasi mendomonasi pemikiran manusia dan pengaplikasian sekulerisasi di setiap segi kehidupan. proses sekulerisasi ini ditandai pemisahan antara kehidupan keduniawian manusia dengan agama.

Agama memiliki batas dalam kehidupan manusia, agama merupakan persoalan individu sehingga agama tidak dapat mempengaruhi social-kultur masyarakat. Tidak ada ruang bagi agama dalam kehidupan bermasyarakat itulah tempat yang pantas menurut orang yang anti agama. Pembedaan ruang ini yang akan mengakibatkan kekosongan ruang sehingga semua segi kehidupan dinilai dari segi rasionalitas akal manusia. Tuhan taidak berhak mengatur manusia itu inti dari pensekuleran agama. Dari pemikiran sekuler akhirnya menghasilkan kapitalisme yang kuat adalah yang menang.

Menurut prediksi pakar teolog dan social dari Harvard, Harvey Cox memperkirakan bahwa kematian agama berada pada masyarakat modern. Pendapat ini sesuai dengan ahli sosiolog August Comte yang menyatakan bahwa, masyarakat berkembang secara linier dari tahap eologis, metafisik sampai tahap akhir positivistic. ( agama memiliki peranan penting dan memberikan pengaruh dominant bagi masyarakat ) Hal ini disebabkan pola pemikiran manusia dalam taraf sederhana. Tetapi peranan agama akan hilang seiring dengan kemajuan di bidang keilmuan dan teknologi kemajuan ini berdasarkan kemajuan pemikiran manusia dari paham rasionalisme.

Tetapi sejarah berkata lain dari ungkapan dua pakar tersebut, tahun modern pada melenium ketiga gairah manusia untuk beragama semakin meningkat, kegiatan keagamaan yang biasanya dikaji oleh kaum santri yang tinggal dipesantren tetapi kajian agama pada saat sekarang sudah masuk hotel, yang biasanya menggunakan forum pengajian sekarang berganti pada forum diskusi yang sifatnya dialogis. Disaat manusia tengah merasa kekosongan hati mereka akan mecari tujuan hidup dan tujuan hidup tersebut terdapat agama. Makin maraknya dunia tasawuf digandrungin masyarakat menengah keatas adalah sebagai bukti realitas masyarakat akan tetap bersandar pada agama. Agama tidak bisa lepas dari peranan manusia sebab agama adalah kebutuhan fundamental dan fitrah manusia. Dari ajaran agama inilah sentral kehidupan manusia bukan manusia sentral bagi kehidupan.

Bahaya multikulturalisme


Multikulturalisme bukanlah sekedar wacana tetapi merupakan sebuah idiologi. Idiologi yang dikembangkan adalah melalui bangunan perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada tersebut diramu dan diracik sehingga menghasilkan sebuah teori tidak ada klaim kebenaran (truth claim) dan superior diantara golongan, sebab manusia tidak dapat meraih kebenaran yang absolut. Hal ini senada dengan St. Nugroho, multikulturalisme harus disikapi dengan rendah hati "menerima kenyataan" bahwa seseorang tidak mampu memiliki kebenaran absolute (Multikulturalisme, Belajar Hidup bersama dalam Perbedaan, Indeks 2009). Padahal ungkapan St. Nugroho ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut Islam kebenaran absolute bisa sampai kepada manusia. Manusia oleh Allah dibekali panca indera, akal serta wahyu. Dari tiga komponen inilah kebenaran absolut bisa sampai pada manusia. Bahkan juga Allah mengutus para nabi dan rasul. Sehingga sifat keragu-raguan terhadap kebenaran dapat dihilangkan. Jika umat Islam ragu-ragu dengan ajaran Islam berarti terjadi kesalahan dalam keimanannya.

Para pendukung ide atau teori ini sangat menarik untuk dicermati. Mereka para pendukung ide multikulturalisme ini mengklaim bahwa apa yang mereka tawarkan adalah sesuatu yang harus diikuti oleh semua kalangan, tetapi golongan diluar mereka tidak boleh mengklaim bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Bahkan para pendukung ide/teori ini memberikan cap diluar golongan mereka dengan primitive, konserfatif atau fundamental. Jika para pendukung ide/teori multikulturalisme tetap mengklaim bahwa ide atau teori tersebut adalah benar dan harus diikuti oleh semua golongan. Maka, teori tersebut telah runtuh sebab bertentangan dengan teori yang sedang dibangun oleh teori itu sendiri.

Multikulturalisme juga akan menganggap bahwa semua agama adalah sama dan sederajat dengan golongan yang lainnya, kebenaran absolute tidak dapat diterima oleh manusia sebab manusia meruang dan mewaktu, padahal dalam Islam kebenaran absolute itu dapat diterima yaitu melalui kabar terpercaya atau riwayat-riwayat yang terpercaya (tsiqoh). Jika multikulturalisme ditelan mentah-mentah umat Islam berarti akan merusak bangunan Islam yang telah final, dan Islam akan didekontruksi ulang. Padahal ajaran Islam telah sempurna. Dan Islam sholihul makan wa zaman, islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman, sebab ajaran Islam telah lengkap dan sempurna.

Multikulturalisme beranggapan bahwa semua agama adalah sama, tidak ada yang superior atau yang berpendapat lebih baik atau lebih benar dari yang lain. Sebab manusia sifatnya relative. Bahaya ini juga akan menimpa pada pernikahan. Pendukung multikulturalisme menyatakan bahwa menikah benda agama adalah sah. Bisa kita lihat ungkapan Ulil Agshar Abdalla, "…. Islam adalah agama revolusioner. Ini dibuktikan dengan dibolehkannya kawin campur, antara laki-laki Muslim dengan perempuan ahl kitab. Revolusi ini mesti diteruskan, sehingga pernikahan beda agama tak lagi menjadi soal". Selain itu juga dalam buku Memoar Cintaku yang ditulis Ahmad Nurcholish menceritakan pengalaman perjalanan cinta sang penulis dengan seorang perempuan Khonghucu dan pada pernikahan tersebut Ulil Abshar Abdalla menjadi saksinya.

Multikulturalisme pada saat sekarang menjadi salah satu isu dalam dunia pendidikan. Bahkan mantan Menteri Pendidikan Nasional, Malik Fajar (2004) pernah mengatakan pentingnya pendidikan multikulturalisme di Indonesia. Menurutnya, pendidikan multikulturalisme perlu ditumbuhkembangkan, karena potensi yang dimiliki Indonesia secara kultural, tradisi, dan lingkungan geografi serta demografis sangat luar biasa. Kemudian juga Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 13 sempat ditentang oleh sebagian golongan. Menurut mereka Undang-Undang tersebut tidak sesuai dengan nafas multikulturalisme bahkan semakin memperuncing diskriminasi. Padahal jika ditelaah dengan seksama Undang-Undang tersebut memberikan porsi yang adil. Adil dalam makna menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sudah selayaknya peserta didik menerima materi agama dari guru agamanya yang seagama. Agama adalah sesuatu yang sangat penting sebab agama adalah way of life bagi setiap pemeluknya. Jika ide/teori ini dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, maka yang dihasilkan adalah generasi yang bingung, ragu-ragu dan skeptis terhadap ajaran agamanya. Inilah bahayanya ide/teori multikulturalisme, dan ide ini sebenarnya adalah kepanjangan dari ide pluralisme yang pada saat sekarang banyak ditentang oleh masyarakat.

Pluralitas dan multikultur

Pluralitas dan multikultur adalah sebuah fenomena dan realitas sosial dan itu bukan mejadi kendala dalam Islam. Realitas yang plural dan multikultur adalah sudah menjadi sunnatullah. Keberanekaragaman corak budaya, bahasa, ras, etnis, suku serta agama adalah sebuah realita yang ada pada saat sekarang dan itu merupakan wujud kekuasaan Allah swt, tetapi kenyataan realitas tersebut bukan harus membenarkan yang salah, terus diangkat pada derajat kebenaran "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui". QS Ar-Ruum 22

Berdasarkan ayat tersebut keberagaman adalah sunnatullah dan untuk menjadikan satu adalah sebuah kemustahilan. Sebab Allah menciptakan manusia yang beraneka ragam adalah supaya manusia saling mengenal dan saling menghargai. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". QS Al-Hujuraat 13.

Dari dua ayat ini dapat dipahami bahwa didunia ini terdiri dari berbagai macam bahasa yang dimiliki oleh makhluk, kemudian manusia bukan hanya terdiri dari satu macam kulit tetapi terdiri dari berbagai corak warna kulit. Manusia juga bukan hanya terdiri dari satu jenis tetapi terdiri dari laki-laki dan perempuan. Manusia juga bukan terdiri dari satu bangsa dan suku tetapi manusia terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Itu semua oleh Allah tunjukkan kepada manusia, bahwa Allah Mahakuasa serta dari berbagai macam corak tersebut bukan untuk menjadi kendala manusia untuk membangun sebuah kebersamaan untuk mencari kemuliaan Allah dimuka bumi ini dan membangun peradaban yang mulia serta berakhlaqul karimah. Islam mengakui pluralitas dan multikultur adalah frealitas sosial. Dan untuk mendamaikan keberbedaan ini adalah melalui toleransi. Menghargai keberadaannya, menghormati aktifitasnya akan tetapi umat Islam harus tetap yakin bahwa Islam adalah jalan yang paling benar.

Solusi
Globalisasi merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi dan disikapi dengan bijaksana. Kenyataan ini tidak dapat ditolak, tetapi juga bukan berarti harus diterima. Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi "Globalisasi merupakan keadaan, dimana bangsa-bangsa terkondisikan untuk menerima kultur, tradisi dan nilai-nilai yang dianggap mendunia dan menyeluruh. (Liberalisasi Pemikiran Islam (Gerakan bersama Missionaris, Orientalis dan Kolonialis), CIOS-ISID Gontor, 2008). Globalisasi perlu dipahami dan direspon secara tepat

Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam memfilter nilai-nilai globalisasi yang tidak sesuai corak serta gaya hidup masyarakat adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan agent of change. Melalui pendidikanlah masyarakat mengetahui hitam-putih, benar-salah, baik-buruk, haq-bathil dan lain sebagainya. Tetapi jika wadah ini tidak berani untuk membedakan antara haq-bathil, benar-salah, baik buruk kepada peserta didiknya, serta yang diajarkan adalah bentuk kerelativitasan, maka yang akan dihasilkan adalah "generasi abu-abu", generasi yang "banci" karena tidak berani menyatakan dengan jelas suatu kebenaran.

Pendidikan adalah sarana manusia untuk menuju suatu perubahan. Muhammad Abduh mengatakan bahwa pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk melakukan perubahan. Menurut konferensi internasional pendidikan Islam di Universitas King Abdul Aziz tahun 1977 merumuskan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari pengertian ta`lim, tarbiyah dan ta`dib, dari ketiga unsur ini hanyalah untuk mengabdikan kepada Allah dan untuk kemaslahatan umat.

Peranan pendidikan dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat vital. Tanpa pendidikan sebuah bangsa atau masyarakat tidak akan merasakan kemajuan, sebab peradaban manusia akan terlahir dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, pengabdian dan keihlasan serta pengamalan ilmu. Banyak dari generasi yang memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan tetapi tidak didasari dengan pengabdian serta keihlasan akhirnya mendatangkan bencana. Jadi tingkat majunya sebuah peradaban disuatu bangsa atau masyarakat dapat dilihat dari cara berfikirnya masyarakat. Baik kemajuan politik, social, ekonomi, budaya dan agama.

Jadi pendidikan multikulturalisme bukanlah solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada, tetapi timbulnya paham ini memberikan efek yang sangat bahaya terhadap peserta didik. Sebab multikulturalisme tujuannya adalah persamaan dan kesederajatan. Jika antara salah dan benar dianggap sama atau budaya baik dan budaya buruk dianggap sama, maka yang terjadi adalah kebingungan dan skeptisisme peserta didik. Keadaan seperti ini seperti masyarakat Barat, bingung dengan tujuan mereka untuk hidup.

Jumat, Mei 28, 2010

Menimbang kembali Pendidikan Multikulturalisme


Arus globalisasi terus mengalir dalam kehidupan masyarakat. Beberapa agenda-agendanya diluncurkan dan ditawarkan dipenjuru wilayah. Liberalisme, sekulerisme, pluralisme adalah agenda globalisasi, paham-paham tersebut terus menggerogoti pola pikir masyarakat. Kehadiran globalisasi perlu diwaspadai, sebab dari bebarapa agendanya sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya, politik bahkan agama. Salah satu wacana yang hadir dalam kehidupan masyarakat pada saat sekarang adalah istilah multikulturalisme. pada tulisan ini akan membahas tentang multikulturalisme.

Munculnya Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah kesejajaran budaya. Masing-masing budaya manusia atau kelompok etnis harus diposisikan sejajar dan setara. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih dominan .(Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Melihat istilah ini, multikulturalisme berarti ingin menumbuhkan sikap ragu-ragu atau skeptis sehingga yang ada hanya relatif. Kemudian juga Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, M.A dalam pengantar buku Pendidikan Multikultural mengatakan " setiap peradaban dan kebudayaan yang ada berada pada posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau dianggap tinggi (superior) dari kebudayaan lain. Ungkapan seperti inilah yang harus disikapi dengan arif dan bijak.

Dari ungkapan diatas bisa diartikan bahwa semua kebudayaan adalah sama tak ada yang lebih tinggi. Jika hal ini yang dimaksud berarti istilah baik dan buruk adalah memiliki makna yang sama. Sebab semua dipukul rata. Tidak ada yang lebih unggul. Padahal dalam ajaran islam suatu kebaikan adalah lebih tinggi derajatnya dari sesuatu yang lebih buruk. Sesuatu yang benar lebih mendapatkan tempat dari pada kesalahan. Islam juga sangat jelas membendakan haq dan bathil, muslim dan musyrik.
Sebetulnya istilah multikulturalisme dimunculkan dan ditawarkan untuk meminimalisir konflik antar budaya yang ada tetapi yang terjadi hanya kedamaian yang semu. Di era globalisasi adalah era keterbukaan. Tidak ada sekat pembatas antar golongan. Sehingga semua golongan akan bercampur baur dalam satu kehidupan. bahkan seorang ahli komunikasi Kanada, McLuhan mengatakan "dunia merupakan kampung besar (global Village). Dengan ada globalisasi berarti sekat-sekat yang ada harus di leburkan. Bahkan Samuel P. Huntington meramalkan dalam bukunya The Clas of Civilization akan terjadi benturan peradaban dan disinyalir akibat dari beberapa factor: politik, sosial, budaya, ekonomi, ras dan bahkan agama.

Namun, sangat disayangkan, solusi yang ditawarkan bukan meminimalkan permasalahan tetapi sebaliknya menambah permasalahan. Dengan menawarkan solusi multikulturalisme, berarti akan mengaburkan nilai-nilai yang ada. Adapaun nilai-nilai tersebut seperti norma agama, baik-buruk, haq-bathil, benar-salah dan lain sebagainya dianggap sederajat dan sama tidak ada sekat yang membedakan yang kontradiktif berbeda. Jika seperti itu maka ajaran agama akan kabur dan semakin tidak jelas. Padahal dalam islam dari nilai-nilai agamalah konstruksi perdaban terbentuk dan bukan budaya yang membentuk konstruksi agama. inilah yang membedakan antara islam dan Barat. Istilah multikulturalisme adalah lahir dari sejarah Barat. Istilah ini pernah muncul di Amerika pada tahun 1960. kala itu terdapat diskriminasi terhadap penduduk asli Amerika.

PROGRAM KADERISASI ULAMA


indonesia terkenal dengan warga muslimnya terbanyak di dunia. indonesia merupakan mayoritas warganya beragama islam. dan di negara ini bukan hanya islam yang diakui oleh negara. terdiri dari agama hindu, budha, kristen, konghucu dan kepercayaan kebatinan yang lainnya.

indonesia merupakan komunitas muslim terbesar, sehingga kondisi seperti ini sangat di perhitungkan oleh negara-negara lain. keberadaan agama-agama di indonesia bisa dikatakan cukup rukun antar sesama pemeluk agama. ada beberapa hal saja yang menjadi penyulut bentrokan antar umat beragama. diantara penyulut bentrokan adalah kondisi politik dan sosial yang kurang mendukung. politik yang terjadi di indonesia pada saat sekarang belum bisa memberikan kepastian keamanan.

indonesia juga paling mudah menerima pemikiran-pemikiran yang berkembang di dunia. walau pemekiran itu tidak pantas di negara ini. salah satu contoh adalah pemikiran pluralisme agama, dari paham ini mengharapkan bahwa setiap agama memiliki derajat yang sama. jika setiap agama memiliki derajat yang sama, maka yang akan dihasilkan adalah semua agama sama. sebab semua agama memiliki kedudukan yang sama. jika setiap agama memiliki kedudukan yang sama akan melahirkan relatifisme agama. setiap agama adalah relatif.

oleh karena tuntutan ini gontor melalui institusinya ISID (Institut Studi Islam Darussalam) dan bekerja sama dengan Centre Islamic Occidentalis Study (CIOS) membuat sebuah program yang diharapkan dapat memberikan kritik dan pelurusan paham-paham dan pemikiran yang telah merasuk dan mendarah daging di perguruan tinggi islam. diantara program tersebut adalah Program Pasca Sarjana dan Program Kaderisasi Ulama.

DR. Hamid Fahmy Zarkasyi dan di bantu oleh DR. Adian Husaini, Dr. Fatullah, Dr. Nirwan Syafrin, DR. Muclis Hanafi, DR. Taufiq, Dr Dihyatu masqon, Dr. Amal dan yang lainnya. mereka sangat berharap program liberalisasi di perguruan tinggi terdapat penyeimbang, sehingga memberikan alternatif pemikiran dan mahasiswa tidak terkonteminasi dengan pemikiran Barat. sebab selama ini perguruan tinggi islam di indonesia sangat bangga dengan metode belajar Barat. dan atas kebanggaannya tersebut nyaris tanpa kritik, padahal metode mereka juga banyak celah.

Minggu, Mei 16, 2010

Tren Baru Merusak Citra Islam


Baru-baru ini terdapat kabar bahwa ada seorang lelaki murtad (yang keluar dari agama Islam) mengaku bahwa dirinya pernah dididik untuk menjadi mujahid yang handal. Kemudian diajarkan fundamentalis yang diharapkan nanti menjadi seorang teroris. Lelaki tersebut bernama Ergun Mehmet Caner lelaki keturunan Turkey yang lahir di negara Swedia. Carner mengaku bahwa selama mendapatkan pendidikan tentang jihad dia tinggal di kamp-kamp mujahid Islam

Kabar tersebut berhembus dari belahan benua yang selam ini selalu menjadi buah bibir umat Islam yaitu tepatnya di negara Amerika. Ergun Mehmet Caner adalah pimpinan Liberty Baptist Theological Seminary yang mengatakan bahwa Islam adalah agama perang. Lembaga yang dipimpinnya sekarang adalah salah satu lembaga terbesar di Amerika dalam membaptis umat kristiani.

Carner dalam menyebarluaskan kebohonganya, bahwa dirinya pernah memeluk Islam dan pernah dididik menjadi seorang teroris yang handal adalah melalui CD, DVD, dan melalui media blog. Dan di website pribadinya Carner mengaku bahwa dirinya dan 2 saudaranya didik dalam ajaran Islam sampai perguruan tinggi dan kemudian bertemu dengan ajaran cinta kasih Yesus Kritus.

Lelaki keturunan Turkey ini sejak kecil dalam perawatan dan didikan ibunya dan dibesarkan dilingkungan Kristen. Jadi pengakuan dari Carner sangat tendesius dan ingin membuat citra Islam rusak. Bahkan Carner mengaku pernah berdebat dengan cendekiawan muslim kelas dunia tentang keyakinan, tetapi kenyataanya kabar ini adalah hanya isapan jempol dari Carner.

Perihal tentang dia pernah dididik untuk menjadi mujahid dan teroris adalah juga kebohongan yang sengaja untuk menyudutkan umat Islam. Islam bukan agama yang mengajarkan tentang kerusakan atau menteror. Jihad dalam Islam tidak seperti yang dipahami oleh media. Media sebagai transformasi informasi bagi masyarakat telah berusaha merusak makna jihad, sehingga jihad dianggap sebagai bagian dari teror.

Mengenai teroris yang pada saat sekarang lagi menjadi perbincangan di segala tempat dan menjadi rubrik utama dalam sebuah media. Teroris adalah perbuatan yang sangat merugikan manusia. Islam sangat mengecam terhadap perbuatan tersebut. Teroris tidak identik dengan Islam, tetapi teroris juga biasa dilakukan oleh kalangan pejabat, pembisnis, ekonom, polikus dan lain-lain.

Tetapi anehnya jika teroris ini di sandingkan dengan pelaku yang beragama Islam maka berita itu akan menjadi headline media-media dan tak akan pernah berhenti di beritakan dalam waktu seminggu. Banyak kalangan yang benci terhadap Islam, kemudaian ingin berusaha merusak citra Islam baik melalui media, imej, pendapat, buku, opini, kolom dan lain sebagainya.

Tantangan bagi masyarakat khususnya umat Islam untuk sadar bahwa musuh-musuh telah memancing emosi umat Islam. Kemudian juga musuh-musuh Islam telah juga membuat suatu imej yang jelek terhadap ajaran Islam. Kita harus berhati-hati terhadap isu-isu teroris yang selau dihembuskan dan selalu berbau dengan Islam. Dalam minggu-minggu ini juga Indonesia diramaikan kembali tentang berita penangkapan terhadap teroris oleh pasukan densus 88.

Penangkapan ini disinyalir juga adalah buatan alias untuk memalingkan isu politik yang ada di Indonesia. Umat Islam harus hati-hati dalam menerima informasi dan berhati-hati untuk tidak terpancing emosinya atau malah memperkeruh suasana. Pejabat sebagai pelayan pemerintah polisi sebagai pelindung masyarakat dan media sebagai tranformasi informasi bagi masyarakat untuk bekerja sama dengan masyarkat membangun Indonesia yang lebih maju.

Banyak politikus yang sedang rebutan kekuasaan tetapi rakyat menjadi korban, sehingga pendidikan yang harusnya dipersiapkan untuk membekali generasi bangsa namun terimbas percaturan politik yang sangat sengit dan memanas yang mengharapkan korban. Sistem politik dan politikus yang tidak didasari dengan nilai moralitas yang relegius, akan mencari celah bagamanapun untuk mendapatkan kekuasaan. Yang terpenting lawan terkalahkan.

Islam segai agama rahmatan lil alamin harus bisa mengimbas terhadap pemeluknya. Pemeluk yang tidak sesuai dalam mempelajari Islam maka dia tidak akan mendapatkan kebenaran ajaran agamanya. Jadi bukan salah agama tetapi salah umat dalam mempelajari ajaran agama. Ajaran agama akan memberikan imbas dan pengaruhnya selama umatnya mempelajari sesuai syarat dan aturannya, selama ini umat Islam Indonesia menang dalam kuantitas jumlahnya sebagai umat Islam terbesar di dunia tetapi sangat sempit dan bodoh terhadap ajarannya, secara kualitas umat Islam Indonesia kalah dengan negara-negara lainnya.

Beluim banyak yang dapat disumbangkan umat Islam terhadap dunia, hal ini disebabkan Islam Indonesia baru sebatas Islam keturunan, atau Islam karena tetangga atau Islam karena KTP. Jika kita lihat para pencuri, penjahat atau perampok, koruptor dll adalah secara identitas mereka adalah muslim tetapi seberapa persenkah ajaran Islam yang telah mereka pelajari dan mereka lakukan. Apakah mereka bisa dikatakan atau mewakili umat??

Tugas besar bagi semuanya. Jika dibangun dari keluarga pendidikan Islam Isya Allah Islam akan menjadi rahmatan lil alamin, kemudian didukung mentalitas belajar dan lingkungan pendidikan yang mendukung. Di Indonesia masih sangat jarang terdapat lingkungan belajar (akademis) mengajar disetiap saat. Banyak perpustakan didirikan, kumpulan atau invnetaris buku akan tetapi itu semuanya hanya dijadikan sebagai hiasan. Mari kita bangkitkan lingkungan yang akademis baik di keluarga, masyarakat, sekolahan dan dimanapun berada.

Kamis, Mei 06, 2010

MENANGKAP KONSEP ILMU DALAM ISLAM


Pagi ini matahari bersinar dengan cerah. Cuaca yang mendung hari kemarin pagi ini tak tampak tetapi sebaliknya sinar matahari rata menyinari lingkungan kampus ISID. Aktifitas teman-teman PKU seperti biasanya. Pukul 05.30 mereka berolah raga. Yang biasa di lakukan adalah separing badminton. Olah raga ini lagi di gandrungi peserta PKU di pagi hari. Sebab jika permainan ini dilakukan sore hari maka kok nya akan terbang di terpa angin. Maklum angin di wilayah ponorogo bisa dikategorikan sangat kencang. Bulan-bulan kemarin olah raga ini tidak terlalu di gandrungi oleh peserta PKU angkatan ketiga, sebab olah raga ini bisa dikategorikan olah raga yang mahal. Mereka lebih suka bermain takraw disore hari. Tapi kini takraw kini telah ditelan masa. Yang tertinggal hanya bola takraw yang sudah mulai usang tersimpan rapi di kamar 14, kamar kepala bagian olah raga PKU angkatan ketiga.

Pagi ini Dr. Adian Husaini akan pulang ke Jakarta, tetapi sebelum perpulangan beliau ke Jakarta, beliau ingin mengajak diskusi teman-teman PKU angkatan ketiga tentang konsep ilmu. Tepat jam 08.00 Dr. Adian Husaini memasuki ruangan belajar PKU angkatan ketiga. Pagi ini beliau mengenakan pakaian koko berwarna putih dan bwahan dengan celana warna hitam, serta tak ketinggalan beliau juga membawa senjata beliau yaitu note book.

Diawal pembicaraan diskusi tentang ilmu, beliau menyinggung tentang pernyataan prof. Naquib al-Attas dalam konferensi pendidikan di Makkah tahun 1977. menurut al-Attas bahwa problem yang dimiliki oleh umat Islam ini adalah keilmuan bukan politik, ekonomi, atau yang lainnya. Problem inilah yang mendasari umat islam tertinggal jauh dengan peradaban Barat yang pada saat sekarang menguasai dunia. Sehingga umat islam tenggelam bersama buaian Barat. Apapun yang di teorikan Barat dicontek tanpa kritik oleh umat islam.

Cara pandang umat islam terhadap masalah adalah akan menentukan solusi yang dihasilkan. Seperti hizbutahrir yang memandang bahwa umat ini sedang dalam negara kaffir maka solusi yang ditawarkan adalah merebut kekuasaan. Sehingga kelompok ini habis-habisan mengadakan kegiatan yang hampir menelan dana 2,5 milyar untuk kongres hizbutahrir internasional. Bahkan kelompok ini membutuhkan 1 juta manusia untuk melakukan revolusi dan mengubah dengan tegaknya kekhilafahan. Menurut Dr. Adian bukannya tidak penting mendirikan kekhilafahan di negeri ini. Tetapi lebih penting adalah menurut beliau mendidik dan membekali ilmu pada generasi. Sebab jika kekhilafahan ini berdiri tetapi manusia-manusianya masih seperti sebelumnya maka yang terjadi adalah sama saja. Bahkan ini merupakan jebakan yang tidak dirasa.

Menurut Dr. Adian disaat khilafah ini berdiri, umat islam sudah memiliki stok yang akan mengisi pos-pos yang dibutuhkan. Seperti jaksanya, hakimnya, polisinya, enterpreneurnya, pendidiknya dll. Mereka semuanya harus ber worldview islam. Jika tidak maka, hasilnya akan sama saja dengan sebelum kekhilafahan berdiri. Menurut beliau kekhilafahan bukanlah solusi utama. Sebab kekhilafahan utsmani jatuh juga pada saat masa kekhilafahan. Jadi adanya kekhilafahan tidak menjamin problematikan umat terselesaikan. Islam maju karena peradaban ilmunya. Barat juga sempat mencontek peradaban ini. Sehingga bisa kita lihat lingkungan keilmuannya mendominasi dalam kehidupan. Sengkan banyak dari kalangan umat islam meninggalkan tradisi keilmuannya. Mereka lebih mengembangkan tradisi materialistiknya.

Banyak kalangan umat islam sekolah hanya untuk mencari materi. Umat tertipu dengan kata kesenangan dan kenikmatan. Padahal konsep tertinggi adalah kebahagiaan. Yang memiliki harta berlimpah ruah tidak bisa bahagia, mereka malah disibukkan dengan hartanya.

Ada dua jenis problem keilmuan dalam islam. Yang pertama adalah kebodohan dan yang kedua adalah kekacauan. Sistem pendidikan yang sekarang menurut Dr. Adian merupakan strategi musuh-musuh islam untuk menjauhkan umat dari agamanya. Beliau mencontohkan pada saat beliau pergi ke Inggris menemui para mahasiswa calon kandidat doktor di bidang sains. Pada waktu itu beliau mendapatkan pendapat para mahasiswa tersebut bahwa masalah agama adalah biarkan tanggung jawab para da`i, mubaligh dan para guru agama saja, sedangkan kami-kami ini mengikuti mereka saja. Disinilah kerancuan umat ini. Mereka sedang dipecah belah dengan sistem yang berusaha menjauhkan umat dari agamanya. Padahal dalam islam tidak ada perbedaan antara sains dengan agama. Yang mempelajari sains juga harus bertanggung jawab terhadap agama dan yang belajar agama pun dituntut untuk belajar sains.

Pengkotak-kotakan ini pun terjadi didalam perguruan tinggi islam. Padahal kalimat universitas adalah berasal dari kata universal. Jadi diharapkan setelah memasuki perguruan tinggi atau universitas mereka menjadi generasi yang universal atau dalam bahasa islam disebut dengan insan kamil bukan insan juziyyah atau parsial. Tetapi sistem tersebut sudah dipakai dalam perguruan tinggi islam sendiri. Sistem tersebut menjadikan umat ini terpecah belah sehingga seakan-akan dalam islam terdapat dikotomi keilmuan padahal tidak. Selain itu juga fakultas adalah berarti bagian tubuh atau panca indera. Dengan panca indera ini atau fakultas ini manusia dapat menggunakan kemampuannya dengan maksimal mungkin, bukan hanya menggunakan salah satu bagian saja. Tetapi kenyataanya berbeda. Dalam pendidikan perguruan tinggi islam sendiri mengadopsi metodologi Barat. Akhirnya lulusan perguruan tinggi islam yang berkonsentrasi dalam jinayah sahsiah umpamanya hanya mampu mendalami bidang tersebut sedangkan dalam bidang yang lainya umat tidak mampu mencerna. Atau dalam bidang kimia atau fisika atau bahasa pun demikian. Ketika terdapat problematika masyarakat tentang agama atau pun sosial mereka tidak mampu menjawab tantangan. Inilah konsep Barat yang mendekotomi keilmuan.

Tidak berhenti disitu. Dalam pendidikan dasar pun sudah mulai di bedakan. Apalagi jika melihat tingkat kualitas pendidikan di indonesia. Bulan mei kemarin kelulusan SMP/MTs, SMK/MA/SMA seindonesia telah diumumkan tetapi dari pengumuman tersebut berdampak sangat besar terhadap tingkat kehidupan umat ini. Banyak dari kalangan pelajar yang sangat depresi terhadap sistem ini. Banyak yang dikorbankan. Baik dari kalangan pemerintah, orang tuan, penyelenggara sekolah ataupun peserta didik.

Iseng-iseng Sambil Belajar Nulis ditengah kesuntukan


Hujan rintik-rintik menjelang qomat sholat isya basahi halaman sekitar kampus ISID. Peserta PKU dan mahasiswa S2 ISID Gontor berduyun-duyun menuju masjid. Dan tak ketinggalan mahasiswa S1 ISID pun juga bergegas meninggalkan asramanya menuju tempat wudhu. Perwajahan masjid ISID malam itu tampak berbeda. Lampu masjid lebih terang dari malam-malam biasanya. Sebab lampu mercury yang biasanya tak nyala, malam ini lampu yang tergantung di tengah itu menampakkan sinarnya bercahaya menerangi dalam ruangan masjid. Sehingga dinding-dinding masjid yang selesai di cat tampak semakin indah.
Walau suasana gerimis masjid tidak tampak sepi. Jamaah sholat isya terdapat 3 shaff. Walau banyak juga dari jamaah yang terlambat. Sholat jamaah di pimpin oleh teman saya yang berasal dari Bogor. Dia adalah utusan Darul Muttaqin untuk mengikuti Program Kaderisasi Ulama. Suaranya tampak merdu melantunkan ayat-ayat al-Quran. Dahulu dia adalah mahasiswa S1 jurusan bahasa Arab di Institut Studi Islam Darussalam. Dan merupakan suatu prestasi bahwa teman saya ini menyelesaikan program S1 hanya dalam jangka waktu 3 tahun. Padahal program yang di ambil bukan program yang mudah menurut saya. Selesai dari S1 teman saya ini langsung diutus oleh pesantrennya untuk mengikuti PKU ISID-Gontor angkatan ke tiga. Karena kualitas suara dan makhrojnya bagus dia terkadang selalu menjadi imam pengganti pada sholat jamaah di masjid ini jika imam utamanya tidak hadir.
Selesai sholat isya seperti biasanya aku berdzikir dan bersimpuh pada yang kuasa, tak lupa akupun membaca tasbih, tahmid, takbir dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam menjalani ujian hidup. Tetapi disaat jamaah yang lainnya berdzikir ada beberapa jamaah selesai sholat dan salam, terkadang ada saja jamaah langsung beranjak dari tempatnya. Ntah apa yang memotivasi mereka untuk cepat-cepat keluar dari barisan jamaah. Apakah ruangannya yang panas atau memang tak biasa kuat berada dimasjid. Mungkin mereka ada keperluan yang akan dilakukan.
Setelah melaksanakan sholat ba`diyah isya akupun bergegas menuju kediaman alias sarang PKU yang berada di sebelah timur dari masjid. Jarak masjid dengan sarangku kurang lebih 200 meter. Walaupun jaraknya tidak begitu jauh terkadang perjalanan menuju masjid terhambat dengan rusaknya akses menuju masjid. Jalan yang berada di gedung CIOS sering tergenang oleh hujan. Sebab jalan tersebut rusak disebabkan truk-truk besar yang membawa bahan bangunan. Sehingga jalan tak tahan menahan beban yang berat. Jika hujan turun maka peserta PKU dan teman-teman S2 agak terhambat menuju masjid.
Sesampainya aku di kamar, aku langsung mengambil buku dan polpen tapi tak lupa aku meminum teh manis yang kubuat tadi sore. Sebelum masuk kelas aku ngetem sebentar di ruang dapur untuk refresing sebentar melihat lawakan opera van java yang disiarkan TV swasta setiap pukul 20.00. tema malam itu adalah menceritakan anak band yang hancur reputasinya karena pergaulan yang tidak disiplin. Tapi aku tidak nonton sampai selesai, setelah iklan muncul aku langsung bergegas ke kelas. Sebab Dr Adian Husaini akan masuk dan mengajar kami.
Satu persatu teman-teman peserta PKU memasuki ruangan yang disusun melingkar oval dan dipinggir kelas tersusun rapi buku-buku yang menjadi rujakan kami belajar. Ada yang tersusun dilemari tapi juga ada yang tersusun rapi di atas meja. Sambul menunggu kedatangan DR. Adian kami dan kawan-kawan bersendau gurau. Tetapi tak lama kemudian DR. Adian memasuki raungan dengan memakai kemeja putih dan bawahan sarung berwarna putih pula. Beliau juga menenteng note book yang selalu menemani beliau pergi. Kata beliau, bahwa note book itu selalu beliau bawa kemanapun. Dan apapun yang terjadi beliau selalu tulis. Beliau juga yang selalu menganjurkan kepada kita-kita untuk selalu berlatih menulis. Saya selalu bersemangat untuk bisa menulis. Saya pun punya angan-angan bisa menulis seproduktif beliau. Dan dari motivasi beliaulah sehingga aku berusaha untuk menulis aktifitasku sekarang.

Sabtu, April 17, 2010

Peluru Pemurtadan Menyerang Akidah Islam


Judul Buku : Orientalisme dan Misionaris Menelikung Pola Pikir Umat Islam
Penulis : Dr. Hasan Abdul Rauf M. el-Badawiy dan Dr Abdurrahman Ghirah
Tebal : viii + 218 halaman
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Terbit : Februari 2007

Orientalis, misionaris dan kolonialis merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam perusakan akidah umat Islam. Keberadaan paham tersebut memang disetting dan dirancang untuk membumi hanguskan akidah Islamiyah yang dianut oleh umat Islam. Strategi ini diterapkan oleh kaum barat untuk menyerang Islam setelah pengalaman barat menyerang Islam dengan kemiliteran mengalami banyak kegagalan, bahkan dengan menyerang melalui persenjataan menimbulkan kekuatan tersendiri bagi umat Islam.
Pengalaman barat dalam menjajah dunia timur dengan metode invansi kemiliteran, selalu mengalami kegagalan, sehingga melahirkan ide atau gagasan penjajahan secara halus dengan menerapkan perang pemikiran. Orientalis adalah sebuah wadah dalam mengkaji keislaman sehingga menghasilkan metode–metode pemikiran untuk menyerang umat Islam, sedangkan yang menjadi objek kajian tersebut adalah keislaman.
Kajian keislaman yang dilakukan masyarakat barat ini adalah mencari celah umat Islam melalui kesejarahan yang diambil dari penulis – penulis Islam yang tidak kuat sumbernya, dalam buku ini memberikan contoh bagaimana orang orientalis menyerang Islam" Goldziher berpendapat bahwa hadis secara keseluruhan merupakan produk orang–orang yang hidup pada awal abad ketiga Hijriyah dan bukan merupakan ucapan Nabi Muhammad SAW., sebab hukum – hukum syariah tidak dikenal kaum muslim pada kurun pertama, sehingga para ulama besar islam diabad ketiga banyak yang tidak mengetahui terhadap sejarah rosul. " (hal 26).
Pendapat kaum misionaris ini sengaja mensetting pemikiran umat Islam dengan keraguan terhadap ajaran Islam, sehingga umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan menjadikan muslim phobia dan syndrome (takut terhadap ajaran Islam). Melalui misionarislah mereka melancarkan serangan–serangan terhadap umat Islam dengan menggunakan argument–argument yang kurang kuat. Seperti dalam mengambil argument tentang Abu Hanifah yang tidak mengetahui sejarah pastinya perang Badr, mereka kaum misionaris mengambil rujukan dari kitab hayatu-l hayawan yang dinukil oleh penulis Ad-Damiriy, padahal murid – murid Imam Abu Hanifah telah menulis buku Sirah Kabir Imam Al-Auza`I karangan Abu Yusuf dan buku Sirah Kabir karangan Muhammad. Dari kedua buku tersebut telah menggambarkan bagaimana Imam Abu Hanifah menguasai tentang sejarah peperangan Islam. Hal ini tampaklah jelas bahwa yang bodoh itu adalah Goldziher bersandar pada buku Ad-Damiriy yang menerangkan tentang dunia hewan untuk menetapkan bahwa Imam Abu Hanifah kurang memahami peperangan dalam islam.
Setelah peperangan melalui kemiliteran tidak mendapatkan hasil, kemudian menggunakan cara perdamaian juga tidak dapat mendangkalkan akidah umat Islam, akhirnya mereka menyusun strategi untuk memutarbalikkan fakta ajaran Islam dengan memisahkan rukun – rukunnya satu sama lain, supaya umat Islam mengimani sebagian dan mengkufuri sebagian. Selain itu, mereka kaum orientalis juga memecah belah kesatuan negara Islam menjadi beberapa negara bahkan sampai menjadi negara – negara kecil. (hal 155)
Keistimewaan buku ini juga memunculkan serangan – serangan orientalis dan misionaris dalam mendangkalkan akidah umat Islam, mereka kaum orientalis menyebarkan propaganda terhadap umat Islam. Seorang orientalis Inggris yang bernama Alfred Geom berpendapat bahwa ajaran Nabi Muhammad pada awalnya dari mempelajari Injil dan Taurat. Hal ini berdasarkan firman Allah "Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali – kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu bukan sekali – kali seorang penzina". Alfred menyimpulkan ayat ini bahwa, Maryam adalah ibu Nabi Isa as. Saudara perempuan Harun as. Pada hal islam memahami dari ayat ini adalah saudara Harun as bukan Maryam ibu Isa as. hal ini dapat dilihat pada (hal 53 – 64).
Buku ini juga memberikan contoh serangan kaum orientalis terhadap nabi Muhammad. Philip Hitti mengobarkan propagandanya bahwa nabi Muhammad bukanlah seorang ummiy (yang tidak bisa baca tulis). Philip menyangsikan keummiyannya sebab nabi Muhammad adalah seorang pedagang yang sukses, jadi sangat mustahil jika pedagang yang ummy dapat berhasil meraih keuntungan yang besar. Seorang pedagang selalu memperhitungkan untung dan kerugiannya, inilah alasan Plilip meragukan ke ummyannya nabi Muhammad. Dan masih banyak lagi contoh–contoh yang orientalis dan misionaris dalam mempropagandai umat islam yang dibahas dalam buku ini. (hal 57)
Buku ini bukan hanya sekedar memberikan masalah–masalah yang dihadapi kaum muslimin yang di serang pemikirannya oleh kaum misionaris dan orientalis, tetapi buku ini juga menjabarkan serta menjawab tuduhan–tuduhan sampah yang dilontarkan para orientalis dan misionaris.
Selain memberikan contoh – contoh serangan kaum misionaris dan orientalis kepada umat Islam, buku ini juga memberikan beberapa contoh nama para mionaris dan orientalis. Diantara nya adalah A.J Arberry, Alfred Geom, Baron Carrade Vaux, Goldziher, R.L Nicholson, Jossep Shacht, Aziz Atiah Surial dan lain sebagainnya dapat dilihat dalam buku ini pada (hal 35–41).
Buku ini juga menerangkan awal mula munculnya gerakan orientalis dan misionaris sehingga menghasilkan invansi berupa kolonialis. Awal mula munculnya gerakan ini diawali didaerah Andalusia wilayah keislaman yang memiliki kejayaan keilmuan segala bidang. Diantara awal pendeta yang belajar di Andalusia adalah Gerbert dari Prancis seorang pemimpin gerja Roma pada tahun 999 M. selain Gerbert adalah pendeta Petrus pada tahun 1092–1156 dan pendeta Gerrardi Krimon pada tahun 1114–1187. Pada tahun 1219 seorang misionaris Francis Iseizy bersama murid–muridnya melancarkan misinya dengan membagi dua wilayah. Wilayah pertama adalah Syria dan Baitul Maqdis yang dilakukan oleh Francis dan wilayah lain digarap oleh Raymond Laol tetapi gerakan Raymond Laol ini mengalami kegagalan. (baca hal 128)
Mereka mengkaji buku – buku berbahasa arab, mempelajari islam, menerjemahkan al – Quran dan belajar disiplin ilmu lainnya pada ulama-ulama islam. Setelah mereka kembali kenegarannya mereka menyebarluaskan kebudayaan – kebudayaan tersebut dinegaranya dan mendirikan sekolah–sekolah Islam sampai mereka mendirikan universitas yang mempelajari tentang keislaman.
Misionaris dengan Muhammad Ali Basya memiliki keterkaitan sejarah tersendiri dalam dunia islam. Sejarah Mesir modern berawal dengan munculnya Muhammad Ali Basya pada abad 19 M. Muhammad ali Basya menganggap Eropa negara yang pantas untuk dijadikan pijakan umat islam bangkit dari keterpurukan, sehingga beliau mengirim beberapa orang untuk belajar di Eropa dan sekembalinya mereka untuk membangun negarannya. Dan inilah awal misionaris mendapatkan ruang bebas dalam meyebarkan misinya dalam dunia islam.

Kamis, April 15, 2010

Worldview Barat Tujuan Muslim Sekuler


Gencarnya penanaman faham sekulerisme pada idiologi Islam dari kalangan cendekiawan muslim yang berhaluan liberal, banyak menuai pertentangan dari kalangan umat Islam sendiri. Kalangan cendekiawan muslim liberal menganggap, bahwa perlunya umat Islam mengukuti jejak umat Kristen dan Yahudi yang telah lebih dahulu menerapkan idiologi liberal dalam mendeskontruksi terhadap ajarannya. Sehingga perkembangan serta kemajuan umat Kristen dan yahudi dal bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Cendekiawan muslim liberal menganggap bahwa Eropa dan Amerika mewakili bangsa yang lebih maju pesat perkembangan ilmu pengetahuan, social, politik, ekonomi dan budaya daripada negara belahan timur. Barat bisa lebih maju perkembangannya disebabkan mereka melepaskan nilai-nilai agama. Asia dan Afrika merupakan negara belahan timur yang menjadi negara ketiga atau negara berkembang dan tertinggal dari perkembangan negara-negara Eropa dan Amerika. Keterlambatan kemajuan di dunia timur dalam bidang ilmu pengetahuan disebabkan keterikatan dengan nilai-nilai agama.
Dari dasar itulah cendekiawan muslim beraliran liberal, ingin bangkit dari keterpurukan dunia timur dan menuju kebangkitan dengan metode yang telah dilakukan barat, yaitu dengan menggunakan paham sekulesisme. Cendekiawan muslim beraliran liberal tersebut, ingin menggandengakan antara Islam dan sekuler bahkan mentah-mentah menelan pil sekuler. Dari telaah ini, Sehingga perlunya perbaikan konsep ajaran Islam untuk dirubah dan disesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Sebab menurut pemahaman cendekiawan muslim liberal bahwa konsep ajaran Islam sudah kadaluarsa yang perumusannya sudah pada abad yang lampau dan settingannya tidak sesuai dengan settingan pada zaman sekarang.

Sejarah Perkembangan Sekulerisasi Barat.
Perkembangan sekulerisasi dibarat tidak bisa terlepas dari problem sejarah dari ajaran Kristen. Pada abad ke 15, ajaran Kristen menerapkan system paksa terhadap umat manusia. Ajaran gereja menjadi kekuatan penguasa untuk mempertahankan kekuasaanya, sehingga menekan dan membatasi kepada masyarakat agar tidak bertentangan dengan ajaran gereja, jika pendapat masyarakat bertentangan dengan gereja maka gereja akan menghukumnya. Selain itu ajaran gereja menentang kenyataan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Copernicus pada tahun 1507 menulis dalam bukunya derevolutionibus, bahwa sebetulnya bumilah yang berputar mengelilingi matahari atau lebih dikenal dengan teori heliosentris. Tetapi pada saat itu ajaran gereja mengajarkan bahwa sebetulnya bumilah yang menjadi pusat segalannya atau lebih dikenal dengan geosentris. Gereja melihat teori Copernicus adalah bentuk penentangan terhadap gereja sehingga Copernicus dianggap seorang yang murtad.
Selain Copernicus nasib yang sama juga dialami oleh Galileo Galilei yang membetulkan teori Copernicus, Galileo mengajarkan teori Copernicus pada murid-muridnya tetapi ajaran Galileo ini dianggap menentang ajaran gereja sehingga inkuisisi gereja memanggil Galileo dan diperintah untuk meninggalkan teori tersebut, jika tidak maka pihak inkuisisi menganca akan membunuhnya. Dan akhirnya Galileo dikurung dan mendapatkan pelayanan yang buruk dari pihak gereja sebab teori heliosentris bertentangan dengan ajaran Bible.
Nasib yang paling buruk adalah dialami oleh Giordano Bruno dibakar hidup-hidup oleh inkuisisi gereja. Bruno dianggap murtad dan dituduh menulis karya ilmiah astronominya bertentangan dengan ajaran bilble.
Dominasi gereja sangat kuat terhadap penelitian, sehingga barat menganggap dominasi gereja terhadap penelitian inilah yang menyebabkan keterbelengguan para ilmuan dan menimbulkan kemandegan perkembangan ilmu pengetahuan. Berangkat dari peristiwa tersebut, barat ingin bebas dari dominasi gereja untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga menimbulkan suatu paham bahwa ajaran agama tidak dapat memasuki ruang keduniawiaan. Sebab jika doktrin agama memasuki ruang pengetahuan hanya akan membatasi perkembangan akal manusia.
Selain pengurungan perkembangan ilmu pengetahuan gereja juga mengajarkan system penebusan dosa. Gereja menjual surat-surat pengampunan untuk umatnya yang telah berbuat dosa. Dari ajran inilah akan melahirkan Kristen protestan, yang memprotes tindakan gereja dalam mengambil manfaat untuk keperluan pribadi.

Ajaran Paham Sekulerisme
Berdasarkan perjalanan sejarah barat dalam menerapkan paham sekulerisme dalam kehidupannya dapat diambil kesimpulan bahwa, nilai-nilai sekuler diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat akan memberikan dampak perluasan akal dalam berfikir dan bertindak sehingga akan menghasilkan kemajuan dan kefariatifan bentuk. Dengan banyaknya kefariatifan inilah dunia dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan semaksimalnya.
Nilai-nilai sekuler tersebut adalah pertama disenchantment of nature yaitu pengosongan nilai-nilai spiritual dan agama dalam memandang alam semesta. Dari nilai ini akan menghasilkan doktrin bahwa ilmu pengetahuan/sains akan berkembang jika ilmu pengetahuan dilepaskan dari nilai-nilai supernatural/agama. Yang artinya bahwa agama hanya akan menjadi penghalang perkembangan sains. Nilai sekuler yang pertama ini dilatar belakangi sejarah ajaran gereja dibarat, bahwa ajaran bible tidak menerima dan bertentangan dengan kemajuan serta perkembangan penelitian ilmiah pada ilmu pengetahuan.
Nilai sekuler yang kedua adalah desacralization of politics yaitu menghilangkan aspek nilai ruhani/agama dari ranah politik. Pada nilai kedua ini juga berdasarkan latar belakang sejarah barat. Pada saat gereja memegang kekuasaan pemerintahan, gereja memiliki dominasi yang begitu kuat pada aspek-aspek social, politik, budaya dalam kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat barat merasa dikebiri dan tertekan kehidupannya oleh pihak gereja.
Niali sekuler yang ketiga adalah deconsecration of value yaitu merelatifkan semua nilai-nilai kemanusiaan sehingga kebenaran pun tidak ada yang mutlak, semua serba nisbi. Pada nilai sekuler yang ketiga ini adalah akibat dari pemojokan agama dari perkembangan ilmu pengetahuan dan politik. Agama hanya memiliki ruang pada individu dan tidak ada tempat bagi agama diruang public. Kebenaran mutlak hanya dimiliki pada setiap pemeluk agama dan kebenaran tersebut tidak dapat diterapkan pada kehidupan yang sifatnya pada tatanan kehidupan bermasyarakat.

Latahnya Cendekiawan Muslim Liberal
Alih-alih membangkitkan peradaban Islam, sebagian kalangan cendekiawan muslim terobsesi dengan cara yang dilakukan oleh pemikir Barat. Setiap kata dan pemikirannya dicetak dan dibungkus tanpa mengedit atau membersihkan atau membuang sesuatu yang seharusnya untuk dibuang. Latahnya cendekiawan liberal tersebut dilatar belakangi kedangkalannya dalam memahami Islam. Sehingga hasil yang diperoleh Barat, begitu menyilaukan kaum cendekiawan liberal. Kemajuan Barat dalam perkembangan ilmunya dapat menutupi mata dan perhatian cendekiawan muslim liberal.
Sejarah bangkit Barat dari belenggu ajaran gereja yang salah dapat menutupi cendekiawan muslim liberal. Bahkan dari kalangan cendekiawan beranggapan bahwa berlakunya sisten sekulerisme akan memberikan kesadaran bagi masyarakat terhadap agama. Pendapat seperti ini adalah merupakan bentuk coba-coba. Kekurang yakinan cendekiawan muslim liberal terhadap kesempurnaan ajaran islam adalah bentuk keraguan mereka terhadap islam. Dan jika mereka meragukan ajaran islam berarti kedangkalan akalnya dalam menerima islam. Jika sesuatu tersebut disebabkan dangkalnya akal bukan yang dirubah ajarannya tetapi sebaliknya memperbaiki system pemahaman akal terhadap islam.
Sejarah Islam dengan sejarah Barat berbeda dan tidak dapat disamakan solusinya dalam mengeluarkan masalah. Dalam ajaran Islam tidak ada pengekangan terhadap ilmu pengetahuan, bahkan sebaliknya dalam Islam manusia untuk selalu berfikir, memahami terhadap semua ciptaan Allah. Islam memberikan porsi akal sesuai dengan kekuatannya dan islam memberikan ruang sesuatu yang tidak tertampung pada akal, islam memberikan pada ruang wahyu.
Islam menjungjung tinggi moralitas serta, nilai-nilai ketahuhidan dan Allah adalah sumber segala sesuatu bukanlah akal yang menjadi sumber segalanya sebab akal memiliki keterbatasan. Dan Islam mengakui kebenaran mutlak pada tingkat akal dan kebenaran mutlak ilahi.
Pembebasan keduniawiaan dari unsur keuhkhrowian akan memberikan dampak pada manusia pengekpoitasian besar-besar tanpa memandang nilai-nilai moralitas serta ketahuhidan. Sehingga pengekploitasian ini akan memberikan dampak bahaya besar yang harus dipikul semua umat. Kebebasan manusia yang tanpa nilai agama akan menjerumuskan manusia pada penguasaan tanpa batas dan akhirnya mendangkalkan keberadaan tuhan. Mereka akan menganggap bahwa kemunculan segala sesuatu itu karena yang sudah sewajarnya ada bukan karena kuasa tuhan.
Sekulerisme adalah agama modern. Banyak kalangan yang membedakan arti sekuler, sekulerisasi dan sekulerisme. Dari kata-kata tersebut adalah ujung-ujungnya adalah pengatheisan. Tidak mengakui keberadaan tuhan dalam diri manusia, dan tuhan tidak berhak mengatur manusia. Bahaya inilah yang akan menjangkit pada umat beragama yang sedang di giring pada ke-atheis-an
Kemajuan yang sudah menggelobal pada saat sekarang sudah meninggalkan nilai-nilai agama, sehingga perkembangannya sangat sulit untuk dikendalikan. Standar pengikut paham ini adalah akal manusia, sedangkan akal manusia sangat relative sehingga tidak ditemukan rumusan yang pasti. Rusaknya alam, menipisnya minyak bumi, bocornya atmosfir, tidak menentunya alam adalah akibat pengekploitasian manusi pada alam tanpa nilai-nilai keagamaan.
Apakah islam akan dibawa pada wilayah tersebut? Tidak mengakui adanya tuhan? Atau mengakui tuhan tapi tidak melaksanakan ajarannya? Merusak alam? Merusak tatanan manusia?. Cendekiawan muslim harus merubah frem pemikirannya serta mengevaluasi word viewnya. Jangan berdalih karena Barat lebih maju, maka kita meniru segalannya tanpa membuang yang seharusnya dibuang yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Islam telah memberikan kebebasan pada akal dan jangan membebaskan akal dari islam, sebab islam turun adalah untuk membimbing manusia dalam mengarungi kehidupan dan membuka tabir alam.

Jumat, Maret 19, 2010

Pemikir Kontemporer Berubah Jadi Korban Pemikirannya


Orang macam Abu Zayd ini cukup banyak. Ia jatuh ke dalam lubang rasionalisme yang digalinya sendiri. Ia seperti istri Aladdin, menukar lampu lama dengan lampu baru yang dijajakan oleh si tukang sihir.

Beberapa waktu lalu, sebuah workshop bertemakan ''Kritik Wacana Agama'' digelar di Jakarta. Penyelenggaranya, Jaringan Islam Liberal (JIL) dan International Center for Islam and Pluralism (ICIP), menghadirkan Nasr Hamid Abu Zayd sebagai pembicara utama. Tulisan ini bermaksud mengkritisi sosok tokoh yang sedang tenar di Indonesia ini. Nama Nasr Hamid Abu Zayd, intelektual asal Mesir yang 'kabur' ke Belanda dan kini mengajar di Universitas Leiden itu, pertama kali saya dengar dari Profesor Arif Nayed, seorang pakar hermeneutika yang pernah menjadi guru besar tamu di ISTAC, Malaysia, sekitar tujuh tahun yang lalu. Perkembangan kasusnya saya ikuti dari liputan media dan laporan jurnal.

Terus-terang saya tidak begitu tertarik oleh teori dan ide-idenya mengenai analisis wacana, kritik teks, apalagi hermeneutika. Sebabnya, saya melihat apa yang dia lontarkan kebanyakan -- untuk tidak mengatakan seluruhnya -- adalah gagasan-gagasan nyeleneh yang diimpor dari tradisi pemikiran dan pengalaman intelektual masyarakat Barat.
Promosi guru besar

Nasr Hamid Abu Zayd adalah orang Mesir asli, lahir di Tantra, 7 Oktober 1943. Pendidikan tinggi, dari S1 sampai S3, jurusan sastra Arab, diselesaikannya di Universitas Kairo, tempatnya mengabdi sebagai dosen sejak 1972. Namun ia pernah tinggal di Amerika selama dua tahun (1978-1980), saat memperoleh beasiswa untuk penelitian doktoralnya di Institute of Middle Eastern Studies, University of Pennsylvania, Philadelphia. Karena itu ia menguasai bahasa Inggris lisan maupun tulisan. Ia juga pernah menjadi dosen tamu di Universitas Osaka, Jepang. Di sana ia mengajar Bahasa Arab selama empat tahun (Maret 1985-Juli 1989).

Karya tulisnya yang telah diterbitkan antara lain: (1) Rasionalisme dalam Tafsir: Studi Konsep Metafor Menurut Mu'tazilah (al-Ittijah al-'Aqliy fi-t Tafsir: Dirasah fi Mafhum al-Majaz 'inda al-Mu'tazilah, Beirut 1982); (2) Filsafat Hermeneutika: Studi Hermeneutika al-Quran menurut Muhyiddin ibn 'Arabi' (Falsafat at-Ta'wil: Dirasah fi Ta'wil al-Qur'an 'inda Muhyiddin ibn 'Arabi, Beirut, 1983); (3) Konsep Teks: Studi Ulumul Quran (Mafhum an-Nashsh: Dirasah fi 'Ulum al-Qur'an, Kairo, 1987); (4) Problematika Pembacaan dan Mekanisme Hermeneutik (Isykaliyyat al-Qira'ah wa Aliyyat at-Ta'wil, Kairo, 1992); (5) Kritik Wacana Agama (Naqd al-Khithab ad-Diniy, 1992); dan (6) Imam Syafi'i dan Peletakan Dasar Ideologi Tengah (al-Imam asy-Syafi'i wa Ta'sis Aidulujiyyat al-Wasathiyyah, Kairo, 1992). Kecuali nomor satu dan dua, yang berasal dari tesis master dan doktoralnya, tulisan-tulisan Abu Zayd telah memicu kontroversi dan berbuntut panjang.

Ceritanya bermula di bulan Mei 1992. Abu Zayd mengajukan promosi untuk menjadi guru besar di fakultas sastra Universitas Kairo. Beserta berkas yang diperlukan ia melampirkan semua karya tulisnya yang sudah diterbitkan. Enam bulan kemudian, 3 Desember 1992, keluar keputusannya: promosi ditolak. Abu Zayd tidak layak menjadi profesor, karya-karyanya dinilai kurang bermutu bahkan menyimpang dan merusak karena isinya melecehkan ajaran Islam, menghina Rasulullah SAW, meremehkan al-Quran, dan menghina para ulama salaf. Abu Zayd tidak bisa menerima dan protes. Beberapa bulan kemudian, pada Jumat, 2 April 1993, Profesor Abdushshabur Syahin, yang juga salah seorang anggota tim penilai, dalam khutbahnya di Mesjid 'Amru bin 'Ash, menyatakan Abu Zayd murtad. Pernyataan Ustadz Syahin diikuti oleh para khatib di masjid-masjid pada Jumat berikutnya. Mesir pun heboh.

Harian al-Liwa' al-Islami dalam editorialnya 15 April 1993 mendesak pihak Universitas Kairo agar Abu Zayd segera dipecat karena dikhawatirkan akan meracuni para mahasiswa dengan pikiran-pikirannya yang sesat dan menyesatkan. Pada 10 Juni 1993 sejumlah pengacara, dipimpin oleh M Samida Abdushshamad, memperkarakan Abu Zayd ke pengadilan Giza. Pengadilan membatalkan tuntutan mereka pada 27 Januari 1994. Namun di tingkat banding tuntutan mereka dikabulkan. Pada 14 Juni 1995, dua minggu setelah Universitas Kairo mengeluarkan surat pengangkatannya sebagai profesor, keputusan Mahkamah al-Isti'naf Kairo menyatakan Abu Zayd telah keluar dari Islam alias murtad dan, karena itu, perkawinannya dibatalkan. Ia diharuskan bercerai dari istrinya (Dr Ebtehal Yunis), karena seorang yang murtad tidak boleh menikahi wanita muslimah. Abu Zayd mengajukan banding.
Ulama al-azhar

Sementara itu, Fron Ulama al-Azhar yang beranggotakan 2.000 orang, meminta pemerintah turun tangan: Abu Zayd mesti disuruh bertaubat atau -- kalau yang bersangkutan tidak mau -- ia harus dikenakan hukuman mati. Tidak lama kemudian, 23 Juli 1995, bersama istrinya, Abu Zayd terbang pergi ke Madrid, Spanyol, sebelum akhirnya menetap di Leiden, Belanda, sejak 2 Oktober 1995 sampai sekarang. Mahkamah Agung Mesir pada 5 Agustus 1996 mengeluarkan keputusan yang sama: Abu Zayd dinyatakan murtad dan perkawinannya dibatalkan. Dalam putusan tersebut, kesalahan-kesalahan Abu Zayd disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, berpendapat dan mengatakan bahwa perkara-perkara gaib yang disebut dalam al-Quran seperti 'arasy, malaikat, setan, jin, surga, dan neraka adalah mitos belaka. Kedua, berpendapat dan mengatakan bahwa al-Quran adalah produk budaya (muntaj tsaqafi), dan karenanya mengingkari status azali al-Quran sebagai Kalamullah yang telah ada dalam al-Lawh al-Mahfuz. Ketiga, berpendapat dan mengatakan bahwa al-Quran adalah teks linguistik (nashsh lughawi). Ini sama dengan mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah berdusta dalam menyampaikan wahyu dan al-Quran adalah karangan beliau.

Keempat, berpendapat dan mengatakan bahwa ilmu-ilmu al-Quran adalah "tradisi reaksioner" serta berpendapat dan mengatakan bahwa syariah adalah faktor penyebab kemunduran umat Islam. Kelima, berpendapat dan mengatakan bahwa iman kepada perkara-perkara gaib merupakan indikator akal yang larut dalam mitos. Keenam, berpendapat dan mengatakan bahwa Islam adalah agama Arab, dan karenanya mengingkari statusnya sebagai agama universal bagi seluruh umat manusia. Ketujuh, berpendapat dan mengatakan bahwa teks al-Quran yang ada merupakan versi Quraisy dan itu sengaja demi mempertahankan supremasi suku Quraisy.

Kedelapan, mengingkari otentisitas Sunnah Rasulullah SAW. Kesembilan, mengingkari dan mengajak orang keluar dari otoritas "teks-teks agama". Kesepuluh, berpendapat dan mengatakan bahwa patuh dan tunduk kepada teks-teks agama adalah salah satu bentuk perbudakan.

Reaksi pro dan kontra bermunculan, dari kalangan intelektual maupun aktivis HAM. Pelbagai media di Barat kontan mengecam keputusan tersebut seraya memihak dan membela Abu Zayd. Mereka menuduh Abu Zayd telah dizalimi dan ditindas, bahwa hak asasinya dirampas, bahwa kebebasan berpendapat dan berekspresi telah dipasung. The Middle East Studies Association of North America, misalnya, melalui Komite Kebebasan Akademis melayangkan surat keprihatinan kepada Presiden Mesir, Husni Mubarak. Namun keputusan tersebut sudah final, tidak dapat diganggu-gugat dan tidak dapat dicabut lagi.

Di Belanda Abu Zayd justru mendapat sambutan hangat dan diperlakukan istimewa. Rijksuniversiteit Leiden langsung merekrutnya sebagai dosen sejak kedatangannya (1995) sampai sekarang. Ia bahkan diberi kesempatan dan kehormatan untuk menduduki the Cleveringa Chair in Law Responsibility, Freedom of Religion and Conscience, kursi profesor prestisius di universitas itu. Tidak lama kemudian, Institute of Advanced Studies (Wissenschaftskolleg) Berlin mengangkatnya sebagai Bucerius/ZEIT Fellow untuk proyek Hermeneutika Yahudi dan Islam. Pihak Amerika tidak mau ketinggalan. Pada 8 Juni 2002, the Franklin and Eleanor Roosevelt Institute menganugrahkan "the Freedom of Worship Medal" kepada Abu Zayd. Lembaga ini menyanjung Abu Zayd terutama karena pikiran-pikiranya yang dinilai 'berani' dan 'bebas' (courageous independence of thought) serta sikapnya yang apresiatif terhadap tradisi falsafah dan agama Kristen, modernisme dan humanisme Eropa.

Di Indonesia, Abu Zayd diundang dan disambut meriah. Gagasan-gagasannya diadopsi dan dipropagandakan secara besar-besaran, buku-bukunya diterjemahkan, lokakarya dan seminar digelar. Prof Dr M Amin Abdullah dari IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dalam sebuah wawancara dengan JIL, mengaku cukup tertarik dengan karya-karya Abu Zayd seperti Naqd al-Khithab ad-Dini yang dinilainya cocok untuk dibahas (diajarkan?) di lingkungan IAIN atau PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam). Ia dan cendekiawan lainnya di Tanah Air tampaknya lupa atau sengaja menganggap sepi keputusan Mahkamah Agung Mesir, menganggap keputusan tersebut berlatarbelakang politik, dan karenanya tidak valid secara akademis. Padahal, keputusan hukum tersebut diambil berdasarkan fakta-fakta dan hasil kesimpulan penelitian tim dan saksi ahli yang pakar di bidangnya. Jadi keputusan tersebut sah dan mengikat (valid and binding) baik secara hukum maupun secara akademis. Lebih jauh dari itu, karena dicapai melalui prosedur ilmiah, musyawarah dan kesepakatan para ahli (ulama) di bidangnya, maka keputusan tersebut sesungguhnya merupakan ijma', bukan lagi pendapat pribadi. Dan itu diperkuat dengan pernyataan sikap ulama yang tergabung dalam Jabhat Ulama al-Azhar.

Dalam otobiografinya yang baru diterbitkan, Voice of an Exile: Reflections on Islam (Westport, Connecticut/London: Praeger, 2004), Abu Zayd 'blak-blakan' mengungkapkan latar belakang dan sumber inspirasinya. Berikut ini cuplikannya.
Usai bermukim di AS

Abu Zayd mengakui pengalamannya belajar di Amerika ternyata membuahkan hasil. Di sanalah ia mengenal dan mempelajari filsafat dan hermeneutika. Baginya, hermeneutika adalah ilmu baru yang telah membuka matanya: "My academic experience in the [United] States turned out to be quite fruitful. I did a lot of reading on my own, especially in the fields of philosophy and hermeneutics. Hermeneutics, the science of interpreting texts, opened up a brand-new world for me" (hlm. 95).

Seperti anak kecil yang baru dapat pistol mainan, ia segera mencari sasaran tembak di sekitarnya. Kalau pisau hermeneutika bisa dipakai untuk membedah Bibel, mengapa tidak kita gunakan untuk mengupas al-Quran. Toh keduanya sama, sama-sama kitab suci. Demikian logika Abu Zayd.

Para sarjana Barat (Yahudi maupun Kristen) sejak lama telah menerapkan metode-metode kritis dalam mengkaji Bibel, seperti metode textual criticism, source criticism, form criticism, dan sebagainya. Sebagaimana Bibel, al-Quran juga dinilai sebagai produk budaya setempat yang tidak terlepas dari konteks masyarakat, sejarah, dan zaman di mana ia lahir dan berkembang. Di situ tentu ada campur-tangan manusia. Berkata Abu Zayd: "Classical Islamic thought believes the Qur'an existed before it was revealed. I argue that the Qur'an is a cultural product that takes its shape from a particular time in history. The historicity of the Qur'an implies that the text is human. Because the text is grounded in history, I can interpret and understand that text. We should not be afraid to apply all the tools at our disposal in order to get at the meaning of the text" (hlm. 99).

Dengan menganggap al-Quran sama dengan Bibel, Abu Zayd lantas menurunkan status al-Quran -- bukna lagi Kalamullah. Baginya, al-Quran adalah sebuah teks, tidak lebih dari itu. Statusnya, menurut Abu Zayd, sama dengan buku-buku lainnya, yang dikarang oleh manusia, terbentuk dalam konteks budaya dan sejarah, dan sebagai wacana, tidak memiliki makna yang tetap dan baku: "The divine text became a human text at the moment it was revealed to Muhammad. How else could human beings understand it? Once it is in human form, a text becomes governed by the principles of mutability or change. The text becomes a book like any other. Religious texts are essentially linguistic texts. They belong to a specific culture and are produced within that historical setting. The Qur'an is a historical discourse-it has no fixed, intrinsic meaning" (hlm. 97). Pendapat-pendapatnya mengenai hermeneutika, tekstualitas, dan historisitas al-Quran ini diakuinya adalah 'oleh-oleh' hasil mukimnya di Amerika: "I owe much of my understanding of hermeneutics to opportunities offered me during my brief sojourn in the United States" (hlm. 101).

Orang macam Abu Zayd ini cukup banyak. Ia jatuh ke dalam lubang rasionalisme yang digalinya sendiri. Ia seperti istri Aladdin, menukar lampu lama dengan lampu baru yang dijajakan oleh si tukang sihir.
Sumber : http://swaramuslim.net/more.php?id=A2359_0_1_0_M
Penulis : Syamsuddin Arif

Kamis, Februari 11, 2010

5 PERINGATAN RASULULLAH SAW

bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara. kalau akau (rasulullah saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya :
1. jika perbutan mesum (zina) dalam suatu kaum, sudah dilakukan terang-terangan, maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu.
2. jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat, maka Allah akan menghentikan turunya hujan. kalau bukan binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali.
3. jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kedzaliman penguasa.
4. jika penguasa-penguasa melaksanakan hukum yang bukan dari Allah, maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka.
5. jika mereka menyia-nyiakan kitabullah dan sunnah nabi, maka Allah akan menjadikan permusuhan diantara mereka.

dari wasiat rasulullah yang pertama jika kita mengamati bersama disetiap mata memandang dihamparan bumi Allah ini maka akan kita akan mendapati pemandangan yang tak jauh benda dari gambaran ini. zina.... memang semua orang tak mengerti atau memahami makna ini. jika kita melihat televisi sebagai sarana informasi, internet, radio, tempat hiburan, majalah, buku dan lain sebagainnya adalah sarana untuk mendekati hal-hal tersebut. memang bukan salah sarana-sarana tersebut tetapi dari sarana tersebutlah manusia dapat mempermudah keinginan manusia akan melancarkan. mungkin dari benak kita masih teringat pemberitaan anak dibawah umur dibawa seorang laki-laki dan pernah disetubuhi selama 3 kali oleh laki-laki yang mengaku pacarnya tersebut. kasus ini yang terjadi dikawasan Serang Banten. menurut pengakuan pelaku mereka melakukan hal tersebut atas dasar suka sama suka dan tidak ada pemaksaan diantara keduannya. mungkin jika orang tua kita mengetahui perkembangan anak muda dan remaja sekarang dan menyelami kehidupannya maka orang tua kan miris dan kwatir terhadap perkembangan anaknya. sebab setia sudut sudah stand by musuh-musuh yang siap menerkam anaknya. mulai dari lingkungan sampai di sekolahan. bahkan juga kabar ayah menggagahi anaknya sendiri adalah kabar yang sering terdapat di televisi. memang bukan salah sarana-sarana tersebut tetapi perlu diingat dibalik pembuatan sarana tadi ada otak-otak manusia. dalam menanggulangi maraknya perzinaan pastinya menjauhi sarana yang memfasilitasinya. fasebook tidak akan membahayakan tetapi pelaku penggunannyalah yang membahayakan. jika otak pelaku ini di bentengi dengan bungkusan tauhid yang kuat maka apa yang dilakukan oleh manusia pasti berdasarkan pada yang kuasa. hamil belum pada waktunya, mengenal dan merasakan seks lawan jenis sebelum umurnya, merangkul lawan jenis , berpakaian dengan membuka daerah keindahannya dll. salahkah kucing menerkam ikan? apa salahkah ikan jadi makanan kesukaan kucing....???? jiak sudah mewabah virus buka-bukaan ini di muka umum maka tinggal menungu waktu bencana penyakit dari yang kuasa yang tidak pernah dirasakan oleh umat sebelumnya.

peringatan yang kedua adalah zakat. sebagian masyarakat muslim menganggap bahwa zakat hanya dikeluarkan pada saat sebelum idul fitri (zakat fitrah). kaum muslimin sendiri tidak mengetahui apa itu zakat fitrah dan apa itu zakat maal. bertambah lagi zakat maal itu apa saja??? itulah yang banyak tidak dipahami oleh umat ini. sehingga umat bukannya enggan membayar zakat tapi karena ketidak tahuan akan syariat tersebut. terkadang juga sebagian telah mengetahui adanya syariat zakat maal tetapi ada juga ada yang belum tahu bagaimana kah cara mengeluarkannya. apakah hartanya sudah wajib dikeluarkan apa belum?? terlebih lagi lembaga-lembaga zakata yang ada pada saat sekarang tidak dikelola secara baik sehingga pendistribusiannya kurang bisa dirasakan oleh masyarakat. jika zakat ini dikembangkan dan dialokasikan dengan profesional maka kemiskinan, putus sekolah dll bisa teratasi. pada saat sekarang adalah pelaku dari itu semuanya lah yang sedang mengalami kekurangan kader untuk paham terhadap zakat. masih sedikit yang paham tentang masalah ini. perlu kirannya para guru agama, guru pengajian, penyuluh agama islam memahamkan kepada masyarakat untuk gemar berzakat. kemudian di tunjang dengan lembaga yang profesional, maka akan menghasilkan manusia islam yang super.

peringatan yang ketiga mengurangi takaran timbangan. pesan yang terdapat pada peringatan ini adalah untuk menjauhi berbohong. bagi setiap element ini bisa dikatakan wadah dalam mengurangi takaran. bukan hanya dalam aspek perdagangan. dalam politik, pendidikan, budaya dll memiliki potensi ini. apapun profesi kita semua memiliki potensi untuk mengurangi takaran dan timbangan. banyak pejabat, pelaku ekonomi, polikus, pendidik melakukan hal ini. bagaimana bentuk mengurangi takatan dalam politik??? pastinya bebeda dalam bentuk berdangan dan pendidikan.

peringatan ke empat adalah untuk selalu melaksanakan hukum-hukum Allah. kita selalu di cekokin dengan demokrasi yang berasal dari bukan islam. banyak orang menganggap demokrasi itu adalah islam dan islam tidak bertentangan dengan demokrasi. merupakan sangat fodamental perbedaan demokrasi dengan islam. dalam demokrasi suara rakyat adalah suara tuhan, kedaulatan tertinggi ditangan rakyat dll. itu semua kan bertentangan dengan islam. jika rakyat bersepakat akan kejahatan (menghina agama, membuka ruang berzina, homo, lebian dll) apakah itu suara tuhan pula???? klo memang iya suara tuhan... suara tuhan siapa???? klo memang ada suara tuhan salah satu agama... masak... dalam satu bumi terdapat banyak tuhan....???? kacau dan ngawur.... islam rah matan lil `alamin. tapi sayang umat islam ragu terhadap ajaran islam. berapa banyak umat ini enggan menlaksanakan ajaran islam???? kesalah dimanakah ini????

peringatan terakhir adalah untuk selalu berpegang kepada Al-Qurana dan Hadis nabi. umat ini telah terpecah belah. mereka lebih mengakui madzab dari pada 2 kitab tersebut, umat lebih tunduk terhadap organisasi dari pada 2 kitab tersebut. berapa banyak orang islam tidak ingin saling tegur sapa bahkan sampai bermusuhan gara-gara berbeda madzab dan organisasi. padahal yang dikaji dan yang dipakai sama al-quran dan hadis. umata ini harus lebih banyak untuk belajar. perbedaan diantara madzam itu bukanlah perbedaan yang prinsipil alias yang furu` bukan yang usul. jika sudah beda yang usul maka itu bukan dari bagian dari islam. jika bisa saya misalkan. madzab atau organisasi itu ibarat angkot. jika kita ingin naik angkot ( kendaraan yang lain ) menuju ke suatu tujuan ( islam). dari beberapa kendaraan ada yang memiliki kecepatan dan beberapa hambatan. ngga ada yang melarang juga kita ini untuk berjalan kaki untuk menuju tujuan kita ini tapi pastinya kita akan mengalami kesulitan dan membutuhkan yang lebih... terus kenapa kita harus berkelahi dengan penumpang angkot, bis, becak, ojek dll??? Allah jiuga tidak akan mempertanyakan apa organisasi kita, apa madzab kita. tetapi yang ditanya adalah keislaman