Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Sabtu, Maret 24, 2012

JANGAN BERSEDIH

Gadis itu masih termenung dimeja kerjanya. Tangannya menopang dagunya yang lancip. Wajahnya yang manis disimpan dalam dibalik kesedihan yang begitu membebani kening jidatnya yang tertutupi kain kerudung menghiasi mahkota terindahnya. Kain warna merah itu membungkus kepalanya. jilbab merah dipadu dengan kain batik bercorak jawa yang membungkus badannya menambah keanggunan aroma gadis.
Gadis bertubuh kecil, tidak terlalu tinggi selayaknya gadis Indonesia kebanyakan, kulitnya kuning langsat halus, wajahnya tidak lonjong atau berbentuk segi tiga, melainkan bulat agak oval, bibir tipis manis, matanya sayu memandangi kertas yang tertempel didinding kerjanya. Tulisan itu sepertinya memiliki makna bagi gadis yang bernama Jumita.
Kertas itu bertuliskan “kedengkian akan menyelimuti orang yang selalu iri dengan kenikmatan yang diberikan, janganlah bersedih dengan mereka. Jika mereka iri dengan dirimu, itu berarti mereka memandang dirimu penting. Manusia tidak akan menendang bangkai anjing. Manusia akan menghindar dari sesuatu yang memuakkan mata. Sebaliknya manusia akan selalu memperbincangkan yang menjadi perhatian pikirannya. Jika mereka menyibukkan dirinya terhadap apa yang mereka lihat, berbahagialah kamu jika difikirkannya. Berarti anda dalam perhatian dan kasih sayangnya. Anda memilki nilai besar bagi dirinya. Jika mereka tak membicarakan dirimu itu akan menjadi pertanyaan besar, berarti anda dan bangkai anjing tak jauh beda.” Tulisan itu ditulis di kertas folio, ditempel ditembok warna kuning diatas tumpukan berkas-berkas kerjanya. Jumita sengaja menempelkan ditempat tersebut, agar selalu terbaca olehnya.
Tak lama setelah memandangi tulisan tersebut, teman rekan kerja dikantornya menyapa Jumita. “biasa aja dong matanya, ga usah pakai kaget segala kali Mit…” tangannya mengarah ke gelas di samping Jumita. Rekan kerjanya tersebut bernama Rini. Wajahnya tak kalah cantiknya dengan Jumita. Tetapi badannya lebih besar dari Jumita. Rini mengambil tempat duduk disamping Jumita. “ada apa sih lo…?ga biasanya murung seperti itu? Tanya Rini ke Jumita yang masih dalam raut kesedihan.
“hidup itu perjuangan yang melelahkan bagi yang cepat putus asa” Jumita memandangi Rini yang asik memandanginnya.
“maksud lo apaan sih? Saya ga ngerti… aneh lo itu… sok-sok bijak gitu” Rini keheranan dengan kata-kata Jumita. Mulutnya monyong, jidatnya dilipat dengan garis-garis, kepalanya dimiringkan seperti orang yang melewati tikungan dengan kencang.
“aku itu terheran-heran Rin, sama temen-temen yang ada di devisi pemasaran yang selalu membicarakan devisi kita ini.”
“wah… itu dah biasa kali…. Emang mereka selalu menjadi pengamat gratis bagi devisi ini.” Rini menimpali perkataan Jumita.
“itulah yang menjadikan aku sedih Rin, makanya untuk menyemangati diri ini, aku membaca motivasi ini. Mereka tak akan membicarakan kita, jika kita tidak berharga bagi dirinya. Manusia tidak akan menendang bangkai anjing. Alias kalo kita tidak jadi topic pembicaraannya, apalah bedanya kita dengan bangkai anjing?”

Tidak ada komentar: