Ads 368x60px

SEMANGAT MENULIS KATA

Selasa, April 03, 2012

DENGARKAN KAMI WAKILKU.



Suara teriakan menggema dengan sorak-sorak bersamaan. Nyanyian sindiran kompak bersautan. Pengeras suara memadu sekumpualan manusia yang tumpah ruah di pinggir jalan. Spanduk bertulisan hujatan dan tuntutan mewarnai barisan demostrasi. Teatrikal masyarakat yang kelaparan akibat melonjaknya harga BBM menjadi media protes rakyat. Satu perasaan dibawah tekanan menyatukan mereka di barisan depan memprotes kebijakan pemerintah. Kepalan tangan menjulang ke atas disertai teriakan protes menjadikan riuhnya demostrasi kenaikan BBM. Mereka adalah mahasiswa perguruan tinggi yang mewakili rakyat.
Dengan sikap sigap dan siaga. Petugas berpakaian coklat dengan alat komunikasi di tangan, mengiringi para pendemo yang menyusuri jalan. Dengan sesekali polisi mengatur jalannya lalu lintas. Di lain tempat, pagar kawat besi menutupi gerbang kantor pemerintahan. Mobil barak kuda tak ketinggalan mengambil posisi untuk siap siaga menghalangi demostran,jika situasi tidak terkondisikan.
Setelah sampai di depan halaman kantor yang dianggap dapat mewakili rakyat, kelompok demostran menyuarakan aspirasinya dengan beberapa tuntutan agar disampaikan kepada para pengambil kebijakan. Mereka menuntut untuk tidak menaikkan harga BBM bukan untuk menundanya.
Keramaian dihalaman kantor berbanding balik dengan situasi di area kantor. Tampaknya para pengguni kantor tak mengetahui kedatangan para demostran. Teriakan demi teriakan tak membuat yang berada di kantor untuk keluar. Atau mungkin para penghuni sedang tidur, sehingga tidak mendengar teriakan jeritan rakyat yang menahan kesengsaraan.
Padahal menurut berita yang beredar, bahwa hari ini di kantor tersebut ada rapat yang akan membahas masalah rakyat tentang undang-undang. Semoga tidak seperti biasanya yang sudah menjadi prilaku wakil rakyat. Prilaku tidur disaat sidang berlangsung, prilaku menonton video atau foto di kompuer tabletnya atau bermain HP atau hanya sekedar SMS-SMS an. Tetapi setelah 30 menit para pendemo berteriak-teriak memanggil-manggil tapi tak satupun muncul dari gedung tersebut.
Terik matahari yang membakar bumi, membakar emosi para demostran yang tidak juga di temui oleh anggota yang dianggap wakil rakyat tersebut. Hujatan demi hujatan demi hujatan keluar dari mulut pendemo. Cacian makian serta rintihan tetap membahana di depan gedung yang dianggap rumah rakyat. Tapi belum juga membuka hati para wakil rakyat.
Rakyat datang ke tempat tersebut sebetunya hanya ingin berbagi rasa terhadap orang-orang yang sudah dipilihnya untuk menjadi wakil dirinya dalam menjalankan tugas-tugas legeslasi serta pemerintahan. Mereka tidak meminta lebih dari demo, yang mereka laksanakan saat ini. Rakyat hanya ingin mengutarakan bahwa kenaikan BBM telah menjadikan dirinya dan rakyat yang lainnya menderita.
Sebetulnya rakyat juga tidak tahu menahu tentang hitungan-hitungan yang tidak dapat dipahami yang menjadikan harga BBM itu melonjak naik. Rakyat tidak mengetahui apa itu ICP, bagaimana hitungan 15 %, atau hitungan 6 bulan. Apakah APBN itu digunakan dengan sebaik-baiknya atau diselewengkan, rakyat tidak mengetahunya. Rakyat hanya butuh kehidupan mereka tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Jika karena BBM ini tersubsidi dan akhirnya menjadikan APBN mengalami kebobolan, alangkah arifnya jika pemerintah tidak mengorbankan rakyat kecil yang akan terkena dampak kebijakannya. Alangkah muliannya, jika pemerintah membebankan hal-hal tersebut kepada yang memilki kemampuan dalam penanganannya. Ya mungkin terhadap menejemen yang baik, pajak atau apalah mungkin pemerintah yang lebih mengetahuinya.
INI TULISANKU, BAGAIMANA PENDAPATMU?
www.adibmusthofa.blogspot.com

Tidak ada komentar: